MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Senin, 25 Februari 2019

BUGHAT (PEMBERONTAK) BERDALIH MEMBELA AGAMA

Kaum Bughat pertama kali muncul pada masa Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah, yaitu sesudah khalifah Ustman bin Affan meninggal dunia. Segolongan kaum muslimin yang berlainan faham dan politik nya dalam menjalankan roda pemerintahan, lalu menentang pemerintahan khalifah ali bin abu thalib dan menyatakan keluar dari pemerintahan itu. Kaum inilah yang dinamakan kaum khawarij, artinya keluar dari pemerintah.
Menurut riwayat, jumlah kaum khawarij pada waktu itu adalah kira-kira 8000 orang. Khalifah ali mengutus ibnu abbas kepada mereka untuk berunding, setelah berunding dan bertukar pikiran, 4000 orang diantara mereka kembali masuk ke dalam pemerintahan, sedang yang 4000 lagi masih tetap menjadi gerombolan. Dalam suatu negara yang berdasarkan Islam, gerombolan seperti itu wajiblah diperangi.

Suatu ketika sahabat Ali bin Abi thalib radhiallahu 'anhu mendengar ucapan kaum Khawarij tatkala meneriakkan yel-yel protes atas kebijakan khalifah Ali bin Abi Thalib dan sahabat Muawiyah radhiallahu 'anhuma dalam peristiwa tahkim sembari membaca ayat:

 إن الحكم إلا لله

"Tiada hukum kecuali hukum Allah."

Maka beliau radhiallahu 'anhu menanggapinya dengan mengatakan:

كلمة حق أريد بها الباطل

"Kalimat hak namun yang diinginkan kebatilan."

Itulah yang diistilahkan dengan Syubhat (kerancuan). Yaitu membuat rancu atau samar sebuah perkara dengan argumen atau dalil yang nampak seakan-akan benar dan bisa diterima.

Syubhat dalam agama biasanya ditebarkan oleh ahlu batil yaitu orang-orang yang sesat, demi pembenaran kebatilan atau membuat ragu dan bimbang orang-orang yang berpegang dengan kebenaran.

Mereka dijuluki ahlu syubhah (penebar syubhat), karena tidak henti-hentinya menebar syubhat (berita hoaxs) ditengah-tengah muslimin. Saling bahu-membahu bersatu padu membingkai kebatilan dengan bingkai kata-kata indah nan berbisa. Memoles syubhat (kerancuan)  nan beracun dengan polesan dalil yang diselewengkan maknanya demi menipu umat.

Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh ulama timur tengah Imam Rabi Bin Hadi Al-Madkhali sbb :

ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺇﺫﺍ ﺍﺣﺘﺞ ﺃﺣﺪ ﺑﻘﻮﺍﻋﺪ ﻋﻠﻢ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻣﺤﻠﻬﺎ ﺃﻥ ﺗﻘﻮﻟﻮﺍ:

“ﻛﻠﻤﺔ ﺣﻖ ﺃﺭﻳﺪ ﺑﻬﺎ ﺑﺎﻃﻞ” ﻭﺗﺒﻴﻨﻮﺍ ﺑﺎﻃﻠﻪ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﺍﺳﺘﺪﻻﻟﻪ ﻻ ﺃﻥ ﺗﻨﺤﻮﺍ ﺍﻟﻘﻮﺍﻋﺪ ﻋﻦ ﻣﻜﺎﻧﺘﻬﺎ ﻭﺗﺴﺘﺒﺪﻟﻮﺍ ﺑﻬﺎ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﻓﺎﺳﺪﺓ ﺗﺆﺩﻱ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻔﺘﻦ ﻭﺍﺣﺘﺪﺍﻡ ﺍﻟﺨﻼﻓﺎﺕ .ﺃﺭﺃﻳﺘﻢ ﻟﻮ ﺍﺣﺘﺞ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﺑﺂﻳﺎﺕ ﻭﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﻃﻞ، ﺃﻧﻬﻮﻥ ﻣﻦ ﺷﺄﻥ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﻭﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ؟ ﺃﻭ ﻧﻘﻮﻝ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻟﻠﺨﻮﺍﺭﺝ ﺣﻴﻨﻤﺎ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﻻ ﺣﻜﻢ ﺇﻻ ﻟﻠﻪ ” ﻛﻠﻤﺔ ﺣﻖ ﺃﺭﻳﺪ ﺑﻬﺎ ﺑﺎﻃﻞ . “ﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﺃﻥ ﻧﺴﻠﻚ ﻣﺴﻠﻚ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻋﻘﻼً ﻭﺷﺮﻋﺎً ﻭﻓﻄﺮﺓ ﻭﻻ ﻧﺴﻠﻚ ﻣﺴﺎﻟﻚ ﺃﻫﻞ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ ﻓﻲ ﺍﺧﺘﺮﺍﻉ ﺍﻷﺻﻮﻝ ﺍﻟﻔﺎﺳﺪﺓ ﻟﻨﺼﺎﺩﻡ ﺑﻬﺎ ﺍﻷﺻﻮﻝ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ ﺍﻟﺮﺍﺷﺪﺓ.

