Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur'an maupun sunnah yang memerintahkan kita untuk meneladani para sahabat, di antaranya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَاتَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa: 115).
Salah satu diantara sahabat Khulafaur Rasyidin (Khalifah/ para pengganti yang mendapat petunjuk benar) adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu. Abu Bakar Ash-Shiddiq (nama asli Abdullah bin Abu Quhafah) adalah sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang paling utama, termasuk orang pertama yang masuk Islam, dan dikenal dengan gelar "Ash-Shiddiq" karena selalu membenarkan Nabi. Beliau menjadi khalifah setelah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, memimpin umat Islam untuk memerangi pemberontak, mengumpulkan Al-Qur'an, dan melanjutkan penyebaran Islam ke seluruh dunia.
Dalam kitab Hilyah Al-Auliya' wa Thabaqat Al-Ashfiya' dijelaskan tentang siapa sebenarnya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu inilah kisah singkatnya,
أبو بكر الصديق رضي الله عنه
أبو بكر الصديق السابق إلى التصديق، الملقب بالعتيق، المؤيد من الله بالتوفيق، صاحب النبي ﷺ في الغار والأسفار، ورفيقه الشفيق في جميع الأطوار، ورضيعه بعد المولد في الروضة المحفوفة بالأسرار، المخصوص بالذكر الحكيم بمبختر فإن به كافة الأخبار، وعامة الآثار، رقي مشرُفاً على ذُرى الأعصار، فلم يُسم في ذُروته من أُولي الأيدي والأبصار، حيث يقول عالم الأسرار: ﴿ثاني اثنين إذ هما في الغار إذ يقول لصاحبه لا تحزن إن الله معنا﴾ [التوبة: 40]، إلى غير ذلك من الآيات والآثار، ومشهور العناصر الواردة من الأحاديث والأخبار، التي غدت كالمشمس في الانتشار، وتقل كل من غابر وفات كل من حاد، وانحضر ونزل من كل من أنكر وتكبر، حتى أتفق على قبوله الفتح وتلقته الجلة.
توحّد الصديق في الأحوال بالتحقيق، واختار الأخبار من الله، دعاه إلى الطريق تجرد من الأموال والأغراض، وانتَصَب في قيام التوحيد للهدف والأغراض، صار للمحن هادياً وبلاء، وغرضاً وزهداً فيما عزله جواهر كان أو عرضاً، نفر ذابغ عن الالتفات إلى الخلق.
وقد قيل: إن التصوف الاعتصام بالحقائق عند اختلاف الطرائق.
حدثنا أبو بكر بن خلاد، قال: حدثنا أحمد بن إبراهيم بن ملحان ثنا يحيى بن بكير، قال: حدثني الليث بن سعد عن عقيل عن ابن شهاب، قال: أخبرني أبو سلمة بن عبد الرحمن عن ابن عباس رضي الله عنهما، أن أبا بكر رضي الله عنه خرج حين توفي رسول الله ﷺ، وعمر يكلم الناس، فقال: اجلس يا عمر. فأبى عمر أن يجلس. فقال: اجلس يا عمر. فشَهد: فقال: أما بعد، فمن كان يعبد محمداً فإن محمداً قد مات، ومن كان يعبد الله فإن الله حي لا يموت، إن الله تعالى قال: ﴿وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل أفإن مات أو قُتِل انقلبتم على أعقابكم﴾ [آل عمران: 144].
والله لكأن الناس لم يعلموا أن الله أنزل هذه الآية حتى تلاها أبو بكر، فتلقاها منه الناس كلهم، فما أسمع بشراً من الناس إلا يتلوها.
Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.
Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang pertama kali membenarkan (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam), mendapat julukan *Al-‘Atiq* (yang dibebaskan dari neraka), orang yang ditolong Allah dengan taufik-Nya, sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di gua dan dalam perjalanan, pendamping setia beliau dalam seluruh keadaan, yang menyusu bersama beliau sejak kecil di taman yang dipenuhi rahasia. Ia disebut secara khusus dalam Al-Qur’an dengan berita agung yang mengandung berbagai kabar dan atsar. Ia mencapai kedudukan yang tinggi di puncak zaman, hingga tidak ada seorang pun yang dapat menandingi dari kalangan ulul albab dan ulul abshar, sebagaimana firman Allah tentang dirinya:
"Ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya: Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita" (QS. At-Taubah: 40).
Dan masih banyak ayat dan atsar yang menunjukkan kedudukan beliau. Riwayat-riwayat tentang beliau sangat masyhur seperti matahari yang menyinari, diarahkan kepada semua generasi, diterima oleh seluruh kaum muslimin, tidak ada yang mengingkari kecuali orang yang keras kepala.
Ash-Shiddiq menempuh keadaan dengan penuh keyakinan dan mengambil berita dari Allah. Allah menyerunya menuju jalan-Nya. Ia meninggalkan harta dan kepentingan duniawi, bangkit dalam tauhid demi tujuan dan maksudnya, menjadi penunjuk jalan dalam menghadapi cobaan, tabah, zuhud terhadap dunia, dan menjauh dari segala bentuk kemewahan, berpaling dari ketergantungan pada makhluk.
Ada yang berkata: Tasawuf adalah berpegang teguh pada hakikat ketika banyaknya perbedaan jalan.
Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Khallad, ia berkata: Ahmad bin Ibrahim bin Malhan menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Bukair, dari Al-Laits bin Sa‘d, dari ‘Uqail, dari Ibn Syihab, ia berkata: Abu Salamah bin ‘Abdurrahman mengabarkan kepadaku dari Ibnu Abbas ra., bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, Abu Bakar ra. keluar sedangkan Umar sedang berbicara kepada manusia. Abu Bakar berkata: “Duduklah wahai Umar.” Namun Umar enggan duduk. Lalu Abu Bakar berkata: “Duduklah wahai Umar.” Maka Abu Bakar berkata:
“Amma ba‘du, siapa yang menyembah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sesungguhnya Muhammad telah wafat. Dan siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Mahahidup dan tidak akan mati. Sesungguhnya Allah telah berfirman: ‘Dan Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kalian akan berbalik ke belakang (kembali kafir)?’ (QS. Ali ‘Imran: 144).”
Ibnu Abbas ra berkata, "Demi Allah, seolah-olah manusia tidak tahu bahwa Allah menurunkan ayat ini hingga Abu Bakar membacakannya. Lalu semua orang pun menerima dan membacakannya, sehingga setiap orang yang terdengar pasti melantunkan ayat tersebut." (Hilyah Al-Auliya' wa Thabaqat Al-Auliya', Al-Imam Abu Nu'aim Al-Ashfahani juz 1 hal.58-59). Wallahu a’lam 🙏🏻
Tidak ada komentar:
Posting Komentar