MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Selasa, 16 September 2025

MENGENAL KHALIFAH UMAR IBNU KHATHTHAB RADHIYALLAHU 'ANHU


Khalifah Umar bin Khattab lahir di Mekah pada tahun 584 M dari suku Banu Adi, bagian terhormat dari kabilah Quraisy. Beliau wafat pada tahun 644 M setelah ditikam oleh seorang budak Persia bernama Abu Lu’lu’ah saat salat Subuh di Masjid Nabawi. Luka yang dialami sangat parah, dan ia meninggal beberapa hari kemudian. Sebelum memeluk Islam, Umar dikenal dengan sikapnya yang tegas dan keras, serta dihormati oleh masyarakatnya karena keteguhan pendirian dan keberaniannya. Pada awalnya, Umar bin Khaththab adalah salah satu musuh Islam yang paling keras dan bahkan pernah berniat membunuh Nabi Muhammad SAW untuk mempertahankan keyakinan leluhurnya.

Namun, Allah SWT membuka hati Umar dengan cara yang luar biasa. Dalam perjalanannya menuju rumah saudarinya, Fatimah, Umar mendengar lantunan ayat Al-Qur'an yang sangat menyentuh hatinya. Setelah itu, Umar memeluk Islam dan menjadi salah satu pembela yang paling setia, berubah dari musuh menjadi sekutu kuat Nabi.

Dalam kitab Hilyah Al-Auliya' wa Thabaqat Al-Ashfiya' dijelaskan tentang siapa sebenarnya Umar Ibnu Khaththab radhiyallahu 'anhu inilah kisah singkatnya,

٢- عمر بن الخطاب رضي الله عنه  

قال الشيخ رحمه الله تعالى: وثاني القوم عمر الفاروق ذو المقام الثابت المأثور، أعزّ الله تعالى به دعوة الصادقين المصدوق، وقرن به بين الفصل والعدل، وأيّد به قوائم ما خوّله من لوامع الطول، ومهّد به من منائح الفضل شواهد التوحيد، وبيدت به مواد التنديد، فظهرت الدعوة ورسخت الكلمة، فنجع الله بما منحه من الصلابة ما نشأت لهم به الدولة، فملأت بالتوحيد أفواههم، وضاقت برحابة إيمانهم صدورهم، فأرهفت عزائمهم فغلب كيد المشركين بما لزم الحق إزاؤه، لا يلتفت إلى كثرتهم وأطوالهم، ولا يكتفي بعددهم وأموالهم، آكلاً من زاد يقينه، شارباً من مشرب دينه، مستبسلاً في نصرة نبيّه، مستعملاً في إعلاء كلمة رسوله، ومصطلياً لحرّ الهيجاء، مراهناً على صدق الوعد ومضاء العزم، واقفاً لا يزيغ ولا ينحرف، ملازماً له نصرة، وصابراً في حمايته، ومقاماً في مراميه، ومعاضداً له في مغازيه، ومتوجهاً لتكليف من المشور والتوجيه المختص من بين الصحابة بالمعارضة للمبطّلين، والموافقة في الأحكام لربّ العالمين. السكوت تنطق على لسانه، والحكم تجري الحكمة عن بيانه، كان للحق مائلاً، وبالحق صادعاً، وللاعتقال حمالاً، ولم يخف دون الله طائلاً.  

إن التصور ركب الصعب وركب الصعب في جلال الكرب.  

أبو محمد عبد الله بن جعفر بن أحمد بن فارس بن يونس بن حبيب، ثنا أبو داود، ثنا زمر، عن أبي إسحاق عن البراء رضي الله عنه قال: جاء أعرابي يوم أحد، فقال: أتيكم محمد؟  

فقال رسول الله ﷺ: "لا تجيبوه".  

ثم قال: أتيكم محمد؟  

فلم يجيبوه، ثم قال الثالثة: أتيكم محمد؟  

فلم يجيبوه، ثم قال: أتيكم ابن أبي قحافة؟  

فلم يجيبوه، قال: أتيكم عمر بن الخطاب؟ قالوا: هذا ثلاثاً،  

ثم قال: أتيكم عمر بن الخطاب؟ فقالوا: نعم.  

فلم يجيبوه.  

فقال: أما هؤلاء فقد كُنتموهم، فلم يملك عمر نفسه، فقال: كذبت يا عدو الله، ها هو ذا رسول الله ﷺ، وأبو بكر، وأنا أحياء، ولك منا يوم سوء.  

فقال: يوم بيوم بدر، والحرب سجال.  

وقال: أعلُ هُبَل.  

فقال رسول الله ﷺ: «أجيبوه».  

قالوا: يا رسول الله، وما نقول؟  

قال: «قولوا: الله أعلى وأجلّ».  

فقال: لنا العُزّى ولا عُزّى لكم.  

فقال رسول الله ﷺ: «أجيبوه».  

قالوا: يا رسول الله، وما نقول؟  

قال: «قولوا: الله مولانا ولا مولى لكم».  

حدثنا عبد الله بن إبراهيم بن أيوب بن أبي ثنا أبو معشر الدارمي، ثنا عبد الواحد بن غياث، ثنا حازم بن أبي حازم عن عمرة: أن أبا سفيان بن حرب لما قال: أعلُ هُبَل، قال رسول الله ﷺ لعمر بن الخطاب: «قل: الله أعلى وأجلّ».  

فقال أبو سفيان: لنا العُزّى ولا عزّى لكم.  

فقال رسول الله ﷺ لعمر: «قل: الله مولانا والكافرون لا مولى لهم».  

حدثنا فارق بن عبد الحميد بن زيد الجهني، ثنا إبراهيم بن المنذر، ثنا محمد بن خليع، ثنا هارون.  

ثنا موسى بن عقبة عن ابن شهاب الزهري، قال: لما كان يوم أحد قال أبو سفيان: أعلُ هُبَل، بفخر بثائه.  

فقال عمر: اسمع يا رسول الله ما يقال عدوّ الله؟  

فقال رسول الله ﷺ: «فأجبه: الله أعلى وأجلّ».  

قال الشيخ رحمه الله: أمره الرسول ﷺ بالمجاهرة لما اختص به من الصلابة والمهابة، وما عُهد له من ملازمة التفرد وقيامه على معارضة أهل التنديد وآله، لا ينهدم مع كثرتهم العدة والعديد.  

قال الشيخ رحمه الله: كان سيفه مسلولاً للدين صقيلًا، ولأعمال البر مبُيطاً.  

وقد قيل: إن التصوف الوصول بما أعلن إلى ظهور ما بطن.  

Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu

Syekh rahimahullah berkata: Yang kedua dari kaum itu adalah Umar Al-Faruq, seorang yang memiliki kedudukan tinggi lagi kokoh. Allah Ta‘ala telah memuliakan dakwah orang-orang yang jujur dan shadiq (Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam) dengannya, menjadikannya pembeda antara kebenaran dan kebatilan serta penopang keadilan. Allah menegakkan dengan dirinya tiang-tiang kekuasaan dan memperlihatkan tanda-tanda keutamaan, menjadi saksi ketauhidan, serta menghancurkan sumber kesyirikan. Maka dakwah pun tampak, kalimat (tauhid) semakin kokoh, hingga dengan keteguhan hati yang Allah berikan kepadanya lahirlah kekuatan yang darinya berdirilah sebuah negara.  

Dengan tauhid, mulut mereka dipenuhi dengan iman dada mereka disempitkan, lalu tekad mereka tajam hingga tipu daya musyrikin dapat dikalahkan. Dengan selalu berpegang pada kebenaran, ia tidak menoleh pada jumlah besar mereka dan tubuh mereka yang tinggi, tidak pula pada harta kekayaan mereka. Ia makan dari bekal keyakinannya, minum dari mata air agamanya, siap berkorban pada jalan menolong Nabi-nya, mengorbankan jiwa demi meninggikan kalimat Rasulnya, menghadapi panasnya peperangan, mempertaruhkan kebenaran janji, dan meneguhkan tekad. Ia berdiri tegak tanpa menyimpang, selalu setia menjadi penolong Nabi, sabar melindunginya, ikut serta dalam perjuangannya, menolongnya dalam peperangan, serta mendapat tugas-tugas dari musyawarah dan arahan yang khusus. Di antara para sahabat, ia adalah yang paling kuat menentang orang-orang batil, dan paling sesuai dalam hukum-hukum dengan Tuhan semesta alam. Diamnya juga mengandung makna, dan lisannya penuh hikmah. Ia selalu cenderung pada kebenaran, lantang menegakkannya, teguh menanggung kesulitan, dan tidak takut pada siapa pun selain Allah.  

Sesungguhnya keberanian menunggangi kesulitan, dan menghadapi kerasnya ujian dalam kebesaran penderitaan.  

Abu Muhammad Abdullah bin Ja‘far bin Ahmad bin Faris bin Yunus bin Habib meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud, telah menceritakan kepada kami Zumar, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:  

Pernah datang seorang Arab Badui pada hari perang Uhud seraya berkata: "Apakah Muhammad ada di antara kalian?"  

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jangan kalian jawab!"  

Lalu ia bertanya lagi: "Apakah Muhammad ada di antara kalian?"  

Mereka tetap tidak menjawab. Ia bertanya untuk ketiga kalinya: "Apakah Muhammad ada di antara kalian?"  

Mereka tetap tidak menjawab. Lalu ia bertanya: "Apakah Abu Bakar (bin Abi Quhafah) ada di antara kalian?"  

Mereka pun tetap tidak menjawab. Ia lalu bertanya: "Apakah Umar bin Khaththab ada di antara kalian?" Mereka menjawab: "Ya, dia ada" dan itu ia ulangi tiga kali.  

Kemudian ia berkata: "Apakah Umar bin Khaththab ada di antara kalian?" Mereka pun menjawab: "Ya."  

Namun mereka tetap tidak menjawab.  

Orang Badui itu berkata: “Adapun mereka (yang kalian sebut), mereka telah terbunuh. Umar pun tak kuasa menahan diri lalu berkata: ‘Engkau dusta wahai musuh Allah! Inilah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan aku, kami masih hidup. Untukmu akan datang hari yang buruk’.”  

Maka ia pun berkata: “Hari ini sama dengan hari Badar, dan perang itu silih berganti.”  

Kemudian ia berkata: “Tinggilah (jayalah) Hubal!”  

Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jawablah dia.” 

Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang harus kami ucapkan?”  

Beliau bersabda: “Katakanlah: Allah lebih tinggi dan lebih mulia.”  

Lalu ia berkata lagi: “Kami punya Al-‘Uzza, sedangkan kalian tidak punya Al-‘Uzza!”  

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali bersabda: “Jawablah dia.”  

Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang harus kami ucapkan?”  

Beliau bersabda: “Katakanlah: Allah penolong kami, dan kalian tidak memiliki penolong.” 

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ibrahim bin Ayyub bin Abi dari Abu Ma‘syar Ad-Darimi, dari ‘Abd al-Wahid bin Ghiyats, dari Hazim bin Abi Hazim, dari ‘Amrah, bahwa Abu Sufyan bin Harb ketika berkata: “Tinggilah Hubal,” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Umar bin Khaththab: “Katakanlah: Allah lebih tinggi dan lebih mulia.”  

Lalu Abu Sufyan berkata: “Kami punya Al-‘Uzza, sedangkan kalian tidak punya Al-‘Uzza.”  

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Umar: “Katakanlah: Allah penolong kami, sedangkan orang-orang kafir tidak memiliki penolong.”  

Diriwayatkan pula oleh Farq bin ‘Abd Al-Hamid bin Zaid Al-Juhani, dari Ibrahim bin Al-Mundzir, dari Muhammad bin Khuli‘, dari Harun.  

Diriwayatkan dari Musa bin ‘Uqbah, dari Ibnu Syihab Az-Zuhri, ia berkata:  

Ketika hari perang Uhud, Abu Sufyan berkata: “Tinggilah (jayalah) Hubal!” dengan penuh kesombongan.  

Maka Umar berkata: “Dengarlah wahai Rasulullah, apa yang dikatakan musuh Allah itu.”  

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Jawablah dia: Allah lebih tinggi dan lebih mulia.”  

Syekh rahimahullah berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya (Umar) untuk menyatakan jawaban dengan suara lantang karena keistimewaan Umar berupa keteguhan, kewibawaan, serta kebiasaannya untuk bersikap tegas dalam membantah kaum musyrikin dan berhala-berhala mereka. Ia tidak akan melemah meski mereka memiliki banyak pasukan dan perlengkapan.  

Syekh rahimahullah juga berkata: Pedang Umar selalu terhunus untuk membela agama, tajam dan bersinar, serta selalu siap untuk amal-amal kebaikan.  

Dan telah dikatakan: Sesungguhnya tasawuf adalah sampai pada keadaan bahwa apa yang tampak di lahiriah selaras dengan apa yang tersembunyi di batin."  (Hilyah Al-Auliya' wa Thabaqat Al-Auliya', Al-Imam Abu Nu'aim Al-Ashfahani juz 1 hal.71-73). Wallahu a’lam 🙏🏻

Tidak ada komentar:

Posting Komentar