Hudzaifah bin Al-Yamani merupakan sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keturunan bani Al-Abbasi. Ayahnya bernama Husail bin Jabir, yang akrab disapa Al-Yaman. Ibunya bernama al-Rubab binti Ka'b Al-Asyhiliyyah. Hudzaifah memiliki saudara laki-laki bernama Shafwan.
Dalam kitab Hilyah Al-Auliya' wa Thabaqat Al-Ashfiya' dijelaskan tentang siapa sebenarnya Hudzaifah Al-Yamani radhiyallahu 'anhu inilah kisah singkatnya,
٤٢ - حذيفة بن اليمان عنه
ومنهم: العارف بالمحن، وأحوال القلوب والمشرف على الفتن والآفات والعيوب، سأل عن الشر فاتقاه، وتحرى الخير فاقتناه، سكن عند الفاقة والعدم، وركن إلى الإنابة والندم، وسبق رتق الأيام والأزمان، أبو عبد الله حذيفة بن اليمان.
وقد قيل: إن التصوف مرامقة صنع الرحمن، والموافقة مع المنع والحرمان.
حدثنا أبو بكر محمد بن أحمد بن يعقوب، ثنا أحمد بن عبد الرحمن السقطي، ثنا يزيد بن هارون، أخبرنا أبو مالك الأشجعي عن ربعي بن خراش عن حذيفة –رضي الله تعالى عنه- أنه قدم من عند عمر -رضي الله تعالى عنه فقال لما جلسنا إليه: سأل أصحاب محمد ﷺ : أيكم سمع قول رسول الله ﷺ في الفتن التي تموج موج البحر، فأسكت القوم، وظننت أنه إياي يريد، قال: فقلت: أنا، قال: أنت الله أبوك، قلت: «تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوْبِ عَرْضَ الْحَصِيرِ، فَأَيُّ قَلْبٍ أنْكَرَهَا نُكِتَتْ فِيْهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، حَتَّى نَصِيرَ الْقُلُوْبُ عَلَى قلْبَيْنِ : قَلْبٌ أَبْيَضُ مِثْلَ الصَّفَا لَا يَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَدًا كالْكُوْزِ مُجَخَّيَّا»، وأمال كفه، وأن أبا يزيد قال: هكذا، وأمال كفه، «لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ منْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ) وحدثته: «أَنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا يُوْشَكُ أَنْ يُكْسَرَ كَسْرًا»؛ فقال عمر: كسرا. لا أبا لك، قلت: نعم، قال: فلو أنه فتح لكان لعله أن يعاد فيغلق، فقلت: بل كسرا، قال: وحدثته: أن ذلك الباب رجل يقتل أو يموت حديثا ليس بالأغاليط . رواه عن أبي مالك الأشجعي جماعة منهم: زهير، ومروان الفزاري، وأبو خالد الأحمر.
42 - Hudzaifah bin Al-Yaman ra.
Di antara mereka adalah orang yang mengenal cobaan, keadaan hati, dan mengawasi fitnah, bencana, dan aib. Ia bertanya tentang keburukan, lalu menjauhinya, mencari kebaikan, lalu menggapainya. Ia tinggal dalam keadaan kekurangan dan ketidakadaan, berpegang pada tobat dan penyesalan, dan mendahului waktu-waktu dan zaman. Abu Abdullah Hudzaifah bin Al-Yamani.
Dikatakan bahwa tasawuf adalah pandangan dari Sang Rahman, dan kesesuaian dengan larangan dan kekurangan.
Kami diberitahu oleh Abu Bakr Muhammad bin Ahmad bin Ya'qub, ia berkata, Ahmad bin Abdul Rahman as-Saqti, ia berkata, Yazid bin Harun, ia memberitakan kepada kami Abu Malik Al-Asyja'i dari Rubai bin Khurasy tentang Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia datang dari Umar radhiyallahu 'anhu dan ketika kami duduk di dekatnya, ia bertanya kepada sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapa di antara kalian yang mendengar perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang fitnah yang bergelora seperti gelombang laut?" Mereka terdiam, dan aku mengira ia mengarah kepadaku. Ia berkata: "Kamu, wahai anak Allah." Aku berkata: "Fitnah itu akan diperlihatkan kepada hati seperti tikar, maka setiap hati yang menolak fitnah itu akan ditandai dengan tanda putih, dan setiap hati yang terkena fitnah itu akan ditandai dengan tanda hitam, hingga hati-hati itu menjadi dua jenis: satu hati yang putih seperti batu pualam yang tidak akan terpengaruh oleh fitnah selama langit dan bumi ada, dan yang lainnya hitam legam seperti bejana yang terbalik." Ia menggerakkan tangannya, dan Abu Yazid berkata: "Begini," sambil menggerakkan tangannya, "tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari keburukan, kecuali apa yang sudah tercampur dengan hawa nafsunya." Dan aku memberitahunya: "Bahwa di antara kamu dan fitnah itu ada pintu yang tertutup yang hampir akan dihancurkan." Umar berkata: "Hancurkanlah. Tidak ada yang lebih baik untukmu." Aku berkata: "Ya," ia berkata: "Kalau begitu, jika pintu itu dibuka, mungkin akan ditutup kembali." Aku berkata: "Tetapi hancurkanlah." Ia berkata: "Dan aku memberitahunya: bahwa pintu itu adalah seorang lelaki yang akan terbunuh atau mati, berita ini bukanlah dusta." Diriwayatkan oleh Abu Malik Al-Asyja'i oleh beberapa orang, di antaranya: Zuhair, Marwan Al-Fazari, dan Abu Khalid Al-Ahmar.
حدثنا عبد الله بن جعفر، ثنا يونس بن حبيب، ثنا أبو داود، ثنا المسعودي، وقيس عن الأعمش عن زيد بن وهب، قال: قال حذيفة رضي الله تعالى عنه : حدثنا رسول الله ﷺ حديثين قد رأيت أحدهما وأنا أنتظر الآخر، حدثنا: «أَنَّ الأَمَانَةَ نَزَلَتْ في حِذْرٍ قُلُوْبِ الرِّجَالِ، فَعَلِمُوا من الْقُرْآنِ وَعَلِمُوا من السُّنَّةِ»، ثم حدثنا عن رفعها؛ فقال: «يَنَامُ الرَّجُلُ فِيْكُم فَيُنْكَتُ فِي قَلْبِهِ نُقْطَةٌ سَوْدَاءُ، فَيَظُلُّ أَثَرُهَا كَالِجَلِّ كَجَمْرٍ دَحْرَجْتَهُ عَلَى رِجْلِكَ فَنَقَطَ، فَتَرَاهُ مُتَبِرًا لَيْسَ فِيْهِ شَيْءٌ، فيُصْبِحَ النَّاسُ لَيْسَ فِيهِم أَمَيْنٌ، وَلَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يُقَالُ لِلْرَجُلِ : مَا أَظْرَفَهُ، وَمَا أَعْقَلَهُ، وَمَا في قَلْبِهِ من الإِيمَانِ مِثْقَالُ شَعِيرَةِ». رواه الناس من الأعمش (۱)
حدثنا عبد الله بن جعفر، ثنا يونس بن حبيب، ثنا أبو داود، وحدثنا أبو بكر بن خلاد، ثنا الحارث بن أبي أسامة، ثنا أبي النضر قالا: ثنا سليمان بن المغيرة، حدثني حميد بن هلال، ثنا نصر ابن عاصم الليثي قال: أتيت اليشكري في رهط من بني ليث؛ فقال: قدمت الكوفة فدخلت المسجد، فإذا فيه حلقة كأنها قطعت رءوسهم يستمعون إلى حديث رجل، فقمت عليهم، فقلت:
من هذا؟ قيل: حذيفة بن اليمان، فدنوت منه فسمعته يقول: كان الناس يسألون رسول الله ﷺ عن الخير، وكنت أسأله عن الشر، فعرفت أن الخير لم يسبقني، قلت: يا رسول الله. أبعد هذا الخير شر؟ قال: «يَا حُذَيْفَةُ. تَعَلَّمْ كِتَابَ الله وَاتَّبِعْ مَا فِيْهِ ثلاثا، قال: قلت: يا رسول الله. هل بعد هذا الخير شر؟ قال: «فِتْنَةٌ وَشَر»، وقال أبو داود: «هَدْنَةٌ عَلَى دَخَنِ»، قال: قلت: يا رسول الله . ما الهدنة على دخن؟ قال: «لَا تَرْجِعُ قُلُوبُ أَقْوَامٍ إِلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ»، ثم قال رسول الله ﷺ : ثُمَّ
تَكُوْنُ فِتْنَةٌ عَمْيَاءٌ صَمَّاءُ عَلَيْهَا دُعَاةُ ضَلَالَةٍ»، أو قال: «دُعَاةُ النَّارِ، فَلَئِنْ تَعَضَّ عَلَى جِذْلِ شَجَرَةٍ خيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَتْبَعَ أَحَدًا مِنْهُم».(۲) رواه قتادة عن نصر، وسمى اليشكري خالدا
Diriwayatkan dari Abdullah bin Ja‘far, dari Yunus bin Habib, dari Abu Dawud, dari Al-Mas‘udi, dan Qais dari Al-A‘mash dari Zaid bin Wahb, ia berkata: Hudzaifah radhiyallahu 'anhu berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kami dua perkara. Salah satunya telah aku lihat, dan aku sedang menunggu yang lainnya.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amanah diturunkan ke dalam hati para laki-laki, lalu mereka mengetahui (maknanya) dari Al-Qur’an dan mengetahui dari Sunnah.”
Kemudian beliau menceritakan tentang pencabutannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seseorang di antara kalian tidur, lalu amanah itu dicabut dari hatinya, hingga tertinggal padanya bintik hitam kecil. Kemudian ia tidur lagi, maka hilang (amanah itu) hingga meninggalkan bekas seperti gelembung, seperti bara api yang engkau gelindingkan di kakimu lalu membuat melepuh, maka engkau melihatnya melepuh tanpa ada sesuatu pun (yang bermanfaat di dalamnya). Lalu pada pagi harinya, manusia tidak lagi memiliki orang yang amanah di antara mereka. Akan datang suatu masa kepada manusia, di mana dikatakan tentang seseorang: ‘Alangkah cerdasnya dia, alangkah pandainya dia,’ padahal dalam hatinya tidak ada iman seberat biji sawi pun.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh sekelompok perawi dari Al-A‘mash).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Ja‘far, dari Yunus bin Habib, dari Abu Dawud, dan diriwayatkan pula dari Abu Bakar bin Khallad, dari Al-Harits bin Abi Usamah, dari Abu Al-Nadhr, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Al-Mughirah, dari Humaid bin Hilal, dari Nashr bin ‘Ashim Al-Laitsi, ia berkata:
Aku datang menemui Al-Yasykari bersama sekelompok orang dari Bani Laits. Ia berkata: Aku pernah datang ke Kufah, lalu masuk ke masjid. Di sana ada sebuah halaqah, seakan-akan kepala mereka dipotong karena serius mendengarkan perkataan seseorang. Maka aku mendekat kepada mereka, lalu aku bertanya:
“Siapa orang ini?”
Dikatakan: “Itu Hudzaifah bin Al-Yamani."
Maka aku mendekat kepadanya dan mendengar ia berkata:
“Manusia dahulu biasa bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena aku khawatir keburukan itu menimpaku. Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai Hudzaifah, pelajarilah Kitab Allah dan ikutilah apa yang ada di dalamnya.” (Beliau mengulanginya tiga kali).
Aku bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Akan ada fitnah dan keburukan.”
Abu Dawud meriwayatkan: “Akan ada masa damai yang tercampur dengan kekeruhan.”
Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, apa maksud masa damai yang tercampur dengan kekeruhan itu?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hati sebagian kaum tidak akan kembali seperti sebelumnya.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kemudian akan datang fitnah yang buta dan tuli, di atasnya ada para penyeru kesesatan, atau beliau bersabda: para penyeru ke neraka. Maka jika engkau harus menggigit akar pohon (untuk bertahan), itu lebih baik bagimu daripada engkau mengikuti salah seorang dari mereka.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Qatadah dari Nashr, dan ia menyebut Al-Yasykari dengan nama Khalid. (Hilyah Al-Auliya' wa Thabaqat Al-Auliya', Al-Imam Abu Nu'aim Al-Ashfahani juz 1 hal.343-344). Wallahu a’lam 🙏🏻
Tidak ada komentar:
Posting Komentar