MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Senin, 29 September 2025

KAJIAN TENTANG KISAH SEORANG HABIB YANG MENGINGKARI KARAMAH


Sikap yang wajib diambil oleh seorang muslim Aslussunnah wal Jama'ah terhadap karamah para wali Allah adalah sikap moderat, tidak berlebihan dan tidak meremehkan. Seorang muslim harus memahami bahwa karamah bukanlah syarat mutlak bagi setiap wali Allah, karena tidak ada hubungan langsung antara kewalian dan munculnya karamah atau kejadian luar biasa.

Seorang muslim juga harus memahami bahwa karamah yang paling utama adalah konsistensi dalam mengikuti jalan dan syariat Allah, serta berpegang teguh pada petunjuk dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika ada yang katanya karamah tetapi menyalahi Al-Qur'an dan As-Sunnah wajib ditolak.

Sebagaimana telah dijelaskan oleh para ulama diantaranya,

وقد قال يونس بن عبد الأعلى الصدفي: قلت للشافعي: كان الليث بن سعد يقول: إذا رأيتم الرجل يمشي على الماء ويطير في الهواء فلا تغتروا به حتى تعرضوا أمره على الكتاب والسنة، فقال الشافعي: قصر الليث رحمه الله، بل إذا رأيتم الرجل يمشي على الماء ويطير في الهواء فلا تغتروا به حتى تعرضوا أمره على الكتاب والسنة"

Yunus bin Abd Al-A'la As-Shadafi berkata: "Aku berkata kepada Imam Syafi'i: 'Al-Laits bin Sa'ad berkata: Jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara, janganlah kalian tertipu olehnya sampai kalian meneliti urusannya berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.'

Maka Imam Syafi'i berkata: 'Al-Laits telah mempersingkat pembicaraan, seharusnya beliau mengatakan: Jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara, janganlah kalian tertipu olehnya sampai kalian meneliti urusannya berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.'" (Siyar A'lam An-Nubala, Adz-Dzahabi juz 10 hal.23 / Syarh Al-'Aqidah Ath-Thahawiyah, Ali bin Muhammad Abu Al-'Uzza Ad-Damsiqi, juz 2 hal.769)

فالخوارق إذاً قد تجري على يد الأنبياء، فتكون من المعجزات، وقد تجري على يد الصالحين فتكون من الكرامات، وقد تجري على يد المشعوذين والسحرة فتكون من الشعوذة والحالات الشيطانية، فالعبرة في استقامة الشخص وتمسكه بدينه.

قال المؤلف رحمه الله تعالى: [وقد قال يونس بن عبد الأعلى الصدفي: قلت للشافعي: كان الليث بن سعد يقول: إذا رأيتم الرجل يمشي على الماء، ويطير في الهواء، فلا تغتروا به حتى تعرضوا أمره على الكتاب والسنة.

فقال الشافعي: قصر الليث رحمه الله، بل إذا رأيتم الرجل يمشي على الماء ويطير في الهواء فلا تغتروا به حتى تعرضوا أمره على الكتاب والسنة.

وقد حكى الرازي وغيره قولين للعلماء: هل المأمور بالسجود لآدم خاص بملائكة الأرض أو عام في ملائكة السموات والأرض؟ وقد رجح كلاً من القولين طائفة، وظاهر الآية الكريمة العموم: ﴿فَسَجَدَ الْمَلائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ إِلَّا إِبْلِيسَ﴾ [الحجر: ٣٠] فهذه أربعة أوجه مقوية للعموم، والله أعلم].

Peristiwa luar biasa dapat terjadi melalui tangan para nabi sebagai mukjizat, melalui tangan orang-orang saleh sebagai karamah, dan melalui tangan para penyihir dan dukun sebagai sihir dan tipu daya setan.

Oleh karena itu, yang penting adalah konsistensi dan keteguhan seseorang dalam menjalankan agamanya.

Penulis (rahimahullah) menyebutkan bahwa Yunus bin Abd Al-A'la As-Shadafi berkata: "Aku berkata kepada Imam Syafi'i: 'Al-Laits bin Sa'ad berkata: Jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara, janganlah kalian tertipu olehnya sampai kalian meneliti urusannya berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.'

Maka Imam Syafi'i berkata: 'Al-Laits telah mempersingkat pembicaraan, seharusnya beliau mengatakan: Jika kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara, janganlah kalian tertipu olehnya sampai kalian meneliti urusannya berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah.'"

Imam Ar-Razi dan lainnya menyebutkan dua pendapat ulama tentang perintah sujud kepada Adam, apakah khusus untuk malaikat di bumi atau umum untuk semua malaikat di langit dan bumi.

Setiap pendapat memiliki pendukungnya masing-masing. Namun, ayat Al-Qur'an menunjukkan makna umum: "Maka bersujudlah para malaikat semuanya, kecuali Iblis." (QS. Al-Hijr: 30)

Ada empat aspek yang memperkuat makna umum ini, wallahu a'lam." (Syarh Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 28 hal.5)

Maksudnya adalah bahwa seseorang tidak bisa dianggap sebagai wali Allah atau memiliki karamah hanya karena melakukan hal-hal luar biasa, sampai kita mengetahui bahwa tindakannya sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah.

Imam Syafi'i sepertinya ingin menekankan pentingnya memeriksa kesesuaian tindakan seseorang dengan Al-Qur'an dan Sunnah sebelum menilai kebenarannya. Dengan demikian, kita tidak mudah tertipu oleh penampilan luar, tetapi memastikan bahwa tindakan tersebut dilandasi oleh keimanan dan ketaatan yang benar.

Adapun keterangan tentang seorang habib yang menolak karamah dijelaskan oleh Al-Habib Ali bin Muhsin As-Segaf dalam kitab karyanya Al-Istizadah min Akhbar As-Sadah,

ومن المنكرين للكرامات من العلويين السيد الجليل عثمان بن عبدالله بن يحي حفيد العلامة الفاضل الجليل عقيل بن عمر بن يحيى« المتوى بجاوا سنة  ١٣٣٠ ه قال ابن عبيدالله في إدام القوت: (ولقد جاء ذكر الكرامات بين يديه فأنكر مجازفة إنكاراً المغرورين فيها إنكارا شديداً وقال: لقد كنت مختصاً بخالي وسيدي عبدالله بن حسين بن طاهر وهو من لا تدفع ولايته وجالسته زمناً طويلاً, فلم أر منه إلا كرامتين؛ ليس فيها خرق عادة وإنما أولاهما: أنه خرج يصلي العصر وعليه رداء فتنني وتمنيت أن لو كان لي مثله« ومرت صلاتي وأنا أفكر فيه وما كاد ينفتل من صلاته حتى دعاني؛ وقال لي: هذا الرداء لك وأعطاني مفتاحه الخاص لآتيه برداء آخر وصفه لي« ولولا أنه تفرس ما في خاطري ما نخالف عادته من عدم الكلام إلا بعد فراغه من ورده. والأخرى أن السيدين محمد وعمر ابني السيد عبدالله بن عمر بن يحيى عزما على الانتقال سراً من المسيلة وتكتما الأمر عنه حتى لا يمنعهم, قال فلما صلينا العشاء وفرغ من ورده ونافلته قال لي: ادعهم لي فدعوتهما, فقال لهما إذا عزمتما على امر فشاوراني فيه. فعندي ما ليس عندكما من العقل وقد جربت الزمان وأهله. لم يزد على ذلك فسكتا, ولكنهما انصرفا عما كانا نوياه من السفر, وأنا على يقين أنه لم يكن إلا عن فراسة وصادقه إذلم تعلم حتى ثيابهم بما كانوا يبيتون

Di antara orang-orang yang mengingkari karamah dari kalangan Ba 'Alawi adalah Sayyid 'Uthman bin Abdullah bin Yahya, cucu dari seorang ulama besar yang mulia, 'Aqil bin 'Umar bin Yahya, yang wafat di Jawa pada tahun 1330 H.

Ibnu 'Ubaidillah berkata dalam kitabnya "Idam al-Qut": "Ketika karamah disebutkan di hadapannya, beliau sangat keras dalam mengingkarinya dan tidak membiarkan orang-orang yang terpedaya oleh karamah tersebut.

Beliau berkata: 'Aku pernah berguru dan berkumpul dengan Sayyid Abdullah bin Husain bin Tahir, yang tidak diragukan lagi tentang kewaliannya, dalam waktu yang lama. Namun, aku hanya melihat dua karamah darinya yang tidak termasuk dalam kategori melanggar adat kebiasaan.'

Karamah pertama: Suatu hari, Sayyid Abdullah keluar untuk shalat 'Ashar dengan mengenakan selimut. Aku sangat menginginkannya dan berangan-angan memiliki selimut seperti itu. Setelah aku selesai shalat dan masih memikirkannya, beliau memanggilku dan berkata: 'Selimut ini untukmu.'

Beliau juga memberikan kunci khusus untukku agar aku bisa mengambil selimut lain yang beliau gambarkan. Jika beliau tidak memiliki firasat tentang keinginan dalam hatiku, beliau tidak akan berbicara sebelum selesai dari wiridnya.

Karamah kedua: Dua orang anak Sayyid Abdullah bin 'Umar bin Yahya, yaitu Sayyid Muhammad dan Sayyid 'Umar, berniat untuk pergi secara diam-diam dari Al-Musailah dan merahasiakan rencana mereka agar tidak ada yang menghalangi mereka.

Setelah kami shalat 'Isya dan beliau selesai dari wirid dan shalat sunnahnya, beliau berkata kepadaku: 'Panggillah mereka untukku.' Ketika mereka datang, beliau berkata: 'Aku tahu apa yang kalian rencanakan, dan aku memiliki pengetahuan yang tidak kalian miliki. Aku telah merasakan zaman dan orang-orangnya.'

Beliau tidak mengatakan lebih dari itu, namun keduanya membatalkan rencana perjalanan mereka. Aku yakin bahwa ini tidak terjadi kecuali karena firasat beliau yang jujur, karena beliau mengetahui apa yang ada di hati mereka meskipun tidak ada tanda-tanda fisik yang menunjukkan rencana mereka." (Al-Istizadah min Akhbar As-Sadah, Al-Habib Ali bin Muhsin As-Segaf, juz 1 hal.425).

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar