MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 13 November 2025

KAJIAN TENTANG KHURAFAT YANG DIANGGAP KAROMAH





Tulisan ini bertujuan mewarning (mengingatkan) umat islam agar tidak terbuai dengan kisah karomah para wali, karena bisa membuat mundur cara berpikir dengan keajaiban-keajaiban sehingga menilai wali dengan tidak proporsional. 

Bukan rahasia umum bahwa akhir-akhir ini penyampaian dari kalangan habaib cerita karomah para wali yang mengandung khurafat beredar luas dan viral menjadi perbincangan di medsos maupun dunia nyata, dan setelah penulis telusuri ternyata kisah-kisah karomah khurafat tersebut terdapat di kitab-kitab karya habaib. Menjadi catatan bahwa kisah khurafat yang dianggap sebagai karamah para wali ini cukup banyak yang berasal dari ulama kalangan Ba'alawi. 

Adapun asal muasal khurafat terdapat dalam sebuah hadits dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai makna khurafat terkait pertanyaan salah satu istri beliau terkait kisah khurafat, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya balik sekaligus menjelaskan,

اتدرون ما خرافة, إن خرافة كان رجلا من عذرة أسراته الجن فى الجاهلية, فمكث فيه دهرا طويلا, ثم ردوه الى الانس, فكان يحدث الناس بما رأى فيهم من الاعاجيب, فكان الناس حديث خرافة

"Apakah kalian tahu apa itu khurafat? khurafat adalah seorang laki-laki dari Udzrah yang ditawan oleh para jin di masa jahiliyyah, ia tinggal bersama mereka dalam jangka waktu sekian lama, kemudian para jin tersebut mengembalikannya kepada wujud manusia, lalu khurafat bercerita kepada orang-orang tentang hal-hal yang mengherankan yang ia lihat di alam jin, hingga akhirnya orang-orang cerita itu khurafat." (HR. Ahmad no.24085 Kutub At-Tis'ah)

Dr. Ghalib bin Ali 'Awaji mendefinisikan khurafat adalah,

الخرافة هي الاعتقاد بما لاينفع ولايضر ولايلتئم من المنطق الساليم والوقيع الصحيح

"Khurafat adalah keyakinan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak berbahaya, tidak sesuai dengan akal yang sehat dan realita yang ada." (Madzahib Al-Fikriyah Al-Mu'aahirah hal.1186)

Diantara kitab-kitab yang menjelaskan karamah para wali yang mengandung kisah khurafat semisal Jami' Karamah Al-Auliya', Syarh Al-Ainiyah, Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Tadzkir An-Naas, As-Sanatir, An-Nahr Al-Maurud min Bahr Al-Fadhl wa Al-Karam wa Al-Jud dan lainnya.

Dalam Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Al-Imam Muhammad bin Zain Smith (murid Imam Haddad), juz 1 hal.102-103 menjelaskan tentang mimpi Al-Habib Abdullah Al-Haddad pernah mengalami perjalanan mi'raj sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dibelah pula dadanya sebagaimana berikut,

وقال قدس الله سره : إنه يكون للولي ما يكون للنبي وإن قد وُصعَ لي المعراج بمسجد الهجيرة وعرج بي إلى السماء حتى وقفت بين يدي الله عز وجل وحصل لي شق الصدر بمسحد بَني عَلَوى.  

وكان رضي الله عنه يقول: لا يقوم مقامنا أو لا ينوب منابنا إلا اربعون رجلاً أو المهدي. وهكذا من بلغ درجة الكمال يكون كذلك أو كما قال.  

وقال لبعض خواصه: إن الصر عظيم وبشير إلى نفسه، ولا يطيق لحمله إلا من شاء الله، وذلك من ذلك الصر نصيب.  

وقال لبعض أصحابه: أنت لابد أن تركب فرس المَهْدِيِّ قال: فتجبت ثم بَعد مدة قدر الله اني ركبت فرسه فعرفت عند ذلك أنه المهدي حقيقة وان صفة المهدي قد تحققتْ فيه حَقا وتحقيقا وكان يقول: لو عرف الناس وأُنصفوا لتحققوا أنا أحق بأموالهم منهم.

Beliau (Syeikh Imam Abdullah Al-Haddad) berkata, "Sesungguhnya seorang wali memiliki apa yang dimiliki oleh seorang nabi. Saya telah diberi pengalaman Mi'raj di Masjid Al-Hajirah dan diangkat ke langit hingga saya sampai di hadapan Allah SWT, dan saya mengalami pembedahan dada di Masjid Bani Alawi."

Beliau juga berkata, "Tidak ada yang bisa menggantikan posisi kami kecuali 40 orang laki-laki atau Al-Mahdi."

Beliau juga berkata, "Orang yang mencapai derajat kesempurnaan akan menjadi seperti itu, atau seperti yang beliau katakan."

Beliau berkata kepada salah satu muridnya, "Jalan ini (menjadi wali) sangat berat, dan saya menunjuk kepada diri saya sendiri. Tidak ada yang bisa menanggungnya kecuali orang yang Allah kehendaki."

Beliau berkata kepada salah satu muridnya, "Kamu pasti akan menunggang kuda Al-Mahdi."

Murid itu berkata, "Saya mengingkarinya, tapi setelah beberapa waktu, Allah menakdirkan saya untuk menunggang kuda itu, dan saya tahu bahwa itu adalah Al-Mahdi yang sebenarnya, dan sifat Al-Mahdi telah terwujud dalam diri saya."

Beliau juga berkata, "Jika orang-orang tahu dan adil, mereka akan tahu bahwa saya lebih berhak atas harta mereka daripada mereka sendiri." (Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Al-Imam Muhammad bin Zain Smith (murid Imam Haddad), juz 1 hal.102)

قد ذكرنا في الحكاية الرابعة والخمسين عنه (رضي الله عنه) أنه قال: رأيت كأنّ شحصاً أتى إلي وقال لي: أنت القطب وأنت الغوث، أنت صاحب الوقت، ثم نادى بأعلى صوته: أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمداً رسول الله، وأن عبد الله بن علوي الحدَاد القطب. ثم أتى إليَّ وشقَّ صدري ولم احس لشقة ألما، و أخرج قلبي وغسله وأخرج منه أشياء لم أرها، وكأنه يريد أن يجعل فيه شيئاً بعد افراغه فذكرت عند ذالك قصه شق قلب المصطفى ﷺ وايداع العلم والحكمة، ثم قال: والرؤيا جزء من النبوة.

Telah disebutkan dalam kisah ke-45 tentang beliau (Syaikh Abdullah bin Alawi Al-Haddad) bahwa beliau berkata, "Saya melihat dalam mimpi, ada seseorang yang datang kepada saya dan berkata, 'Kamu adalah Quthb, kamu adalah Ghawth, kamu adalah penguasa zaman ini.'

Kemudian dia berseru dengan suara keras, 'Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, dan Abdullah bin Alawi Al-Haddad adalah Quthb.'

Lalu, dia mendekati saya, membedah dadaku, tapi saya tidak merasakan sakit sama sekali. Dia mengeluarkan hatiku, mencucinya, dan mengeluarkan beberapa hal yang tidak saya ketahui darinya. Sepertinya dia ingin memasukkan sesuatu ke dalamnya setelah mengkosongkannya.

Saya kemudian teringat kisah pembedahan dada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan penyimpanan ilmu dan hikmah di dalamnya. Beliau kemudian berkata, 'Mimpi adalah salah satu bagian dari kenabian.'" (Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Al-Imam Muhammad bin Zain Smith (murid Imam Haddad), juz 1 hal.103)

Kali ini saya akan menyampaikan kisah khurafat terkait kotoran manusia yang berubah menjadi emas permata sebagaimana yang terdapat dalam kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas Kitab Tadzkir An-Naas  hal.48 sebagai berikut, 

Sementara dalam kitab Tadzkir An-Naas hal. 48 kisah khurafat tentang seseorang yang bisa mewakili orang lain saat membuang kototan (buang hajatnya) dan juga kisah kotoran manusia yang bisa berubah menjadi emas,

في آداب دخول الخلاء وما تعلق بها

وقال رضى الله عنه بلغنا أن السيد حاتم الأهدل كان حريصا على مجلس الاخوان في الله ويشق عليه فراقهم ، وكان له مملوك أمره أن يجلس بالباب ، فإذا أراد أحد من إخوانه قضاء الحاجة والخلاء نظر إلى ذلك العبد فينتقل الحدث إليه فيروح العبد إلى الخلاء وينوب عنه . 

ووقع للحبيب هادون إبن هود بن على بن حسن العطاس ، أنه لما زار المدينة المشرفة بات ليلة بالحرم ، فتحركت عليه بطنه ؛ وذهب ليخرج فوجد الأبواب مقفلة ، فراح إلى ناحية في أخريات الحرم ، ووضع الخارج في ثوبه ، فلما كان الصباح ذهب إلى خارج المدينة ليرميه ، فإذا هو ذهب يتلألأ

Tentang adab-adab memasuki toilet dan hal-hal yang terkait dengannya.

Dan dia (syeikh) radhiyallahu 'anhu berkata, kami mendengar bahwa tuan Hatim Al-Ahdal sangat menginginkan suatu majelis persaudaraan di jalan Allah dan merasa berat berpisah dengan mereka. Ia memiliki seorang budak yang diperintahkan untuk duduk di pintu. Jika salah satu saudaranya ingin buang air atau ke toilet, ia melihat budak itu, maka peristiwa itu berpindah kepadanya, dan hamba itu pergi ke toilet dan mewakilinya untuk buang air (menggantikannya)."

Terdapat pula kisah dari Al-Habib Hadun bin Hud bin Ali bin Hasan Al-Attas, bahwa ketika ia mengunjungi Madinah Al-Musyarrafah (kota yang terhormat), ia bermalam di Masjid. Perutnya terasa tidak nyaman; ia pergi keluar dan mendapati pintu-pintu (masjid) tertutup. Ia pun pergi ke sudut belakang masjid dan mengeluarkan kotorannya ke dalam pakaiannya. Ketika pagi tiba, ia pergi keluar kota untuk membuang (kotoran)nya dan ternyata ia pergi dengan membawa emas yang berkilau. (Kitab Tadzkir An-Naas kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas hal.48)

Syahdan, sungguh kisah di luar nalar sehat dan kisah diatas jelas khurafatnya, manalah mungkin seseorang bisa mewakili buang hajat orang lain, dan mana mungkin kotoran manusia yang najis berubah menjadi emas permata. 

Singkatnya, jika sebuah kisah tidak merujuk pada dalil syar'i dan tidak masuk akal seperti ini haruskah dipercaya, dan layakkah kisah-kisah konyol khurafat kelas dewa harus disampaikan dan dipelajari kitabnya? Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar