MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Minggu, 16 November 2025

KAJIAN TENTANG KISAH WALIYULLAH HABIB YANG MENINGGALKAN SHALAT



Secara syar'i, seorang waliyullah tidak mungkin meninggalkan shalat, karena tanda seorang wali adalah ketaatan kepada Allah, termasuk menjaga kewajiban shalat. Namun, jika ada orang yang terkesan waliyullah tetapi meninggalkan shalat, maka hal itu bisa jadi pertanda tidak benar atau tidak memenuhi syarat menjadi wali, terutama jika ia lalai dalam menjalankan syariat. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ. الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ.

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa” (QS. Yunus : 62-63)

Imam Al-Qusyairi menjelaskan, 

 فَكُلُّ مَنْ كَانَ لِلشَّرْعِ عَلَيْهِ اعْتِرَاضٌ فَهُوَ مَغْرُوْرٌ مَخْدُوْعٌ

“Setiap orang yang perilakunya bertentangan dengan syariat, maka orang tersebut tertipu hawa nafsu dan terbujuk setan." (Ar-Risalah Al-Qusyairiyah (1/117)

Syekh Zakariya Al-Anshari juga menegaskan,

فَلَا يُرَاعَى فِيْ الوَلِيِّ إِلَّا الاِسْتِقَامَةُ عَلَى مَا ثَبَتَ بِالأَدِلَّةِ الصَّحِيْحَةِ. وَجَرْيَانُ خَوَارِقِ العَادَةِ عَلَى يَدِ العَبْدِ لَا يَدُلُّ عَلَى وِلَايَتِهِ، بَلْ قَدْ يَكُوْنُ مَمْكُوْرًا بِهِ وَكَذَّابًا عَلَى رَبِّهِ.

“Yang diperhatikan pada diri seorang wali adalah keistiqamahannya menjalani ibadah  berlandaskan pada dalil-dalih shahih. Keajaiban yang muncul dari seorang hamba tak lantas menunjukkan kewaliannya, bahkan justru ia sedang tertipu daya dan berdusta kepada Tuhannya” (Nataij Al-Afkar Al-Qudsiyyah (3/377)

Namun hebatnya seorang wali yang bernama Habib Alawi bin Hasyim tidak ikut shalat berjamaah disaat Habaib lain menunaikan shalat,

فمن اعتقاداتهم في الأولياء أنهم يتجزءون بحيث يظهر الولي في عدة أماكن دفعة واحدة في وقت واحد، وبنوا على هذا إعذار الولي الذي لا يصلي، قال علي الحبشي في " كنوز السعادة الأبدية ": ( ولما جاء الحبيب عبد الله بن عمر بن يحيى إلى قرسيّ وفيها الحبيب أحمد بن عبد الله بافقيه وأولاده شيخ ومحمد ، وكلهم رجال فحضرت صلاة فقدموا فيها الحبيب عبد الله بن عمر إماماً وكان الحبيب علوي بن هاشم جالساً في ناحية لم يصل معهم، فقال الحبيب محمد في نفسه: كيف هذه الولاية وفيها خرق للشريعة؟ وكيف تكون ولاية بلا صلاة، فكاشفه والده الحبيب أحمد وقال له يا محمد: فقال: مرحباً فقال له: ارفع رأسك فرفع رأسه فإذا تسع صور على صورة الحبيب علوي يصلين في الهواء، فقال له هل تضر صورة واحدة جالسة لا تصلي وتسع يصلين! ويذكر عنه أنه رؤي في نحو عشر بلدان، وفعل في كل بلد ضيافة في وقت واحد. 

Salah satu keyakinan mereka tentang para wali adalah bahwa mereka dapat berada di beberapa tempat sekaligus pada waktu yang sama. Mereka membangun keyakinan ini untuk membenarkan wali yang tidak shalat.

Ali Al-Habsyi berkata dalam kitab "Kunuz As-Sa'adah Al-Abadiyah": "Ketika Habib Abdullah bin Umar bin Yahya datang ke Qarsi, dan di sana ada Habib Ahmad bin Abdullah Ba Faqih dan anak-anaknya, Syaikh dan Muhammad, yang semuanya adalah orang-orang yang saleh. Ketika waktu shalat tiba, mereka meminta Habib Abdullah bin Umar untuk menjadi imam. Habib Alawi bin Hasyim duduk di satu sisi dan tidak shalat bersama mereka.

Habib Muhammad berkata dalam hatinya, 'Bagaimana mungkin ini adalah wali, sedangkan dia melanggar syariat? Bagaimana mungkin dia menjadi wali tanpa shalat?' Ayahnya, Habib Ahmad, mengetahui apa yang ada di hatinya dan berkata, 'Wahai Muhammad!' Dia menjawab, 'Labbaik.' Ayahnya berkata, 'Angkat kepalamu.' Dia mengangkat kepalanya, dan dia melihat sembilan gambar yang menyerupai Habib Alawi sedang shalat di udara.

Ayahnya berkata, 'Apakah satu gambar yang duduk tidak shalat, sedangkan sembilan gambar lainnya shalat?'"

Dikatakan bahwa Habib Alawi pernah dilihat di sekitar sepuluh negara, dan dia melakukan perbuatan yang sama (shalat) di setiap negara pada waktu yang sama." (Kunuz As-Sadah Al-Abadiyah fi Al-Anfas Al-Aliyah Al-Habasyiah, Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi hal.55-56)

Pada halaman 104-105 sebuah karomah yang luar biasa waliyullah Al-Habib Abdul Qadir Al-Habsyi yang tidak minum air selama 20 tahun meski secara ilmiah tubuh manusia tidak akan mampu bertahan tanpa air dalam jangka yang lama,

قالوا إن الحبيب عبد القادر بن محمد الحبشي صاحب الغرفة كانت له مجاهدات عظيمة واربعنيات طويلة وأخذ عشرين سنة ما شرب فيها الماء ولما جاء عند الحبائب أل المسيله فرحوا بهوذهب الحبيب طاهر والحبيب عبدالله الى عند والدتهما وقال له يا أماه هذا الحبيب عبد القادر الحبسي من شأنه كنا ومن امره كذا وان له عشرين سنة ما شرب فيها الماء, فقالت لهم: نعم الرجل ونعم ما فعل ونعم ما وصفتوه به, ولكن هاتو طاسة واملأها فأتوها بها فقالت لهم إطلعوا بها اليه وقولوا له تسلم عليكم أمنا وتقول لك اشرب الماء كما شرب جدكم محمد صاى الله عليه وسلم ما تفاوت الرجال والمفاضله بينهم ولا همت به. أما العباده حتى العجائز تعرف لها. فقال لهاالاولاد كيف نتجرأ على  الحبيب عبد القدر, فقالت لهم اطلعوا اليه ان يغينوا الخير والبركة وقولوا له ذالك فطالعوا اليه وأخبروه بما قالت أمهم. فقال الحبيب عبد القادر صدقت, صدقت نعمة المرابية ونعمة المؤدبة ونعم ما قالت هاتوا الماء فأعطوه الطاسه وشرب.

Mereka berkata bahwa Habib Abdul Qadir bin Muhammad Al-Habsyi, pemilik ruangan, memiliki perjuangan yang besar dan ibadah yang panjang. Dia tidak minum air selama 20 tahun. Ketika dia datang ke keluarga Al-Musailah, mereka sangat bersuka cita. Habib Thahir dan Habib Abdullah pergi menemui ibu mereka dan berkata, "Ibu, ini adalah Habib Abdul Qadir Al-Habsyi, dia memiliki keutamaan seperti ini dan itu, dan dia tidak minum air selama 20 tahun."

Ibu mereka berkata, "Dia adalah orang yang baik, dan apa yang dia lakukan adalah baik. Bawakan aku sebuah cangkir dan isi dengan air." Mereka membawakan cangkir itu, dan ibu mereka berkata, "Pergilah kepadanya dan katakan, 'Ibu kami mengucapkan salam dan berkata, 'Minumlah air seperti yang diminum oleh kakekmu, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada perbedaan antara orang-orang, dan tidak ada keutamaan yang lebih besar dari itu. Ibadah adalah ibadah, dan bahkan orang tua pun mengenalinya.'"

Anak-anaknya berkata, "Bagaimana kami berani mengatakan itu kepada Habib Abdul Qadir?" Ibu mereka berkata, "Pergilah kepadanya, dan semoga Allah memberinya kebaikan dan berkah, dan katakan itu kepadanya."

Mereka pergi kepada Habib Abdul Qadir dan memberitahunya apa yang dikatakan oleh ibu mereka. Habib Abdul Qadir berkata, "Ibu benar, ibu benar. Ibu adalah seorang yang beriman dan berakhlak mulia. Berikan aku air itu." Mereka memberinya cangkir itu, dan dia minum. (Kunuz As-Sadah Al-Abadiyah fi Al-Anfas Al-Aliyah Al-Habasyiah, Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi hal.104-105) Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar