MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Senin, 25 Februari 2019

BUGHAT (PEMBERONTAK) BERDALIH MEMBELA AGAMA

Kaum Bughat pertama kali muncul pada masa Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah, yaitu sesudah khalifah Ustman bin Affan meninggal dunia. Segolongan kaum muslimin yang berlainan faham dan politik nya dalam menjalankan roda pemerintahan, lalu menentang pemerintahan khalifah ali bin abu thalib dan menyatakan keluar dari pemerintahan itu. Kaum inilah yang dinamakan kaum khawarij, artinya keluar dari pemerintah.
Menurut riwayat, jumlah kaum khawarij pada waktu itu adalah kira-kira 8000 orang. Khalifah ali mengutus ibnu abbas kepada mereka untuk berunding, setelah berunding dan bertukar pikiran, 4000 orang diantara mereka kembali masuk ke dalam pemerintahan, sedang yang 4000 lagi masih tetap menjadi gerombolan. Dalam suatu negara yang berdasarkan Islam, gerombolan seperti itu wajiblah diperangi.

Suatu ketika sahabat Ali bin Abi thalib radhiallahu 'anhu mendengar ucapan kaum Khawarij tatkala meneriakkan yel-yel protes atas kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib dan sahabat Muawiyah radhiallahu 'anhuma dalam peristiwa tahkim sembari membaca ayat:

 إن الحكم إلا لله

"Tiada hukum kecuali hukum Allah."

Maka beliau radhiallahu 'anhu menanggapinya dengan mengatakan:

كلمة حق أريد بها الباطل

"Kalimat hak namun yang diinginkan kebatilan."

Itulah yang diistilahkan dengan Syubhat (kerancuan). Yaitu membuat rancu atau samar sebuah perkara dengan argumen atau dalil yang nampak seakan-akan benar dan bisa diterima.

Syubhat dalam agama biasanya ditebarkan oleh ahlu batil yaitu orang-orang yang sesat, demi pembenaran kebatilan atau membuat ragu dan bimbang orang-orang yang berpegang dengan kebenaran.

Mereka dijuluki ahlu syubhah (penebar syubhat), karena tidak henti-hentinya menebar syubhat (berita hoaxs) ditengah-tengah muslimin. Saling bahu-membahu bersatu padu membingkai kebatilan dengan bingkai kata-kata indah nan berbisa. Memoles syubhat (kerancuan)  nan beracun dengan polesan dalil yang diselewengkan maknanya demi menipu umat.

Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh ulama timur tengah Imam Rabi Bin Hadi Al-Madkhali sbb :

ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺇﺫﺍ ﺍﺣﺘﺞ ﺃﺣﺪ ﺑﻘﻮﺍﻋﺪ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻣﺤﻠﻬﺎ ﺃﻥ ﺗﻘﻮﻟﻮﺍ:

“ﻛﻠﻤﺔ ﺣﻖ ﺃﺭﻳﺪ ﺑﻬﺎ ﺑﺎﻃﻞ” ﻭﺗﺒﻴﻨﻮﺍ ﺑﺎﻃﻠﻪ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﺍﺳﺘﺪﻻﻟﻪ ﻻ ﺃﻥ ﺗﻨﺤﻮﺍ ﺍﻟﻘﻮﺍﻋﺪ ﻋﻦ ﻣﻜﺎﻧﺘﻬﺎ ﻭﺗﺴﺘﺒﺪﻟﻮﺍ ﺑﻬﺎ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﻓﺎﺳﺪﺓ ﺗﺆﺩﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﺘﻦ ﻭﺍﺣﺘﺪﺍﻡ ﺍﻟﺨﻼﻓﺎﺕ .ﺃﺭﺃﻳﺘﻢ ﻟﻮ ﺍﺣﺘﺞ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﺑﺂﻳﺎﺕ ﻭﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﻃﻞ، ﺃﻧﻬﻮﻥ ﻣﻦ ﺷﺄﻥ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﻭﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ؟ ﺃﻭ ﻧﻘﻮﻝ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻟﻠﺨﻮﺍﺭﺝ ﺣﻴﻨﻤﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻻ ﺣﻜﻢ ﺇﻻ ﻟﻠﻪ ” ﻛﻠﻤﺔ ﺣﻖ ﺃﺭﻳﺪ ﺑﻬﺎ ﺑﺎﻃﻞ . “ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺃﻥ ﻧﺴﻠﻚ ﻣﺴﻠﻚ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻋﻘﻼً ﻭﺷﺮﻋﺎً ﻭﻓﻄﺮﺓ ﻭﻻ ﻧﺴﻠﻚ ﻣﺴﺎﻟﻚ ﺃﻫﻞ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ ﻓﻲ ﺍﺧﺘﺮﺍﻉ ﺍﻷﺻﻮﻝ ﺍﻟﻔﺎﺳﺪﺓ ﻟﻨﺼﺎﺩﻡ ﺑﻬﺎ ﺍﻷﺻﻮﻝ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﺓ.

"Yang wajib atas kalian bila seseorang berargumen dengan kaidah-kaidah ilmu hadits bukan pada tempatnya ialah kalian mengatakan:

“Itu adalah kalimat haq yang dengannya diinginkan kebatilan” dan kalian menjelaskan kebatilan dan kerusakan pendalilannya, jangan kalian menyingkirkan kaidah-kaidah dari tempatnya dan menggantinya dengan kaidah-kaidah yang rusak yang mengantar kepada fitnah dan semakin kencangnya perselisihan-perselisihan.

Apakah yang menjadi pendapat kalian seandainya seorang insan berargumen dengan ayat-ayat dan hadits-hadits untuk membela kebatilan, apakah kita menistakan ayat-ayat dan hadits-hadits –wal iyadzu billah-?.

Atau kita mengatakan seperti yang dikatakan oleh Ali radhiyallahu’anhu kepada khawarij di kala mereka mengatakan “tiada hukum kecuali milik Allah“, (yakni, Ali mengucapkan;) kalimat haq yang dengannya diinginkan kebatilan.

Yang wajib ialah kita menempuh jalannya Ali radhiyallahu’anhu sebab itu adalah haq dan benar secara akal, syari dan fitrah, dan kita tidak menempuh jalan-jalannya para pengusung hawa nafsu di dalam membuat ushul-ushul yang rusak agar dengannya kita menabrak ushul-ushul yang benar dan lurus." (Aimmatul jarhi wat ta’dil hum humatud din)

*Makna Bahasa Bughat*

Bughat بُغَاةٌ ) ( adalah bentuk jamak اَْلبَاغِيُ , yang merupakan isim fail (kata benda yang menunjukkan pelaku), berasal dari kataبَغى (fi’il madhi),َيبْغِيُ (fi’il mudhari’), danبُغْيَةً – بَغْيًا بُغَاءً – (mashdar). Kata بَغى mempunyai banyak makna, antara lain طَلَبَ (mencari, menuntut), ظَلَمَ (berbuat zalim), إِعْتَدَى / تَجَاوَزُالْحَدَّ (melampaui batas), dan كَذَبَ(berbohong) (Anis, 1972:64-65, Munawwir, 1984:65 & 106, Ali, 1998:341).

Dengan demikian, secara bahasa, البَاغِيُ (dengan bentuk jamaknya اَلْبُغَاةُ ) artinya اَلظَّالِمُ (orang yang berbuat zhalim), اَلْمُعْتَدِيْ (orang yang melampaui batas), atau اَلظَّالِمُ الْمُسْتَعْلِيْ (orang yang berbuat zhalim dan menyombongkan diri) (Ali, 1998:295, Anis, 1972:65).

*Makna Syar’i Bughat*

Dalam definisi syar’i –yaitu definisi menurut nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah– bughat memiliki beragam definisi dalam berbagai mazhab fiqih, meskipun berdekatan maknanya atau ada unsur kesamaannya. Kadang para ulama mendefinisikan bughat secara langsung, kadang mendefinisikan tindakannya, yaitu al-baghyu (pemberontakan).

Berikut ini definisi-definisi bughat yang dihimpun oleh Abdul Qadir Audah (1996:673-674), dalam kitabnya التشريع الجنائي الإسلامي ) At-Tasyri’ Al-Jina`i Al-Islamiy), dan oleh Syekh Ali Belhaj (1984:242-243), dalam kitabnya فصل الكلام في مواجهة ظلم الحكام (Fashl Al-Kalam fi Muwajahah Zhulm Al-Hukkam)

*A. Menurut Ulama Hanafiyah.*

… البغي … الخروج عن طاعة إمام الحق بغير حق , و الباغي … الخارج عن طاعة إمام الحق بغير حق
( حاسية ابن عابدين ج: 3 ص: 426 – شرح فتح القدير ج: 4 ص: 48 )

“Al-Baghyu (pemberontakan) adalah keluar dari ketaatan kepada imam (pemimpin) yang haq (sah) dengan tanpa [alasan] haq. Dan al-baghi (bentuk tunggal bughat) adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada imam yang haq dengan tanpa haq.” (Hasyiyah Ibnu Abidin, III/426; Syarah Fathul Qadir, IV/48).

*B. Menurut Ulama Malikiyah.*

… البغي … الإمتناع عن طاعة من ثبتت إمامته في غير معصية بمغالبته ولو تأويلا …
… البغاة … فرقة من المسلمين خالفت الإمام الأعظم أو نائبه لمنع حق وجب عليها أو لخلفه
( شرح الزرقاني و حاشية الشيبان ص: 60)

“Al-Baghyu adalah mencegah diri untuk mentaati orang yang telah sah menjadi imam (pemimpin) dalam perkara bukan maksiat dengan menggunakan kekuatan fisik (mughalabah) walaupun karena alasan ta`wil (penafsiran agama)…

Dan bughat adalah kelompok (firqah) dari kaum muslimin yang menyalahi imam a’zham (pemimpin besar/tertinggi) atau wakilnya, untuk mencegah hak (imam) yang wajib mereka tunaikan, atau untuk menggantikannya.” (Hasyiyah Az-Zarqani wa Hasyiyah Asy-Syaibani, hal. 60).

*C. Menurut Ulama Syafi’iyah.*

… البغاة … المسلمون مخالفو الإمام بخروج عليه و ترك الانقياد له أو منع حق توجه عليهم بشرط شوكة

لهم و تأويل و مطاع فيهم ( نهاية المحتاج ج: 8 ص: 382 ؛ المهذب ج: 2 ص: 217 ؛ كفاية الأخيار

ج: 2 ص: 197 – 198 ؛ فتح الوهاب ج: 2 ص: 153 )

“Bughat adalah kaum muslimin yang menyalahi imam dengan jalan memberontak kepadanya, tidak mentaatinya, atau mencegah hak yang yang seharusnya wajib mereka tunaikan (kepada imam), dengan syarat mereka mempunyai kekuatan (syaukah), ta`wil, dan pemimpin yang ditaati (muthaa’) dalam kelompok tersebut.” (Nihayatul Muhtaj, VIII/382; Al-Muhadzdzab, II/217; Kifayatul Akhyar, II/197-198; Fathul Wahhab, II/153).

… هم الخارجون عن طاعة بتأويل فاسد لا يقطع بفساده إن كان لهم شوكة بكثرة أو قوة و فيهم مطاع
( أسنى المطالب ج: 4 ص: 111 )

“Bughat adalah orang-orang yang keluar dari ketaatan dengan ta`wil yang fasid (keliru), yang tidak bisa dipastikan kefasidannya, jika mereka mempunyai kekuatan (syaukah), karena jumlahnya yang banyak atau adanya kekuatan, dan di antara mereka ada pemimpin yang ditaati.” (Asna Al-Mathalib, IV/111).

Jadi menurut ulama Syafi’iyah, bughat itu adalah pemberontakan dari suatu kelompok orang (jama’ah/komunitas), yang mempunyai kekuatan (syaukah) dan pemimpin yang ditaati (muthaa’), dengan ta`wil yang fasid (Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jina`i Al-Islamiy, II/674)

*D. Menurut Ulama Hanabilah.*

… البغاة … الخارجون عن إمام ولو غير عدل بتأويل سائغ و لهم شوكة ولو لم يكن فيهم مطاع
( شرح المنتهى مع كشاف القناع ج: 4 ص: 114 )

“Bughat adalah orang-orang yang memberontak kepada seorang imam –walaupun ia bukan imam yang adil– dengan suatu ta`wil yang diperbolehkan (ta`wil sa`igh), mempunyai kekuatan (syaukah), meskipun tidak mempunyai pemimpin yang ditaati di antara mereka.” (Syarah Al-Muntaha ma’a Kasysyaf al-Qana’, IV/114).

*Tindakan Terhadap Bughat*

وان طائفتان من المؤمنين اقتتلوا فاصلحوا بينهما فان بغت احداهما على الاخراى فقاتلواالتي تبغى حتى تفىء الى امرالله فان فاْصلحوا بينهما بالعدل (الحجرات: 9)

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikan lah antara keduanya, jika salah satu dari dua golongan itu berbuat aniaya, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali pada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah) maka damaikan lah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah." (QS. Al-Hujarat:9)

عن ابن عمر رضي الله عنه. قال: قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم, هل تدرى كيف حكم الله فيمن بغى من هذه الامة قال الله ورسوله اعلم قال : لا يجهر على جريحها ولا يقتل اسير ولا يطلب هاربها ولا يقسم فيئها (رواه البخارى والحكم)

Dari Ibnu Umar ra ia berkata “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tahukah engkau bagai mana hukum Allah dalam perkara orang-orang yang telah jadi kaum bughat dari umat ini? Seorang dari sahabat berkata, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, Rasulullah bersabda “tidak boleh ditambah lukanya, tidak boleh dibunuh tawanan nya, tidak perlu dicari mereka yang lari, dan tidak boleh dibagi-bagi rampasan nya. (HR. Al-Bazzar dan Hakim)

Pelaku bughat wajib diupayakan agar mereka kembali taat kepada imam. Usaha mengajak mereka kembali taat dilakukan dengan cara bertahap, yaitu
a.      Mengirim utusan kepada mereka untuk mengetahui sebab-sebab mereka melakukan pemberontakan. Apabila sebab-sebab itu ternyata berupa ketidaktauan, maka diusahakan agar mereka jadi mengerti.
b.      Jika tindakan pertama tidak berhasil dan mereka tetap bertahan dengan pendapat mereka, tindakan selanjutnya adalah menasehati mereka dan mengajak untuk kembali mentaati imam yang syah.
c.       Jika usaha kedua itupun tidak berhasil, maka tindakan ketiga adalah memberikan ultimatum atau ancaman.
d.      Jika dengan ketiga tersebut meraka masih tetap tidak mau kembali taat, tindakan terakhir adalah memerangi mereka sampai sadar dan kembali taat.

Agar ada perbedaan antara perang dengan orang kafir dan kelompok kaum muslimin yang membangkang pemerintah, maka tawanan-tawanan kaum pembangkang tidak boleh dibunuh, tetapi hanya ditahan saja sampai mereka kembali insyaf. Harta mereka yang sudah terlanjur dirampas tidak boleh dijadikan sebagai barang rampasan, tetapi jika sudah insyaf harus dikembalikan lagi. Demikian juga mereka yang tertawan dalam keadaan luka-luka harus dirawat. Dalam keadaan perang jika mereka telah mengundurkan diri tidak boleh dikejar.

Singkatnya, bughot (pemberontak) adalah masuk katagori perbuatan makar. Pengertian makar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum Andi Hamzah adalah akal busuk, tipu muslihat, perbuatan atau usaha dengan maksud menjatuhkan pemerintah yang sah. Adapun unsur yang dapat dikategorikan melakukan perbuatan makar adalah sebagai berikut:
1. Dengan maksud akan menghilangkan nyawa atau kemerdekaan Presiden dan Wakil Presiden atau dengan maksud akan menjadikan mereka itu tidak cakap memerintah.
2. Dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian wilayah negara dari yang lain.
3. Unsur dengan maksud menggulingkan Pemerintah.

Unsur-unsur diatas terdapat dalam Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Adapun ancaman hukum terhadap perbuatan makar sebagaimana dimaksud point pertama diatas diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama 20 (dua puluh ) tahun. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfa'at. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Minggu, 10 Februari 2019

KATA MUTIARA INDAH BAHASA ARAB


اِبْتَسِمْ لِحَيَاتِكَ، وَابْتَسِمْ لِكُلِّ مَاهُوَ حَوْلَكَ، وَفَكِّرْ فِي كُلِّ مَا يُسْعِدُكَ، وَلَا تُفَكِّرْ فِي أَمْرٍ يُقْلِقُكَ، فَالأَمَلُ دَوَاءٌ، وَالقَلَقُ عِنَاءٌ، وَالتَفَاؤَلُ رَجَاءٌ.

Tersenyumlah untuk hidupmu, dan tersenyumlah untuk semua hal disekitar mu.dan fikirkanlah semua hal yang membuat mu bahagia, dan jangan fikirkan hal yang membuatmu cemas. Karena cita-cita adalah obat, kecemasan adalah penyakit, dan keoptimisan adalah harapan.

بَعْضُ النِهَايَتِ، مُرَّةٌ كَالقَهْوَةِ وَلَكِنَّهَا تَجْعَلُكَ شَخْصًا مُسْتَيْقِظًا مُتَنَبِهًا.

Sebagian akhir dari sesuatu, itu pahit layaknya seperti kopi, akan tetapi itu semua akan membuat mu menjadi pribadi yang siap sedia dan waspada.

لَا تَتَعَلَقُ بِشَئٍ فَكُلُّنَا ذَاهِبُوْنَ... وَإِنْ أَحْبَبْتَ فَأحب بِصَمْتِ... فَلَا دَاعِي لِلْجُنُوْنِ، فَمَا الحَيَاةَ سِوَى مَطَاِر .. قَادِمُوْن وَمُغَادِرُوْنَ..

Janganlah kamu bergantung diri pada sesuatu, karena kita semua akan mati, Jika kamu mencintai cintailah dengan diam, Jangan lah kau tergila-gila, Karena hidup layaknya pesawat yang datang dan pergi.

الرِزْقُ أَوْسَعٌ بِكَثِيْرٍ مِنْ أَنْ يُقَيِّدُ بِالمَالِ، مَعْرِفَةُ الله رِزْقٌ، طَاعَتُهُ رِزْقٌ، التَوَاكَلُ عَلَيْهِ رِزْقٌ، الثِقَةُ بِهِ رِزْقٌ، الإِقْبَالُ عَلَيْهِ رِزْقٌ، حُبُّهُ وَنَيْل مَحَبَّته رِزْقٌ.

Rizki itu terlalu luas kalau jika hanya dikaitkan dengan harta. Karena mengenal Allah rizki, taat kepada-NYA rizki, tawakal kepada-NYA rizki, Percaya kepada-NYA rizki,m dekat dengan-NYA rizki, mencintai danmendapatkan cinta-NYA rizki.

مِنَ المُسْتَحِيْلِ أَنْ يَذْهَبَ لِغَيْرِكَ شَيْئٌ قَدْ كَتَبَهُ الله لَكَ. فاطمئنّ ..لا تحسد ..لا تحقد ... وعش بقلب أبيض نقيي ونية صافية....وكن مع الله.. يكون الله معك.

Merupaka  hal yang mustahil suatu yang sudah ditakdirkan Allah kepadamu akan berpindah ke orang lain. Maka tenanglah jangan iri, jangan dengki. Dan hiduplah dengan hati yang putih nan bersih dan niat yang suci. Dan jika kamu bersama Allah, Allah bersama mu.

في قلب الرجل ألف باب، يدخل منها كل يوم ألف شئ، ولكن حين تدخل المرأة من أحدها، لا ترضى ألا أن تغلقها كلها.

Di dalam hati seorang laki-laki terdapat 1000 pintu yang setiap hari di masuki seribu hal, akan tetapi ketika seorang wanita memasukinya, wanita itu hanya rela jika pintu lainnya tertutup.

يقال أن الأقنعه تبكي أحيانا من شدة قبح نوايا مرتديها.

Dikatakan bahwa topeng terkadang menangis karena sangat jeleknya niat pemakainya.
 
البعض من الناس يحفرون عيبك على النحاس، ويكتبون فضائلك على الماء.

Sebagian orang mengukir aibmu diatas tembaga, dan menuliskan kebaikanmu diatas air.

كُلُّمَا وَجَدْتَ نَفْسَكَ فِي طَرِيْقِ الاَغْلَبِيَّةِ، فَقَدْ حَانَ الوقت لتتوقف وتغير إتجاهك.

Setiap engkau mendapati dirimu di jalan orang pada umumnya, maka sudah waktunya untuk berhenti dan merubah arah mu.

مُخَالَفَتِي لَكَ فِي الرَأْيِ .. لَا تَعْنِي بِأَنِي عَدُوٌّ لَكَ..

Perbedaan pendapatku terhadapmu, tidak berarti bahwa aku adalah musuh mu.

لا تكثر التمنى وأنت لا تعمل.. ولا تترقب النجاح دون كفاح.. فقد قيل في الحكمة : قبل أن تحلم بالطيران .. تعلم المشي بطريقة صحيحة..

Jangan memperbanyak keinginan dan kamu tidak berbuat apa- apa, dan janganlah kamu menunggu kesuksesan tanpa berjuang, pepatah mengatakan: sebelum kamu bermimpi untuk terbang, belajarlah terlebih dahulu cara berjalan yang benar.

إذا كنت واحدا فلا تشعر بالحزن، فتذكر أن القمر وحيدا، ورغم وحدته يبقى أجمل ما في السماء.

Jika kamu seorang diri jangan merasa bersedih, dan ingatlah sesungguhnya bulan hanya satu, dan meskipun  hanya satu, tetap ia lah yang paling indah di langit.

ليس كلما تعرفه يريح قلبك.. فبعض الأشياء أجمل ما بقيت مجهول.

Tidak semua yang telah engkau ketahui membuat hati mu bahagia, akan tetapi sebagian hal yang belum engkau ketahui lebih indah.

حقا لا تقف الحياة على فقدان أحد، لكنها قد تمضي دونه بشكل مختلف.

Sungguh janganlah engkau berhenti hidup karena kehilangan seseorang, karena hidup dapat berlanjut tanpanya dengan bentuk yang berbeda.

أحيانا تكون الحياة كالماء ، لا طعم لا لون رائحة، ولكنا مجبورين أن نشربها، للإستمرار فقط.

 Terkadang hidup seperti air, tidak ada rasa, tidak ada warna, dan tidak ada bau. Akan tetapi kita dipaksa untuk meminumnya, semata-mata untuk melanjutkan hidup.

لا تلم الناس إذا خذلوك، ولكن لم نفسك لأنك توقعت منهم أكثر مما ينبغى.

Jangan mencela orang lain jika mereka mengecewakan mu, hendaklah engkau mencela diri mu sendiri karena engkau mengharpkan mereka lebih dari yang seharusnya.

مأساة الحياة لا تكمن فى عدم وصولك إلى الهدف، ولكنها تكمن في أن لا يكون لك هدف تحاول الوصول إليه.

Tragisnya hidup bukan karena kamu tidak mencapai tujuan, akan tetapi karena tidak adanya tujuan, yang  harus diusahakan untuk di capai.

خير لك أن تسير كالسلحفاه فى الطريق الصحيح على أن تكون كالغزال فى    الطريق الخطأ.

 Lebih baik kamu berjalan seperti kura-kura di jalan yang benar, dari pada seperti kijang namun dijalan yang salah.

كلما احترمت المرأة نفسها، احترمها من حولها، فهي ثمينة مادامت أمينة، فإذا خانت هانت.

Setiap kali wanita menghormati dirinya, ia akan di hormati orang di sekitarnya. Ia berharga selam dapat dipercaya, jika ia berkhianat niscaya ia akan hina.

Kamis, 07 Februari 2019

EDISI KHUTBAH JUM'AT (Mewaspadai Dosa Yang Tersembunyi)


*Khutbah Pertama*

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَصْلَحَ الضَمَائِرَ، وَنَقَّى السَرَائِرَ، فَهَدَى الْقَلْبَ الحَائِرَ إِلَى طَرِيْقِ أَوْلَي البَصَائِرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيُكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ

قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

وَقَالَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وَقَالَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

*Jamaah Jumat Rahimakumullah*

Dalam sebuah ayat, Allah ta’ala berfirman:

وَذَرُوا۟ ظَٰهِرَ ٱلْإِثْمِ وَبَاطِنَهُۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْسِبُونَ ٱلْإِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوا۟ يَقْتَرِفُونَ

“Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang-orang yang mengerjakan dosa, kelak akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.“ (QS. Al An’aam: 120)

Ayat Allah yang mulia ini mengingatkan manusia tentang dua macam dosa yang menimpa manusia. Keduanya sama-sama berbahaya dan wajib ditinggalkan. Dosa itu adalah dosa zahir (terlihat dan terdengar) dan dosa batin (kemaksiatan hati). Sebagaimana istilah itu sendiri, dosa zahir merupakan bentuk dosa yang jelas tampak di depan kasat mata kita, atau terdengar oleh telinga kita. Contohnya seperti minum khamr, zina, judi, membunuh, ghibah, mengadu domba dan lain-lain. Sedangkan dosa batin adalah dosa yang sifatnya tersembunyi, menyangkut dengan hati kita masing-masing, contohnya; sombong, hasad, congkak, riya’ dan lan sebagainya.

Umumnya, banyak di antara kita yang sadar dan mampu menghindarkan diri dari setiap perbuatan dosa lahiriyah, namun sedikit sekali yang mampu selamat dari dosa batin. Banyak di antara kita yang mampu menjaga diri dari larangan berbuat zina, judi, minum khamer dan sebagainya, namun terkadang tidak sedikit di antara kita yang sulit menjaga hati ini dari maksiat-maksiat batin; sombong, merasa paling hebat sendiri lalu meremehkan yang lain, tidak ikhlas dalam beramal atau ketika memberi, suka pamer, hasad, dengki dan sebagainya.

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Padahal bila kita telusuri lebih dalam tentang wejangan para ulama dalam hal ini, maka kita akan menyimpulkan bahwa dosa batin yang sulit kita hindari itu justru lebih berbahaya daripada dosa zahir. Mengapa demikian? Mari kita mulai dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Nu’aim bin Basyir, Nabi SAW bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

“…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila ia baik, baiklah seluruh jasadnya dan apabila ia  rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging  itu adalah hati,” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maknanya, sumber kerusakan yang terjadi pada manusia justru bermula dari rusaknya hati karena maksiat-maksiat yang menutupinya. Efeknya, ketika hati rusak maka jasad manusia pun ikut terbawa kepada kerusakan. Karena itu, dalam makna yang lebih luas, hadis ini ada kaitannya dengan sabda Nabi SAW

إِنَّ الله لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلاَ إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat kepada bentuk-bentuk tubuh dan harta-harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal kalian,” (HR. Muslim)

*Jamaah Jumat Rahimakumullah*

Dosa zahir umunya terjadi karena adanya dosa batin, ketika hatinya rusak dengan maksiat-maksiat batin maka hal itu akan membawa pengaruh kepada raganya untuk bertindak dengan maksiat yang zahir. Dosa pertama kali yang dilakukan oleh anak adam di muka bumi menjadi contoh yang cukup nyata. Yaitu ketika hati Qabil memiliki hasad kepada Habil yang kemudian berujung kepada pembunuhan.

Karena itu, dalam kitab Zaadul Masiir (9/276), Imam Ibnul Jauzi berkata, “Hasad adalah (termasuk) tabiat yang terjelek. Ia menjadi penyebab adanya maksiat pertama kali di langit, yaitu hasad iblis kepada Nabi Adam ‘alahis salam dan penyebab adanya maksiat pertama kali di muka bumi, yaitu hasad Qabil kepada Habil,”

Demikian juga dengan kekufuran yang dilakukan oleh orang-orang yahudi ketika risalah Islam disampaikan oleh Nabi SAW. Tidak ada yang menghalangi mereka untuk beriman kecuali karena hasad yang ada dalam hati mereka.

“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran,” (Al-Baqarah: 109)

*Jamaah Jumat Rahimakumullah*

Dosa zahir, pada umumnya juga mudah menyadarkan pelakunya. Banyak pelaku maksiat zahir yang mengaku kalau apa yang dilakukannya adalah salah dan kemudian sadar untuk berubah. Demikian juga dalam pandangan orang lain, perbuatannya akan dianggap melampaui batas. Sehingga harapan untuk sadar dan bertaubat lebih terbuka. Sedangkan perbuatan dosa batin, biasanya pelakunya tidak sadar atau bahkan menganggap dirinya tidak bersalah. Sehingga pintu taubat pun akan terasa sulit baginya.

Dua contoh di berikut ini akan menggambarkan hal itu, pertama: kisah taubatnya Nabi Adam ‘alaihissalam, beliau melakukan perbuatan dosa zahir dengan memakan buah dari pohon yang terlarang, kemudian setelah itu beliau tersadarkan dan dengan mudah kembali kepada Allah, Allah ta’ala berfirman tentang penyesalan dan pertaubatan beliau dan istrinya:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Keduanya berkata, “Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami termasuk orang-orang yang merugi,” (QS. Al-A’raf: 23).

Berbeda halnya dengan iblis, dosanya jenis dosa batin, yaitu sombong, maka terasa berat baginya untuk bertaubat. Bahkan dia menganggap dirinya lah berada di atas kebenaran. Dalam Al-Quran Allah Ta’ala abadikan beberapa kali kisah iblis ini. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir,” (QS. Al-Baqarah: 34)

*Jamaah Jumat Rahimakumullah*

Dua kisah di atas mengabarkan kepada kita bahwa dosa batin bukanlah perkara yang ringan. Walaupun tidak terlihat namun pengaruhnya dahsyat. Mampu menjerumuskan kira kepada dosa-dosa zahir tanpa disadari oleh jiwa itu sendiri. Dari sini kemudian Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyimpulkan bahwa,” “Dosa-dosa besar, seperti riya, ujub (bangga terhadap amal), kibr (sombong), fakhr (membanggakan amal), khuyala` (angkuh), putus asa, tidak mengharap rahmat Allah, merasa aman dari makar Allah, riang gembira atas penderitaan kaum Muslimin, senang atas musibah yang menimpa mereka, senang dengan tersebarnya fahisyah (maksiat) di tengah-tengah mereka, dengki terhadap anugerah Allah kepada mereka, berangan-angan anugerah tersebut hilang dari mereka, dan hal-hal yang mengikuti dosa-dosa ini yang statusnya lebih haram dari zina, meminum minuman keras, dan dosa-dosa besar yang zahir selain keduanya” (Madarijus-Salikin, 1/133)

اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

*Khutbah Kedua*

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

 وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ.

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

KATA MUTIARA INDAH BAHASA ARAB DAN ARTINYA


    الْحَيـَــــــــــــــــــــاةُ دَمْعـتَانِ .. دَمْعَــةُ لِقَاء وَدَمْعَــة وَدَاعٍ .. وَاْلأَصْعَبُ مِنْ ذَلِكَ دَمْعَةُ لِقَاءٍ بَعْدَ اْلفِــــــــــــرَاقِ
Kehidapan itu dua air mata...Air mata pertemuan dan air mata perpisahan. Dang paling sulit diantara keduanya adalah air mata pertemuan setelah perpisahan.