"Yang wajib atas kalian bila seseorang berargumen dengan kaidah-kaidah ilmu hadits bukan pada tempatnya ialah kalian mengatakan:

“Itu adalah kalimat haq yang dengannya diinginkan kebatilan” dan kalian menjelaskan kebatilan dan kerusakan pendalilannya, jangan kalian menyingkirkan kaidah-kaidah dari tempatnya dan menggantinya dengan kaidah-kaidah yang rusak yang mengantar kepada fitnah dan semakin kencangnya perselisihan-perselisihan.

Apakah yang menjadi pendapat kalian seandainya seorang insan berargumen dengan ayat-ayat dan hadits-hadits untuk membela kebatilan, apakah kita menistakan ayat-ayat dan hadits-hadits –wal iyadzu billah-?.

Atau kita mengatakan seperti yang dikatakan oleh Ali radhiyallahu’anhu kepada khawarij di kala mereka mengatakan “tiada hukum kecuali milik Allah“, (yakni, Ali mengucapkan;) kalimat haq yang dengannya diinginkan kebatilan.

Yang wajib ialah kita menempuh jalannya Ali radhiyallahu’anhu sebab itu adalah haq dan benar secara akal, syari dan fitrah, dan kita tidak menempuh jalan-jalannya para pengusung hawa nafsu di dalam membuat ushul-ushul yang rusak agar dengannya kita menabrak ushul-ushul yang benar dan lurus." (Aimmatul jarhi wat ta’dil hum humatud din)

*Makna Bahasa Bughat*

Bughat بُغَاةٌ ) ( adalah bentuk jamak اَْلبَاغِيُ , yang merupakan isim fail (kata benda yang menunjukkan pelaku), berasal dari kataبَغى (fi’il madhi),َيبْغِيُ (fi’il mudhari’), danبُغْيَةً – بَغْيًا بُغَاءً – (mashdar). Kata بَغى mempunyai banyak makna, antara lain طَلَبَ (mencari, menuntut), ظَلَمَ (berbuat zalim), إِعْتَدَى / تَجَاوَزُالْحَدَّ (melampaui batas), dan كَذَبَ(berbohong) (Anis, 1972:64-65, Munawwir, 1984:65 & 106, Ali, 1998:341).

Dengan demikian, secara bahasa, البَاغِيُ (dengan bentuk jamaknya اَلْبُغَاةُ ) artinya اَلظَّالِمُ (orang yang berbuat zhalim), اَلْمُعْتَدِيْ (orang yang melampaui batas), atau اَلظَّالِمُ الْمُسْتَعْلِيْ (orang yang berbuat zhalim dan menyombongkan diri) (Ali, 1998:295, Anis, 1972:65).

*Makna Syar’i Bughat*

Dalam definisi syar’i –yaitu definisi menurut nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah– bughat memiliki beragam definisi dalam berbagai mazhab fiqih, meskipun berdekatan maknanya atau ada unsur kesamaannya. Kadang para ulama mendefinisikan bughat secara langsung, kadang mendefinisikan tindakannya, yaitu al-baghyu (pemberontakan).

