Yaman adalah salah satu negeri yang memiliki tempat istimewa dalam sejarah Islam. Sebagai bagian dari Jazirah Arab, Yaman memiliki keutamaan tersendiri yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai negeri yang diberkahi karena doa nabi dalam beberapa hadits. Keutamaan ini meliputi kekuatan iman penduduknya, keberkahan tanahnya, dan peran pentingnya dalam perkembangan Islam.
Namun demikian ulama mencatat tentang sejarah karakteristik dan tabiat penduduk yaman yang sesungguhnya belum banyak diketahui oleh umat islam sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Ustadz Sa'id 'Awadh Bawazir dalam kitab karyanya Ma'alim Tarikh Al-Jazirah Al-Arabiyah sebagai berikut,
الإمام الأول في اليمن :
في سنة 280 هـ جاء إلى اليمن السيد يحيى بن الحسين بن القاسم بن إبراهيم بن إسماعيل بن إبراهيم بن الحسن بن الحسن بن علي بن أبي طالب، ويقول المؤرخ اليمني القاضي محمد أحمد الحجري بأن طائفة من رؤساء حَولان أهل صعدة لما اضطربت الأحوال في اليمن في أواخر القرن الثالث الهجري ذهبت إلى جبل الرّش شرق مدينة الرسول عليه السلام وأخرجوا السيد يحيى بن الحسين، فوصل إلى صعدة سنة 280 هـ وبايعوه بالإمامة، واستولى على بلاد همدان وصنعاء وما إليها، ووصل إلى منكث قرية في بلاد ترِيم، وعمّر فيها مسجده المشهور ثم عاد إلى صعدة وبها توفي سنة 298 هـ.
وقد جرت بينه وبين عمال بني العباس حروب ووقائع، وهو الإمام الأول في اليمن وتسمى الإمام الهادي إلى الحق، وكانت وفاته فيها، يروى بعض المؤرخين أنه توفي بالسم ليلة الأحد لعشر بقين من ذي الحجة سنة 298 هـ ودُفن بمشهد المعروف بصعدة.
تتابع الأئمة :
ثم تتابع الأئمة الزيدية على حكم اليمن، ولم يكونوا دائماً من سلالة واحدة، بل كانت الإمامة في من تتوفر لديه القوة حسنيّاً كان أو حسينيّاً، على أن الإمامة في اليمن كانت دائماً في جزر ومد قتارة ، يعم نفوذ الأئمة جميع البلاد اليمنية، وتنحصر تارة سلطتهم في الجبال وأخرى في صعده، ويضعف أحياناً نفوذهم ويتقلص وقد يؤول أمر بعضهم إلى القتل أو الأسر، وقد تتعارض سلطة إمامين في وقت واحد، فيحكم السيف بينهما، وهم مع كل هذا واثقون من حقهم في الإمامة دائبون فى الحصول عليها جادون فى محاربه كل من نازعهم فيها من ملوك اليمن المتغلبين.
ولم تستقر الأحوال في اليمن نهائياً إلا بعد جلاء الأتراك عنها بعد الحرب العالمية الأولى سنة 1336 هـ = 1918 م، حيث دانت جميع البلاد اليمنية للإمام يحيى بن حميد الدين ما عدا المقاطعات الجنوبية، وأصبحت اليمن ذات كيان سياسي معترف به في دول العالم.
سيرة الأئمة :
ذكر القاضي محمد الحجري نقلاً عن الإسلام والحضارة العربية لمحمد كرد علي، بعضا من سيرة الائمة في اليمن كما وضعها إبن فضل الله.
*Imam Pertama di Yaman*
Pada tahun 280 H, seorang sayyid bernama Yahya bin Al-Husain bin Al-Qasim bin Ibrahim bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Hasan bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib datang ke Yaman.
Menurut sejarawan Yaman, Al-Qadhi Muhammad Ahmad Al-Hajari, ketika keadaan di Yaman kacau pada akhir abad ke-3 H, sekelompok pemimpin Hauwan dari penduduk Sa'dah pergi ke Jabal Ar-Rasyid di sebelah timur kota Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan meminta Sayyid Yahya bin Al-Husain untuk menjadi imam mereka.
Sayyid Yahya tiba di Sa'dah pada tahun 280 H dan dibaiat sebagai imam.
Dia kemudian menaklukkan wilayah Hamdan, Sana'a, dan sekitarnya.
Dia juga mencapai Munkats, sebuah desa di wilayah Tarim, dan membangun masjid yang terkenal di sana sebelum kembali ke Sa'dah, tempat dia meninggal pada tahun 298 H.
Sayyid Yahya dikenal sebagai Imam Al-Hadi Ila Al-Haq dan memiliki banyak pertempuran dengan gubernur Bani Abbas.
Dia meninggal di Sa'dah dan dimakamkan di Mashhad yang terkenal di sana.
*Keturunan Para Imam*
Setelah Sayyid Yahya, para imam Zaidiyah terus memerintah Yaman, tetapi tidak selalu dari satu garis keturunan.
Kemudian, para imam Zaidiyah terus memerintah Yaman, tetapi mereka tidak selalu berasal dari satu garis keturunan.
Imamah di Yaman dipegang oleh siapa saja yang memiliki kekuatan, baik dari kalangan keturunan Al-Hasan maupun Al-Husain.
Kekuasaan imam di Yaman selalu mengalami pasang surut.
Ada kalanya pengaruh mereka meliputi seluruh wilayah Yaman, tetapi ada kalanya kekuasaan mereka terbatas pada wilayah pegunungan atau kota Sa'dah.
Terkadang pengaruh mereka melemah dan menyempit, bahkan sebagian dari mereka berakhir dengan terbunuh atau ditangkap.
Bisa juga terjadi konflik antara dua imam pada saat yang sama, sehingga pedang yang menentukan antara keduanya.
Namun, meskipun demikian, mereka sangat yakin akan hak mereka dalam imamah dan terus berjuang untuk mendapatkannya.
Mereka sangat serius dalam memerangi siapa saja yang menentang mereka dari kalangan penguasa Yaman yang ingin merebut kekuasaan.
Dan keadaan di Yaman tidak stabil secara total hingga setelah Turki keluar dari Yaman setelah Perang Dunia I pada tahun 1336 H = 1918 M.
Setelah itu, seluruh wilayah Yaman tunduk pada Imam Yahya bin Hamiduddin, kecuali distrik-distrik di bagian selatan.
Yaman kemudian menjadi negara dengan kedaulatan politik yang diakui oleh negara-negara di dunia.
*Sirah Para Imam*
Al-Qadhi Muhammad Al-Hajari menyebutkan beberapa riwayat tentang sejarah para imam di Yaman berdasarkan kitab "Al-Islam wa Al-Hadhara Al-Arabiyah" karya Muhammad Kurd Ali dan catatan Ibnu Fadlallah." (Ma'alim Tarikh Al-Jazirah Al-Arabiyah, Ustadz Sa'id 'Awadh Bawazir, Dar Al-Kitab Al-Arabiyah Bi Mishr, hal.197-198)
كما وضعها ابن فضل الله فقال: وهذا الامام وكل من كان قبله على طريقة ما عدوها لاكبر فى صدورها ولا شم فى عرانيتها وهم على مسكة من التقوى وتردبشعار الزهد يجلس فى ندى قومه كواحدٍ منهم، ويتحدث إليهم، ويحكم بينهم سواءً عنده القوي والضعيف، وربما اشترى سلعته بيده، ومشى بها في أسواق المدينة، لا يغلظ الحجاب، ولا يكل الأمور إلى الوزراء، والحجاب يأخذ من بيت المال قدر بلغته من غير توسعٍ، ولا تكثر، مع عدل شامل وفضل كامل، يعود المرضى، ويصلى بالناس، ويشيع الجنائز، وهو كواحد من شيعته في مأكله ومشربه وملبسه وركوبه وعامة أموره.
الفتن والحروب :
كانت اليمن في تاريخها الإسلامي ميدانا للفتن والحروب الداخلية، لا يسكن فيه غبار، ولا تخمد له نار، وقد تطرأ حالات نادرة يسود فيها السِّلم والسكينة، ولكن الفتن والحروب تكاد تكون حالة مستمرة في البلاد الجبلية التي دعاها الرومانيون «البلاد السعيدة».
وكيف يثبت فيها ملكٌ أو يدوم نظامٌ، وكيف تضمن سبل الفلاح والعمران إذا كان يحق لكل من كان شجاعاً طموحاً، وكانت له بعض السيادة في عشيرته أن يخرج شاهراً سيفه، داعياً إلى مذهبه، طالباً للملك.
فكلما ضعف موقف أحد الأئمة أو بدأ وهنٌ في حكم أحد الملوك، اتسع المجال لغيره من الملوك الطامحين، فتشب نار الفتنة، وتدق طبول الحرب، ويحنق دخان الفوضى، روح الأمن والعدل والنظام.
ومن المعلوم أن هذه الفوضى وعدم الاستقرار السياسي إذا مُنيت به أمة يكون حائلاً دون ازدهارها الاقتصادي والاجتماعي؛ فلم يفكر أحد من ذوي السلطة في هذا التاريخ الطويل أن يحارب الجهل في البلاد، أو يقر الأمن والعدل والنظام، أو ينعش الحياة الاقتصادية، أو يأخذ في أسباب العمران، بل كان همهم جمع الأموال وتحصيل الزكوات وخِيانة الخراج، وتجنيد الجنود، والتفكير في أسباب التغلب والسيطرة.
على أن التاريخ تحدث عن عددٍ من علماء الدين واللغة والأدب في فتراتٍ متقطعة من عهود التاريخ اليمنية، وكان لبعض الملوك آثارٌ عمرانية كانت تُنسب لبني رسولٍ من بنايةالمساجد والقلاع والحصون في تعزّ وغيرها، ولكن هذا لا يصح أن يُؤخذ مقياساً للحالة الثقافية والعمرانية في تلك العصور، فهناك أسباب اوخت بتلك الحالات التي تكاد تكون خاصة.
Seperti yang dikatakan Ibnu Fadlallah:
"Imam ini dan semua imam sebelum beliau memiliki metode yang sama, yaitu memiliki hati yang bersih dan akhlak yang mulia, serta hidup dengan zuhud.
Mereka duduk bersama kaumnya seperti salah satu dari mereka, berbicara dengan mereka, dan memutuskan perkara di antara mereka dengan adil.
Bagi mereka, orang kuat dan lemah adalah sama.
Kadang-kadang mereka membeli barang dagangan sendiri dan membawanya ke pasar tanpa menghalangi orang lain.
Mereka tidak menyerahkan urusan kepada para menteri, dan para menteri hanya mengambil bagian dari Baitul Mal sesuai dengan kebutuhan mereka tanpa berlebihan.
Mereka adalah orang-orang yang adil dan memiliki kelebihan, mengunjungi orang sakit, shalat bersama masyarakat, dan mengantar jenazah.
Mereka hidup seperti rakyat biasa dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kendaraan, serta dalam urusan lainnya."
*Fitnah dan Peperangan*
Yaman dalam sejarah Islam adalah medan fitnah dan peperangan internal yang tidak pernah berhenti.
Hampir tidak ada ketenangan dan keamanan di sana.
Kasus-kasus keamanan dan kedamaian sangat jarang terjadi.
Namun, fitnah dan peperangan hampir menjadi hal yang biasa di negara pegunungan yang disebut "Negara yang Bahagia" oleh bangsa Romawi.
Bagaimana mungkin kekuasaan bisa stabil dan sistem pemerintahan bisa berjalan lama di sana?
Bagaimana mungkin keamanan, keadilan, dan ketertiban bisa dijamin jika setiap orang yang memiliki keberanian dan ambisi bisa keluar dengan pedang terhunus, menyerukan madzhabnya, dan menuntut kekuasaan?
Setiap kali posisi seorang imam melemah atau pemerintahan seorang raja mulai lemah, maka kesempatan bagi raja-raja lain yang berambisi akan terbuka lebar.
Api fitnah pun berkobar, genderang perang pun ditabuh, dan asap kekacauan pun mengepul.
Hal ini akan menghancurkan semangat keamanan, keadilan, dan ketertiban.
Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kekacauan dan ketidakstabilan politik dapat menjadi hambatan bagi kemajuan suatu bangsa dalam bidang ekonomi dan sosial.
Sayangnya, tidak ada yang berpikir untuk memerangi kebodohan, menegakkan keamanan, keadilan, dan ketertiban, atau memajukan perekonomian dan pembangunan.
Yang menjadi prioritas mereka adalah mengumpulkan harta, memungut zakat, dan menipu dalam urusan pajak, serta merekrut tentara dan memikirkan cara untuk mengalahkan dan menguasai orang lain.
Namun, sejarah mencatat beberapa ulama, ahli bahasa, dan sastrawan yang hidup pada masa-masa tertentu dalam sejarah Yaman.
Beberapa raja juga memiliki karya arsitektur yang luar biasa, seperti pembangunan masjid, kastil, dan benteng di Taiz dan tempat-tempat lain.
Namun, hal ini tidak dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai keadaan budaya dan peradaban pada masa-masa tersebut.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kasus-kasus seperti ini sangat jarang terjadi." (Ma'alim Tarikh Al-Jazirah Al-Arabiyah, Ustadz Sa'id 'Awadh Bawazir, Dar Al-Kitab Al-Arabiyah Bi Mishr, hal.199-200)
Kajian ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang keutamaan negeri Yaman sekaligus menyampaikan tentang bagaimana memahami tabiat dan karakteristik penduduknya sebagai bahan renungan. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
.jpeg)