    عَلَّمَتْنِي اْلحَيَاةُ أَنْ أَجْعَلَ قَلْبِيْ مَدِيْنَةً بُيُوْتُهَا اْلمَحَبَّةُ، وَطُرُقُهَا التَّسَامُحُ وَالْعَفْوُ، وأن أعطي ولا أنتظر الرد على العطاء، وأن أصدق مع نفسي قبل أن أطلب من أحد أن يفهمني، وعلّمتني أن لا أندم على شيءٍ، وأن أجعل الأمل مصباحاً يرافقني في كلّ مكان
Hidup telah mengajariku agar menjadikan hatiku sebgai sebuah kota yang rumahnya adalah cinta, jalannya toleransi dan memaafkan. Mengajariku agar memberi tanpa menunggu balasan. Jujur pada diri sendiri sebelum meminta orang lain untuk memahamiku. Ia juga mengajariku agar tidak menyesali sesuatu dan menjadikan cita-cita sebagai lentera yang menemaniku di mana saja.
  
  علّمتني الحياة أنّني عندما أفرح أظهر فرحتي لأسعد بها من حولي.. وعندما أحزن أن أرى حزني كما يخفي الربيع آثار الخريف
Kihidupan Mengajariku, tatkala aku bahagia aku akan tampakkan kebahagiaan itu agar orang sekitarku ikut senang...Dan tatkala aku bersedih ia mengajariku agar tidak menampakkannya layaknya musim semi yang menutupi bekas-bekas musim gugur.

    علّمتني الحياة أن أكون مثلها، وأن أرتدي ثوب الطّهر والعفاف، وأن أصنع لنفسي ستاراً أجعل منه شوكةً فى وجه من يحاول أن يقترب منّي
Kehidupan Mengajariku agar aku menjadi sepertinya, dan agar aku memakai baju kebersihan dan kesucian, serta agar aku membuat sebuah pembatas layaknya duri dihadapan orang yang ingin mendekatiku.
    
علّمتني الحياة أن أكون ناعمةً مثل أوراقها وصلبة كالجذور وخشنة كالسّاق وطيّبة كالعطر
Kehidupan mengajariku agar aku menjadi seorang yang lembut sepertia daun, kuat seperti akar, keras seperti batang pohon dan harum seperti minyak wangi.

    علّمتني الحياة ..أن أكون كالتّربة الخصبة أعطي من يزرع في ثمره دون انتظار المقابل
Kehidupan mengajariku agar aku menjadi sosok yang seperti tanah yang subur, memberikan kebaikan buah bagi yang menanam tanpa menunggu imbalan.

    علّمتني الحياة ..أن أجمع بين كلّ من الجمال والقسوة في آنٍ واحد
Kehidupan mengajariku agar memadukan antara keanggunan dan kegarangan dalam satu waktu

    الجمال لمن يقدّر الجمال دون أهداف أخرى والقسوة فى وجه من يلجأ إلى الخداع
Anggun bagi siapa yang menghargai keanggunan tanpa pamrih apapun dan garang terhadap orang yang hanya berniat menipu.

    القسوة لمن يحاول أن يقطف الزّهره لكي يستمتع بها دقائق ثم يلقي بها في أقرب طريق، يلقى بها تحت الأقدام، ويتحوّل على ورده أخرى، ويفعل بها كما فعل بالّتي قبلها
Garang bagi siapa yang berusaha memetik bunga untuk menikmatinya sesaat untuk kemudian membuangnya dijalan, membuangnya di bawah kakinya dan berpindah ke bunga yang lain serta berbuat seperti sebelumnya

    علّمتني الحياة أن أقابل الخير بالخير، وأن أقابل الشرّ بالخير، وأن أقابل الاحسان بالإحسان، وأقابل الإساءة بالإحسان
Kehidupan mengajariku agar membalas kebaikan dengan kebaikan dan membalas keburukan dengan kebaikan

    علّمتني الحياة ..أن أكون قنوعةً فتكفيني قطرات النّدى في الصباح لأرتوي
Kehidupan mengajariku agar qonaah sehingga embun pagi hari sudah cukup menghilangkan dahagaku.

    علّمتني الحياة..أن أحاول إصلاح الكون من حولي وتزيينه بلمسات من الجمال وحاولت كثيراً حتّى تعلّمت
    النجاح سلّم لا تستطيع تسلّقه ويداك فاجيبك
Kehudupan mengajariku agar memperbaiki alam sekitarku dan menghiasinya dengan sentuhan keindahan dan aku terus berusaha sehingga aku belajar bahwa keberhasilan tidak bisa kau raih sedang tanganmu tetap berada dalam saku.

    من يحاول أن يمسك الشّمعة من شعلتها.. يحرق يده
Siapa yang memegang lilin tatkala menyala maka tangannya akan terbakar.