Berikut ini definisi-definisi bughat yang dihimpun oleh Abdul Qadir Audah (1996:673-674), dalam kitabnya التشريع الجنائي الإسلامي ) At-Tasyri’ Al-Jina`i Al-Islamiy), dan oleh Syekh Ali Belhaj (1984:242-243), dalam kitabnya فصل الكلام في مواجهة ظلم الحكام (Fashl Al-Kalam fi Muwajahah Zhulm Al-Hukkam)

*A. Menurut Ulama Hanafiyah.*

… البغي … الخروج عن طاعة إمام الحق بغير حق , و الباغي … الخارج عن طاعة إمام الحق بغير حق
( حاسية ابن عابدين ج: 3 ص: 426 – شرح فتح القدير ج: 4 ص: 48 )

“Al-Baghyu (pemberontakan) adalah keluar dari ketaatan kepada imam (pemimpin) yang haq (sah) dengan tanpa [alasan] haq. Dan al-baghi (bentuk tunggal bughat) adalah orang yang keluar dari ketaatan kepada imam yang haq dengan tanpa haq.” (Hasyiyah Ibnu Abidin, III/426; Syarah Fathul Qadir, IV/48).

*B. Menurut Ulama Malikiyah.*

… البغي … الإمتناع عن طاعة من ثبتت إمامته في غير معصية بمغالبته ولو تأويلا …
… البغاة … فرقة من المسلمين خالفت الإمام الأعظم أو نائبه لمنع حق وجب عليها أو لخلفه
( شرح الزرقاني و حاشية الشيبان ص: 60)

“Al-Baghyu adalah mencegah diri untuk mentaati orang yang telah sah menjadi imam (pemimpin) dalam perkara bukan maksiat dengan menggunakan kekuatan fisik (mughalabah) walaupun karena alasan ta`wil (penafsiran agama)…

Dan bughat adalah kelompok (firqah) dari kaum muslimin yang menyalahi imam a’zham (pemimpin besar/tertinggi) atau wakilnya, untuk mencegah hak (imam) yang wajib mereka tunaikan, atau untuk menggantikannya.” (Hasyiyah Az-Zarqani wa Hasyiyah Asy-Syaibani, hal. 60).

*C. Menurut Ulama Syafi’iyah.*

… البغاة … المسلمون مخالفو الإمام بخروج عليه و ترك الانقياد له أو منع حق توجه عليهم بشرط شوكة

لهم و تأويل و مطاع فيهم ( نهاية المحتاج ج: 8 ص: 382 ؛ المهذب ج: 2 ص: 217 ؛ كفاية الأخيار

ج: 2 ص: 197 – 198 ؛ فتح الوهاب ج: 2 ص: 153 )

“Bughat adalah kaum muslimin yang menyalahi imam dengan jalan memberontak kepadanya, tidak mentaatinya, atau mencegah hak yang yang seharusnya wajib mereka tunaikan (kepada imam), dengan syarat mereka mempunyai kekuatan (syaukah), ta`wil, dan pemimpin yang ditaati (muthaa’) dalam kelompok tersebut.” (Nihayatul Muhtaj, VIII/382; Al-Muhadzdzab, II/217; Kifayatul Akhyar, II/197-198; Fathul Wahhab, II/153).

… هم الخارجون عن طاعة بتأويل فاسد لا يقطع بفساده إن كان لهم شوكة بكثرة أو قوة و فيهم مطاع
( أسنى المطالب ج: 4 ص: 111 )

“Bughat adalah orang-orang yang keluar dari ketaatan dengan ta`wil yang fasid (keliru), yang tidak bisa dipastikan kefasidannya, jika mereka mempunyai kekuatan (syaukah), karena jumlahnya yang banyak atau adanya kekuatan, dan di antara mereka ada pemimpin yang ditaati.” (Asna Al-Mathalib, IV/111).

Jadi menurut ulama Syafi’iyah, bughat itu adalah pemberontakan dari suatu kelompok orang (jama’ah/komunitas), yang mempunyai kekuatan (syaukah) dan pemimpin yang ditaati (muthaa’), dengan ta`wil yang fasid (Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jina`i Al-Islamiy, II/674)

*D. Menurut Ulama Hanabilah.*

… البغاة … الخارجون عن إمام ولو غير عدل بتأويل سائغ و لهم شوكة ولو لم يكن فيهم مطاع
( شرح المنتهى مع كشاف القناع ج: 4 ص: 114 )

“Bughat adalah orang-orang yang memberontak kepada seorang imam –walaupun ia bukan imam yang adil– dengan suatu ta`wil yang diperbolehkan (ta`wil sa`igh), mempunyai kekuatan (syaukah), meskipun tidak mempunyai pemimpin yang ditaati di antara mereka.” (Syarah Al-Muntaha ma’a Kasysyaf al-Qana’, IV/114).

