Hatim Al-Asham adalah seorang sufi terkemuka dan murid dari Syaqiq al-Balkhi, hidup pada abad ke-3 Hijriah. Ia mendapatkan julukan "Al-Asham" (yang tuli) karena ia berpura-pura tuli selama 15 tahun untuk menjaga kehormatan seorang wanita yang malu karena kentut di hadapannya, sehingga ia tidak mendengar rasa malunya. Ia dikenal karena kebijaksanaannya, yang dibandingkan dengan Luqman Al-Hakim, dan mengajarkan pentingnya ketakwaan serta pengendalian hawa nafsu.
Hatim Al-Asham belajar di bawah bimbingan Syaqiq Al-Balkhi selama 33 tahun, namun ia hanya mengambil delapan pelajaran penting dari gurunya. Diantara karomah Hatim Al-Asham dalam kitab Karomatul Auliya disebutkan,
قال حدّثنا يوسف بن عمر القوّاس، ثنا محمد بن القاسم بن سليمان المورّق، أبنا عمر بن الحسن بن نصر، ثنا محمد بن أبي عمران المصري قال: قال حاتم الأصم:
قالت لي امرأتي: اخرج أطلب لنا شيئاً، فإن ليس عندنا شيء.
قال: فقلت لها: ما أدري أين أذهب، لو علمت أين رزقي لذهبت حتى آخذه.
قال: فخرجت، فإذا قوم يعملون في أرض، فأجَّرَهم نفَسِي بخمسة دوانيق. فلمّا أمسيت أخذت أُجرتي منهم.
قال: أنا راجع إلى البيت، فإذا إنسان قد استقبلني، فقال: من أين جئت يا أبا عبد الرّحمن؟ فأخبرتُه، فقال: هذه أرضُ غضب.
قال: فرجعت إلى أولئك فأخبرتهم، ووعظتُهم، ورددتُ عليهم الخمسة دوانيق، ورجعتُ إلى البيت، فإذا بِنَفَقٍ كبيرة تقطر، وإذا إنسان قد بعث بنصف شاة.
قال: فقلت [لها]: رزقي ها هنا وأنا أطلبه خارجاً.
Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Umar Al-Qawwas, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Qasim bin Sulaiman al-Muwarrid, telah mengabarkan kepada kami ‘Umar bin Al-Hasan bin Nashr, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi ‘Imran al-Misri, ia berkata: Hatim Al-Asham berkata:
Istriku berkata kepadaku: "Keluarlah, carikan untuk kita sesuatu (nafkah), karena kita tidak memiliki apa-apa."
Aku menjawab: "Aku tidak tahu harus pergi ke mana. Kalau aku tahu dimana rezekiku, tentu aku akan pergi untuk mengambilnya."
Aku pun keluar, lalu kulihat sekelompok orang bekerja di sebidang tanah. Maka aku menyewakan tenagaku kepada mereka dengan upah lima "dawaniq" [bentuk jama' dari kata dania ] (mata uang masa kekhalifahan Abbasiah). Ketika hari telah petang, aku pun mengambil upah dari mereka.
Lalu ketika aku kembali menuju rumah, seorang lelaki menemuiku dan bertanya: "Dari mana engkau datang, wahai Abu ‘Abdurrahman?" Aku pun menceritakan halnya kepadanya. Maka ia berkata: "Itu adalah tanah murka (tanah yang dimurkai Allah)."
Maka aku kembali kepada mereka, kuberitahu dan aku menasihati mereka, kemudian kukembalikan upah lima "dawaniq" tersebut. Lalu aku pulang ke rumah. Ternyata di rumah ada sebuah kuali besar penuh dengan daging yang menetes, dan seorang lelaki telah mengirim setengah ekor kambing.
Maka aku berkata (kepada istriku): "Inilah rezekiku ada di rumah, sedang aku malah mencarinya di luar." (Karomatul Auliya' Imam Al-Lalika'i penerbit : Muadz bin Jabal cet. Pertama tahun 1421 H/2001 M hal.351). Wallahu a’lam 🙏🏻
Tidak ada komentar:
Posting Komentar