*Tindakan Terhadap Bughat*

وان طائفتان من المؤمنين اقتتلوا فاصلحوا بينهما فان بغت احداهما على الاخراى فقاتلواالتي تبغى حتى تفىء الى امرالله فان فاْصلحوا بينهما بالعدل (الحجرات: 9)

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikan lah antara keduanya, jika salah satu dari dua golongan itu berbuat aniaya, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali pada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah) maka damaikan lah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah." (QS. Al-Hujarat:9)

عن ابن عمر رضي الله عنه. قال: قال رسو ل الله صلى الله عليه وسلم, هل تدرى كيف حكم الله فيمن بغى من هذه الامة قال الله ورسوله اعلم قال : لا يجهر على جريحها ولا يقتل اسير ولا يطلب هاربها ولا يقسم فيئها (رواه البخارى والحكم)

Dari Ibnu Umar ra ia berkata “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tahukah engkau bagai mana hukum Allah dalam perkara orang-orang yang telah jadi kaum bughat dari umat ini? Seorang dari sahabat berkata, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, Rasulullah bersabda “tidak boleh ditambah lukanya, tidak boleh dibunuh tawanan nya, tidak perlu dicari mereka yang lari, dan tidak boleh dibagi-bagi rampasan nya. (HR. Al-Bazzar dan Hakim)

Pelaku bughat wajib diupayakan agar mereka kembali taat kepada imam. Usaha mengajak mereka kembali taat dilakukan dengan cara bertahap, yaitu
a.      Mengirim utusan kepada mereka untuk mengetahui sebab-sebab mereka melakukan pemberontakan. Apabila sebab-sebab itu ternyata berupa ketidaktauan, maka diusahakan agar mereka jadi mengerti.
b.      Jika tindakan pertama tidak berhasil dan mereka tetap bertahan dengan pendapat mereka, tindakan selanjutnya adalah menasehati mereka dan mengajak untuk kembali mentaati imam yang syah.
c.       Jika usaha kedua itupun tidak berhasil, maka tindakan ketiga adalah memberikan ultimatum atau ancaman.
d.      Jika dengan ketiga tersebut meraka masih tetap tidak mau kembali taat, tindakan terakhir adalah memerangi mereka sampai sadar dan kembali taat.

Agar ada perbedaan antara perang dengan orang kafir dan kelompok kaum muslimin yang membangkang pemerintah, maka tawanan-tawanan kaum pembangkang tidak boleh dibunuh, tetapi hanya ditahan saja sampai mereka kembali insyaf. Harta mereka yang sudah terlanjur dirampas tidak boleh dijadikan sebagai barang rampasan, tetapi jika sudah insyaf harus dikembalikan lagi. Demikian juga mereka yang tertawan dalam keadaan luka-luka harus dirawat. Dalam keadaan perang jika mereka telah mengundurkan diri tidak boleh dikejar.

Singkatnya, bughot (pemberontak) adalah masuk katagori perbuatan makar. Pengertian makar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum Andi Hamzah adalah akal busuk, tipu muslihat, perbuatan atau usaha dengan maksud menjatuhkan pemerintah yang sah. Adapun unsur yang dapat dikategorikan melakukan perbuatan makar adalah sebagai berikut:
1. Dengan maksud akan menghilangkan nyawa atau kemerdekaan Presiden dan Wakil Presiden atau dengan maksud akan menjadikan mereka itu tidak cakap memerintah.
2. Dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian wilayah negara dari yang lain.
3. Unsur dengan maksud menggulingkan Pemerintah.

Unsur-unsur diatas terdapat dalam Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal 107 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Adapun ancaman hukum terhadap perbuatan makar sebagaimana dimaksud point pertama diatas diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama 20 (dua puluh ) tahun. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfa'at. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar