MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Jumat, 21 November 2025

KAJIAN TENTANG SIAPA YANG MENJADI BAPAK IBUNYA NABI ADAM 'ALAIHISSALAM



Judul diatas mengagetkan sebagian orang karena mayoritas umat islam meyakini bahwa Nabi Adam tidak terlahir dari kedua orang tua tetapi melalui kehendak Allah Ta'ala dengan firman-Nya, "Kun Fayakuun (jadilah, maka terjadilah)".

Nabi Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah Ta'ala. Karena itu, Nabi Adam dijuluki sebagai Abu Al-Basyar (nenek moyang manusia). Dalam Al-Qur'an, Allah menjelaskan proses dan tahapan penciptaan manusia pertama itu. Mulai dari tanah sampai wujud manusia yang bernyawa. Semua proses itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Pada tahap pertama, dijelaskan bahwa Adam diciptakan dari tanah. Dalam QS. Ali 'Imron [3]: 59, Allah berfirman,

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ

"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." (QS. Ali 'Imran [3] : 59)

Ayat tersebut menjelaskan analogi Nabi Isa dengan Nabi Adam yang sama-sama diciptakan tanpa seorang bapak. Bahkan, Nabi Adam bukan hanya tanpa bapak, tapi juga tanpa ibu yang mengandung dan melahirkannya. Adam diciptakan dari tanah.

Imam Al-Baidhawi menjelaskan, ayat tersebut merupakan penjelasan dalam bentuk penganalogian diciptakannya Nabi Isa dengan Nabi Adam yang diciptakan tanpa ayah dan ibu, keduanya sama-sama tercipta dari tanah. (liat Al-Baidhawi, Anwar At-Tanzil wa Aswa At-Ta’wil, juz 2, hal. 20)

Dalam hadits sahih dijelaskan, Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,

أنتم بنو أدم، و أدم من تراب

"Kalian semua adalah anak cucu Adam, dan Adam terbuat dari tanah." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Dalam hadits shahih yang lain juga dijelaskan,

إن الله خلق أدم من قبضة. قبضها من جميع الأرض. فجاء بنو أدم على قدر الأرض. فجاء منهم الأحمر، والأبيض و الأسود و بين ذلك. و السهل و الحزن، و الخبيث و الطيب.

"Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan Adam dari segenggam (tanah). Digenggamnya dari semua (jenis) tanah. Sehingga rupa anak cucu adam sebagaimana dari tanah diambilnya. Sehingga dari mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, antara putih dan hitam. Ada yang berbahagia, bersedih, buruk, baik, dan antara keduanya."

Dr. Shalah Al-Khalidi memaparkan, hadis ini menjelaskan rahasia perbedaan warna kulit manusia. Hal itu karena berbeda warna tanah saat penciptaannya. Sebagaimana perbedaan manusia dari jiwa, karakter dan lakunya. Hal itu karena perbedaan jenis bahan tanah penciptaannya. (lihat Al-Khalidi, Al-Qashash Al-Qur’ani, Juz 1, hal. 91)

Meskipun demikian ternyata Nabi Adam 'alaihissalam memiliki perantara dalam penciptaannya sehingga disebut sebagai bapak/ibunya yaitu air dan tanah sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Alamah Ai-Imam Ahmad bin Muhammad Ashawi Al-Maliki dalam Hasyiah Ash-Shawi 'Ala Tafsir Jalalain ketika beliau menafsirkan QS. Ar-Rahman ayat 14 sebagaimana berikut,

قوله: (كالفَخّار) أي في أنّ كلاًّ منهما يسمع له صوتٌ إذا نُقِر، واعلم أنّه تعالى أفاد في هذه السورة أنّ خلق آدم (من صَلصالٍ كالفَخّار)، وفي سورة الحجر (من صَلصالٍ من حَمإٍ مسنون)، أي من طينٍ أسودَ متغيّر، وفي الصافات (من طِينٍ لازِب)، أي يلصق باليد، وفي آل عمران (كَمَثَلِ آدمَ خَلَقَهُ مِن تُرابٍ)، ولا تنافي بينها، وذلك لأنّه تعالى أخَذَه من ترابِ الأرض، فَعَجَنَهُ بالماءِ فصار طينًا لازِبًا، ثم تركه حتى صار حمأً مسنونًا، ثم صوّره كما تُصوَّر الأواني، ثم أيبسه حتى صار في غاية الصلابة كالفخار، اذا نقر صوت فالمذكور هنا آخر أطواره، وفي غير الموضع، تارةً مبدؤةً وتارةً اثناؤه، فالأرضُ أمُّه، والماءُ أبوه، ممزوجان بالهواء الحامل للحرِ الذي هو من فَيح جَهَنّم، فهو من العناصر الأربع، لكن الغالب في جبلّته التراب، كما أنّ الجان خُلِق من العناصر الاربع, لكن الغالب فى جبلته النار، فلذا نُسِب إليها. قوله: (وهو ما طبخ من الطين) أي فكان مجوفا كالآوّاني وليس كالآجر. قولُه: (وهو ابليس) هذا احد قولين وهو الصحيح, وقيل ابو الجن غير ابليس.

Firman Allah, "seperti tembikar" (Al-Fakhkhar), yaitu keduanya mengeluarkan suara jika diketuk. Perlu diketahui bahwa Allah telah menyebutkan dalam surah ini bahwa penciptaan Adam dari tanah liat kering seperti tembikar, sedangkan dalam surah Al-Hijr disebutkan "(dari tanah liat hitam yang berubah)", yaitu tanah liat yang berwarna hitam dan berubah, dalam surah Al-Saffat "(dari tanah liat yang lengket)", yaitu tanah liat yang menempel di tangan, dan dalam surah Al-Imran "(seperti Adam, Dia menciptakannya dari tanah)", tidak ada kontradiksi di antara ayat-ayat tersebut, karena Allah telah mengambil tanah dari bumi, kemudian mencampurnya dengan air sehingga menjadi tanah liat yang lengket, kemudian membiarkannya hingga menjadi tanah liat hitam yang berubah, kemudian membentuknya seperti membentuk bejana, kemudian mengeringkannya hingga menjadi sangat keras seperti tembikar, jika diketuk akan mengeluarkan suara.

Yang disebutkan di sini adalah tahap terakhir, sedangkan di tempat lain disebutkan tahap awal dan pertengahan. Bumi adalah ibunya, air adalah ayahnya, keduanya dicampur dengan udara yang membawa panas, yang berasal dari api Jahannam, sehingga Adam terbuat dari empat unsur, tetapi yang dominan adalah tanah, seperti halnya jin diciptakan dari empat unsur, tetapi yang dominan adalah api, sehingga dia dinisbatkan kepada api.

Firman Allah, "dan dia adalah Iblis" (wa-huwa Iblis), ini adalah salah satu pendapat, dan pendapat yang benar adalah bahwa Iblis adalah bapak jin, bukan jin itu sendiri." (Hasyiah Ash-Shawi 'Ala Tafsir Jalalain, Al-Alamah Al-Imam Ahmad bin Muhammad Ash-Shawi Al-Mishri Al-Maliki (1175-1241 H/1761-1825 M), Cet. Al-Haromain - Singapura juz 4 hal.199). Wallahu a'lam 🙏🏻

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Kamis, 20 November 2025

KAJIAN TENTANG KEMATIAN SEORANG HABIB, ADZAB KUBUR DILIBURKAN SEMENTARA SELAMA SATU BULAN



Sungguh sebuah kisah yang mengagumkan sekaligus menimbulkan tanda tanya akan validitas cerita kisah ba'alawi tersebut yang terdapat dalam kitab Minhatul Ilah karya Habib Salim bin Hafidz dikisahkan bahwa gurunya Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas ditanya; "Apakah yang diberikan kepada pengunjung makam wali? Dia menjawab, "akan diberikan salah satu dari dua perkara, yang pertama, yaitu yang paling sedikit, bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa nya, dan yang kedua, yang paling tinggi, adalah memberikan derajat yang di ziarahinya, sebagaimana yang tertulis,

ومما يحكيه أنه سئل بعض العارفين واظنه شيخه الحبيب ابا بكر بن عبد الله العطاس, ماذا يعطى زائر قبر الولي, قال: يؤطى احد خصلتين, الاولى - هي الاقل - ان يغفر الله ذنوبه, والثانية هي العليا ان يعطى مراتبة تلك المزور.

Dari sebagian yang dikisahkannya bahwa salah satu dari orang yang arif, yang di duga adalah gurunya Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas, ditanya tentang apa yang diberikan kepada orang yang mengunjungi kubur wali. Dia menjawab, "Dia akan diberikan salah satu dari dua hal: pertama, yang lebih rendah, adalah Allah akan mengampuni dosa-dosanya; dan kedua, yang lebih tinggi, adalah dia akan diberikan kedudukan orang yang dikunjungi." (Minhah Al-Ilah fi Al-Ittishal bi ba'dh Auliyah, Al-Habib Salim bin Hafizh bin Abdullah bin Syaikh bin Abu Bakar Salim Al-Alawi Al-Husaini Al-Hadhrami Asy-Syafi'i (1288-1378 H), cet. Al-Maqashid hal.151-152)

ويقول أيضا: «مر الحبيب سقاف بن محمد السقاف يومًا(١) هو وبعض السادة آل الجفري بمقبرة تريم، فإذا برجل يعذب في قبره ويصيح بصوت رفيع سمعاه، فقال الحبيب سقاف لمن معه: وجب علينا حق لصاحب هذا القبر أن ندعو له برفع العذاب عنه. قال سيدي: فوفقنا ساعة على القبر فإذا الصوت انقطع في الحال أو كما قال.

وسمعته رضي الله عنه وهو (برتم): يقول للحاضرين: إني خرجت ذات ليلة من الليالي من بلدتكم هذه إلى تحت جبانتها، فإذا أنا برجل مستغرق في صلاته، وهو ساجد, فحركته بيدي ولم يشعربي, ثم حركته الثانية أشد من الاولى فكلمني وقلت له: من أنت؟ أما تعرفني, قال: مند عرفته ما عرفت سواه، ثم قلت : كيف حال اهل البرزخ, قال: هم فيه كالبحر والارواح كالسفن,  إذا لنا حاجة بهم دلينا سفنتنا وجاء المطلوب إلي عندنا أو كما قال.

وسمعته يقول: إن أخي سالم بن أبي بكر العطاس(٢) لما مات رفع العذاب من البرازخ كلها شهر زمان، وإني قلت له مرة: ما نجد روحك في الدنيا؟ قال: روحي في البيت المعمور مع النبيين والصالحين.

Dia juga berkata, "Suatu hari, Habib Segaf bin Muhammad Assegaf dan beberapa sayyid dari keluarga Al-Jufri melewati pemakaman Tarim, dan mereka mendengar suara seseorang yang sedang disiksa di kuburnya dan berteriak dengan suara keras. Habib Segaf berkata kepada orang yang bersamanya, 'Kita harus mendoakan orang (penghuni kubur) ini agar dia dibebaskan dari siksaan.' Mereka kemudian berdoa di kubur itu. Berkatalah sayyidi, keduanya berhenti sebentar diatas keburan dan suara itu berhenti seketika."

Aku mendengar dia berkata, "Aku keluar dari kota ini suatu malam ke samping kuburan, dan aku melihat seorang pria yang sedang sangat khusyuk dalam shalatnya, dia sedang sujud. Aku menyentuhnya dengan tangan aku, tapi dia tidak menyadari kehadiranku. Aku menyentuhnya lagi dengan lebih keras, dan dia berbicara kepadaku. Aku bertanya, 'Tidakkah kamu mengenalku?' Dia menjawab, 'Selama aku sedang mengenal-Nya (Allah) maka aku tidak mengenal selain-Nya (Allah).' Aku bertanya, 'Bagaimana keadaan orang-orang di alam barzakh?' Dia menjawab, 'Mereka seperti laut, dan roh-roh seperti kapal. Jika kita membutuhkan mereka (arwah), kita akan ditunjukkan kapal kita, dan yang dibutuhkan akan datang kepada kita.'"

Aku juga mendengar dia berkata, "Ketika saudaraku, Salim bin Abi Bakar Al-Attas, meninggal, siksaan di alam barzakh diangkat selama satu bulan. Aku pernah bertanya kepadanya, 'kami tidak menemukan rohmu di dunia ini?' Dia menjawab, 'Rohku berada di Baitul Ma'mur bersama para nabi dan orang-orang saleh.'" (Minhah Al-Ilah fi Al-Ittishal bi ba'dh Auliyah, Al-Habib Salim bin Hafizh bin Abdullah bin Syaikh bin Abu Bakar Salim Al-Alawi Al-Husaini Al-Hadhrami Asy-Syafi'i (1288-1378 H), cet. Al-Maqashid hal.154)

سمعته يقول: كان سيدنا علي بن علوي خالع قسم يقول: ما عصت جارحة من جوارحي.

وذكر سيدنا أن الحبيب أحمد بن زين الحبشي لما طلع (شبام)، ولاقى في الطريق الحبشي عمر بن أحمد العدروس صاحب (الحزم)، وقال له: يا ولدي شف أبوك من الرجال وجدك من الرجال، وهكذا وعدد له من آبائه الكرام، وانت احذر مما يقوله الناس (انقصعت في قعو التالي) فتأثر الحبيب عمر بهذه الموعظة ودخلت في قلبه. أو كما قال.

وأفادنا رضي الله عنه أن من أوراد الحبيب أحمد المحضار قوله: يا معطى لا تبطى، وأنه اتفق بأحد الدراويش السائحين وقال له:  اني لا رأيت مثل بلدة (تريم) لأن كل أسرار الأولياء وأنوارهم مقصورة عند قبورهم إلا (تريم) فاني رايت اسرارهم وانوارهم مبسوطة فى مساجدها وشوارعها واسواقها حتى فى طهاراتها. 

وسمعت منه رضي الله عنه شيئاً وافرا من كلامه الذي جمعه الأخ الناسك الحسين بن عبد الله الحبشي استغنيت عن إثباته هنا في ذلك المجموع النفيس

ومما حدثنا به أيضاً: أنه رأى سيدنا زين العابدين علي بن الحسين في المنام قال: وضحك في وجهي وبشّرني وأجازني بما أجازه به سلفه المتقدمون وقال للحاضرين: وكنت معهم: أجزتكم كما أجازني المذكور إجازة مطلقة فقبلنا الإجازة.

وأجازنا رضي الله عنه إجازة عامة عند ضريح سيدنا الحداد كما أجازه مشايخه أباً عن جد إلى صاحب هذا الضريح عن آبائه، رضي الله عنهم، وأعاد علينا من بركاتهم وأسرارهم وأنوارهم آمين.

Aku mendengar dia berkata, "Sayyiduna Ali bin Alawi Khali' Qasam berkata, 'Aku tidak pernah dengan anggota tubuh untuk berbuat dosa dari anggota-anggota tubuhku.'"

Sayyiduna menyebutkan bahwa ketika Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi tiba di Shibam (Hadhramaut Yaman), dia bertemu dengan Habib Umar bin Ahmad Al-Aydrus, pemilik Al-Hazm (Al-Jauf Yaman), di jalan. Habib Umar berkata kepadanya, "Wahai anakku, carilah ayahmu di antara orang-orang yang kuat, dan carilah kakekmu di antara orang-orang yang kuat," dan dia menyebutkan beberapa nama leluhurnya yang mulia. "Hati-hatilah dengan apa yang dikatakan orang, jangan sampai kamu terjebak dalam kesalahan."

Habib Umar sangat terpengaruh dengan nasihat ini dan memasukkannya ke dalam hatinya.

Dia juga menyebutkan bahwa salah satu doa Habib Ahmad Al-Mahdhar adalah, "Ya Mu'thi (Ya, Allah yang Maha Pemberi) janganlah Engkau lambat (memberi)."

Dia juga bertemu dengan salah satu darwis (murobi sufi) yang sedang melakukan perjalanan dan berkata kepadanya, "Aku tidak pernah melihat seperti kota Tarim, karena semua rahasia dan cahaya para wali terkumpul di kuburan mereka, kecuali Tarim. Aku melihat rahasia dan cahaya mereka tersebar di masjid-masjid, jalan-jalan, dan pasar-pasarnya, bahkan di tempat-tempat wudhu (kamar mandi)."

Aku mendengar banyak hal dari dia, tapi aku tidak akan menuliskannya di sini karena sudah ada dalam kumpulan yang berharga.

Dia juga menceritakan bahwa dia melihat Sayyiduna Zainal Abidin Ali bin Husain dalam mimpinya, dan dia tertawa (tersenyum) kepadanya, memberikan kabar gembira, dan memberikan izin kepadanya seperti yang diberikan oleh leluhurnya. Dia berkata kepada orang-orang yang hadir, "Aku memberikan izin kepada kalian seperti yang diberikan kepadaku."

Dia juga memberikan izin kepada kami secara umum di dekat makam Sayyiduna Al-Haddad, seperti yang diberikan oleh guru-gurunya, dan kami menerima izin itu. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan memberikan kami berkah, rahasia, dan cahaya mereka. Amin." (Minhah Al-Ilah fi Al-Ittishal bi ba'dh Auliyah, Al-Habib Salim bin Hafizh bin Abdullah bin Syaikh bin Abu Bakar Salim Al-Alawi Al-Husaini Al-Hadhrami Asy-Syafi'i (1288-1378 H), cet. Al-Maqashid hal.156). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Minggu, 16 November 2025

KAJIAN TENTANG KISAH WALIYULLAH HABIB YANG MENINGGALKAN SHALAT



Secara syar'i, seorang waliyullah tidak mungkin meninggalkan shalat, karena tanda seorang wali adalah ketaatan kepada Allah, termasuk menjaga kewajiban shalat. Namun, jika ada orang yang terkesan waliyullah tetapi meninggalkan shalat, maka hal itu bisa jadi pertanda tidak benar atau tidak memenuhi syarat menjadi wali, terutama jika ia lalai dalam menjalankan syariat. 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ. الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ.

“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa” (QS. Yunus : 62-63)

Imam Al-Qusyairi menjelaskan, 

 فَكُلُّ مَنْ كَانَ لِلشَّرْعِ عَلَيْهِ اعْتِرَاضٌ فَهُوَ مَغْرُوْرٌ مَخْدُوْعٌ

“Setiap orang yang perilakunya bertentangan dengan syariat, maka orang tersebut tertipu hawa nafsu dan terbujuk setan." (Ar-Risalah Al-Qusyairiyah (1/117)

Syekh Zakariya Al-Anshari juga menegaskan,

فَلَا يُرَاعَى فِيْ الوَلِيِّ إِلَّا الاِسْتِقَامَةُ عَلَى مَا ثَبَتَ بِالأَدِلَّةِ الصَّحِيْحَةِ. وَجَرْيَانُ خَوَارِقِ العَادَةِ عَلَى يَدِ العَبْدِ لَا يَدُلُّ عَلَى وِلَايَتِهِ، بَلْ قَدْ يَكُوْنُ مَمْكُوْرًا بِهِ وَكَذَّابًا عَلَى رَبِّهِ.

“Yang diperhatikan pada diri seorang wali adalah keistiqamahannya menjalani ibadah  berlandaskan pada dalil-dalih shahih. Keajaiban yang muncul dari seorang hamba tak lantas menunjukkan kewaliannya, bahkan justru ia sedang tertipu daya dan berdusta kepada Tuhannya” (Nataij Al-Afkar Al-Qudsiyyah (3/377)

Namun hebatnya seorang wali yang bernama Habib Alawi bin Hasyim tidak ikut shalat berjamaah disaat Habaib lain menunaikan shalat,

فمن اعتقاداتهم في الأولياء أنهم يتجزءون بحيث يظهر الولي في عدة أماكن دفعة واحدة في وقت واحد، وبنوا على هذا إعذار الولي الذي لا يصلي، قال علي الحبشي في " كنوز السعادة الأبدية ": ( ولما جاء الحبيب عبد الله بن عمر بن يحيى إلى قرسيّ وفيها الحبيب أحمد بن عبد الله بافقيه وأولاده شيخ ومحمد ، وكلهم رجال فحضرت صلاة فقدموا فيها الحبيب عبد الله بن عمر إماماً وكان الحبيب علوي بن هاشم جالساً في ناحية لم يصل معهم، فقال الحبيب محمد في نفسه: كيف هذه الولاية وفيها خرق للشريعة؟ وكيف تكون ولاية بلا صلاة، فكاشفه والده الحبيب أحمد وقال له يا محمد: فقال: مرحباً فقال له: ارفع رأسك فرفع رأسه فإذا تسع صور على صورة الحبيب علوي يصلين في الهواء، فقال له هل تضر صورة واحدة جالسة لا تصلي وتسع يصلين! ويذكر عنه أنه رؤي في نحو عشر بلدان، وفعل في كل بلد ضيافة في وقت واحد. 

Salah satu keyakinan mereka tentang para wali adalah bahwa mereka dapat berada di beberapa tempat sekaligus pada waktu yang sama. Mereka membangun keyakinan ini untuk membenarkan wali yang tidak shalat.

Ali Al-Habsyi berkata dalam kitab "Kunuz As-Sa'adah Al-Abadiyah": "Ketika Habib Abdullah bin Umar bin Yahya datang ke Qarsi, dan di sana ada Habib Ahmad bin Abdullah Ba Faqih dan anak-anaknya, Syaikh dan Muhammad, yang semuanya adalah orang-orang yang saleh. Ketika waktu shalat tiba, mereka meminta Habib Abdullah bin Umar untuk menjadi imam. Habib Alawi bin Hasyim duduk di satu sisi dan tidak shalat bersama mereka.

Habib Muhammad berkata dalam hatinya, 'Bagaimana mungkin ini adalah wali, sedangkan dia melanggar syariat? Bagaimana mungkin dia menjadi wali tanpa shalat?' Ayahnya, Habib Ahmad, mengetahui apa yang ada di hatinya dan berkata, 'Wahai Muhammad!' Dia menjawab, 'Labbaik.' Ayahnya berkata, 'Angkat kepalamu.' Dia mengangkat kepalanya, dan dia melihat sembilan gambar yang menyerupai Habib Alawi sedang shalat di udara.

Ayahnya berkata, 'Apakah satu gambar yang duduk tidak shalat, sedangkan sembilan gambar lainnya shalat?'"

Dikatakan bahwa Habib Alawi pernah dilihat di sekitar sepuluh negara, dan dia melakukan perbuatan yang sama (shalat) di setiap negara pada waktu yang sama." (Kunuz As-Sadah Al-Abadiyah fi Al-Anfas Al-Aliyah Al-Habasyiah, Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi hal.55-56)

Pada halaman 104-105 sebuah karomah yang luar biasa waliyullah Al-Habib Abdul Qadir Al-Habsyi yang tidak minum air selama 20 tahun meski secara ilmiah tubuh manusia tidak akan mampu bertahan tanpa air dalam jangka yang lama,

قالوا إن الحبيب عبد القادر بن محمد الحبشي صاحب الغرفة كانت له مجاهدات عظيمة واربعنيات طويلة وأخذ عشرين سنة ما شرب فيها الماء ولما جاء عند الحبائب أل المسيله فرحوا بهوذهب الحبيب طاهر والحبيب عبدالله الى عند والدتهما وقال له يا أماه هذا الحبيب عبد القادر الحبسي من شأنه كنا ومن امره كذا وان له عشرين سنة ما شرب فيها الماء, فقالت لهم: نعم الرجل ونعم ما فعل ونعم ما وصفتوه به, ولكن هاتو طاسة واملأها فأتوها بها فقالت لهم إطلعوا بها اليه وقولوا له تسلم عليكم أمنا وتقول لك اشرب الماء كما شرب جدكم محمد صاى الله عليه وسلم ما تفاوت الرجال والمفاضله بينهم ولا همت به. أما العباده حتى العجائز تعرف لها. فقال لهاالاولاد كيف نتجرأ على  الحبيب عبد القدر, فقالت لهم اطلعوا اليه ان يغينوا الخير والبركة وقولوا له ذالك فطالعوا اليه وأخبروه بما قالت أمهم. فقال الحبيب عبد القادر صدقت, صدقت نعمة المرابية ونعمة المؤدبة ونعم ما قالت هاتوا الماء فأعطوه الطاسه وشرب.

Mereka berkata bahwa Habib Abdul Qadir bin Muhammad Al-Habsyi, pemilik ruangan, memiliki perjuangan yang besar dan ibadah yang panjang. Dia tidak minum air selama 20 tahun. Ketika dia datang ke keluarga Al-Musailah, mereka sangat bersuka cita. Habib Thahir dan Habib Abdullah pergi menemui ibu mereka dan berkata, "Ibu, ini adalah Habib Abdul Qadir Al-Habsyi, dia memiliki keutamaan seperti ini dan itu, dan dia tidak minum air selama 20 tahun."

Ibu mereka berkata, "Dia adalah orang yang baik, dan apa yang dia lakukan adalah baik. Bawakan aku sebuah cangkir dan isi dengan air." Mereka membawakan cangkir itu, dan ibu mereka berkata, "Pergilah kepadanya dan katakan, 'Ibu kami mengucapkan salam dan berkata, 'Minumlah air seperti yang diminum oleh kakekmu, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada perbedaan antara orang-orang, dan tidak ada keutamaan yang lebih besar dari itu. Ibadah adalah ibadah, dan bahkan orang tua pun mengenalinya.'"

Anak-anaknya berkata, "Bagaimana kami berani mengatakan itu kepada Habib Abdul Qadir?" Ibu mereka berkata, "Pergilah kepadanya, dan semoga Allah memberinya kebaikan dan berkah, dan katakan itu kepadanya."

Mereka pergi kepada Habib Abdul Qadir dan memberitahunya apa yang dikatakan oleh ibu mereka. Habib Abdul Qadir berkata, "Ibu benar, ibu benar. Ibu adalah seorang yang beriman dan berakhlak mulia. Berikan aku air itu." Mereka memberinya cangkir itu, dan dia minum. (Kunuz As-Sadah Al-Abadiyah fi Al-Anfas Al-Aliyah Al-Habasyiah, Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi hal.104-105) Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Sabtu, 15 November 2025

KAJIAN TENTANG MENGENAL BANGSA ARAB KETURUNAN NABI ISMA'IL BIN IBRAHIM AS DAN ARAB KETURUNAN QAHTHAN YAMAN





Siapakah Al-Habib Muhammad bin Ahmad Asy-Syathiri? Beliau dilahirkan di kota Tarim pada tanggal 28 Jumadil Tsani 1331 H. Beliau menempuh pendidikan hingga matang di kota ilmu Tarim, Hadramaut. Beliau mengambil ilmu dari para ulama di jamannya. Termasuk di antara guru-guru besar beliau adalah ayah beliau sendiri Al-Allamah Al-Faqih Al-Habib Ahmad bin Umar Asy-Syathiri Al-Alawi Al-Husaini (pengarang kitab Al-Yaaquut An-Nafiis/Nailul Rajaa') dan Al-Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiry (pengasuh Rubath Tarim)

Dalam sebuah kitab karyanya beliau menjelaskan bahwa bangsa arab terbagi menjadi tiga kelompok yaitu : Al-Arab Al-Ba'idah, Al-Arab Al-Aribah dan Al-Arab Al-Musta'ribah. Dan ternyata bangsa arab keturunan Yaman itu bukan bangsa Arab Bani Quraisy keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim 'alaihimassalam sebagaimana beliau menjelaskan,

العرب البائدة

أما العرب البائدة فهم اقدم قبائل العرب, ولايقل قدم الاولى منهم من اربعة الاف سنة. وقد بادت تلك القبائل بعدما كان لها شيئ من الملك والحضارة بقيت اثاره.  وهي كما يلي:

القبائل والشعوب 

١. العمالقة أشهر مواطنها فى الحجاز ومصر والعراق تاريخ ظهورها بالتقريب ٢٥٠٠ ق.م

٢. عاد أشهر مواطنها الاحقاف بين عمان والحضرموت تاريخ ظهورها بالتقريب ٢٠٠٠ ق.م وسيأت الكلام عنها

٣. ثمود أشهر مواطنها جنوب الجزيرة والشمال الحجاز تاريخ ظهورها بالتقريب ١٥٠٠ ق.م 

٤. طسم جديس أشهر مواطنها اليمامة بالنجد تاريخ ظهورها بالتقريب ٣٠٠ بعد الميلاد

٥. مدين أشهر مواطنها العقبة بالاردن تاريخ ظهورها بالتقريب ١٥٠٠ قبل الميلاد

وعند بعض المؤرخين رخين قبائل أخرى بادت منها اميم وجرها الحضرموت.

واذا صح هذا فلا شك أنهم يعنون حضرموت الاولى لا حضرموت الاخيرة التي سيأت الكلام عنها وعن بعض رجالها وقد جاء الاسلام وليس للعرب البائدة نسل معروف.

Orang Arab Ba'idah adalah suku-suku Arab yang paling tua, yang hidup sekitar 4.000 tahun yang lalu. Suku-suku ini telah punah, meskipun mereka pernah memiliki kerajaan dan peradaban yang meninggalkan bekas-bekasnya.

Berikut adalah daftar suku-suku Arab Ba'idah:

1. Al-Amaliqah

- Tempat tinggal terkenal: Hijaz, Mesir, dan Irak

- Perkiraan waktu kemunculan: 2500 SM

2. 'Ad

- Tempat tinggal terkenal: Ahqaf, antara Oman dan Hadhramaut

- Perkiraan waktu kemunculan: 2000 SM, akan dibahas lebih lanjut nanti

3. Tsamud

- Tempat tinggal terkenal: Selatan Jazirah Arab dan utara Hijaz

- Perkiraan waktu kemunculan: 1500 SM

4. Thasam dan Judais

- Tempat tinggal terkenal: Yamamah, Najd

- Perkiraan waktu kemunculan: 300 M

5. Madyan

- Tempat tinggal terkenal: Aqaba, Yordania

- Perkiraan waktu kemunculan: 1500 SM

Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa ada suku-suku lain yang telah punah, seperti 'Amim dan Jurhum di Hadhramaut. Jika ini benar, maka tidak diragukan bahwa mereka merujuk pada Hadhramaut yang pertama, bukan Hadhramaut yang sekarang, yang akan kita bahas nanti.

Islam datang ketika orang Arab Ba'idah tidak memiliki keturunan yang dikenal." (Adwar At-Tarikh Al-Hadrami, Muhammad bin Ahmad bin Umar Aay-Syathiri, Cet. Pertama Maktabah Tarim Al-Haditsiyah juz 1 hal.27-28)

 *العرب العاربة*

هؤلاء القحطانيون أو اليمنيون، نسبة لوطنهم في اليمن، ثم تفرقوا ولهم دول معروفة في اليمن كالمعينيين والسبائيين والحميريين، وسنتي الكلام عنهم فيما بعد. ولهم دول أخرى فى مواطن من بلاد العرب، غير اليمن أشهرها دولة الغساسنة في الشام وعاصمتهم بصرى، ودولة اللخميين في العراق وعاصمتهم الحيرة.

وهناك قبائل يمنية شهيرة نذكر منها: همدان، والأزد، وحمير، ومذحج، وكندة، وقضاعة، وطئ، وحضرموت.

ولكل من الدول القحطانية ملوك لهم قسط من الحضارة كما هو مدون في كتب التاريخ إلا أن تلك الدول متعادية متباعدة ليس لها رابطة تربطها لا جامعة تجمعها وليس لها دين صريح يدعوها إلى السعادة، ولم تبلغ فى حضارتها وتمدنها المبلغ الذي برفع مستواها الى حياة اجتماعية عالية تؤمن مستقبلها وتحفظها من غوابل الفساد والانخلاء وتدهور.  جاء الاسلام وهي بحاجة الى ما اشرنا اليه فسد تلك الحاجة بما يحمله من مبادئ اجتماعية سامية وقيم روحية عالية فنظمها كلها تحت لوائه دولة اسلامية عربية شاملة خدمت العالم ووجهته الى ما فيه الخير والفلاح، ونرجوا ان يعيد التاريخ نفسه اذا صمم العرب والمسلمون على استعادة مجدهم،, وان حندنا لهم الغالبون.

*العرب المستعربة*

أما العرب المستعربة فهم نسل إسماعيل بن إبراهيم عليهما السلام، ويقال لهم العدنانيون وهم قبائل كثيرة معروفة، فمنهم تميم وغطفان وكنانة ومنها قريش، ومنهم بنو هاشم أسرة الرسول سيدنا محمد صلى الله عليه وآله وسلم.

ومن قبائل عدنان ربيعة ومنها تغلب وبكر، ومنها بنو شيبان. وأنساب العرب شعوبا وقبائل مدونة مفصلة في كتب الأنساب المخصصة، والعرب من الأمم التي تعتني بحفظ أنسابها، وتعتز بأحسابها، وتعتز باحسابها وتحتفى اثار اجدادها في الفضائل والمحاسن والمناقب والتقاليد والعادات كما يشهد بذلك واقعها وتاريخها.

*Orang Arab Aribah* 

Mereka adalah yang berasal dari keturunan Qahtan atau Yaman, yang dinamakan demikian karena tempat asal mereka di Yaman. Kemudian mereka menyebar dan memiliki beberapa negara yang terkenal di Yaman, seperti Ma'in, Saba', dan Himyar. Kami akan membahas tentang mereka lebih lanjut nanti.

Mereka juga memiliki beberapa negara lain di berbagai wilayah Arab, selain Yaman, yang paling terkenal adalah negara Ghassan di Syam dengan ibukotanya Bushra, dan negara Lakhm di Irak dengan ibukotanya Hira.

Ada juga beberapa suku Yaman yang terkenal, seperti Hamdan, Azd, Himyar, Madhhij, Kinda, Qudha'a, Thay', dan Hadhramaut.

Setiap negara Qahtani memiliki raja-raja yang memiliki bagian dalam peradaban, seperti yang tercatat dalam buku-buku sejarah. Namun, negara-negara tersebut saling bermusuhan dan tidak memiliki ikatan yang kuat, tidak memiliki agama yang jelas yang dapat membawa mereka kepada kebahagiaan, dan tidak mencapai tingkat peradaban yang tinggi yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka dan melindungi mereka dari kerusakan dan kehancuran.

Islam datang ketika mereka sangat membutuhkan hal-hal tersebut, dan Islam memenuhi kebutuhan tersebut dengan membawa prinsip-prinsip sosial yang luhur dan nilai-nilai spiritual yang tinggi, sehingga mereka dapat bersatu di bawah bendera negara Islam Arab yang luas, yang melayani dunia dan mengarahkannya kepada kebaikan dan kesuksesan.

Kami berharap sejarah akan terulang kembali jika orang Arab dan Muslim bersemangat untuk mengembalikan kejayaan mereka, dan semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang menang.

*Orang Arab Musta'ribah* 

Mereka adalah keturunan Ismail bin Ibrahim 'alaihimassalam, yang juga dikenal sebagai Adnani. Mereka adalah suku-suku yang banyak dan terkenal, seperti Tamim, Ghathfan, Kinanah, dan termasuk di dalamnya adalah Quraisy, dan Bani Hasyim, keluarga Rasulullah Muhammad sallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam.

Dari suku Adnan juga ada Rabi'ah, yang termasuk di dalamnya adalah Taghlib dan Bakr, dan Bani Syaiban.

Nasab orang Arab, baik sebagai suku maupun sebagai kabilah, tercatat dengan rinci dalam buku-buku nasab yang khusus, dan orang Arab adalah salah satu bangsa yang sangat memperhatikan nasab mereka, dan bangga dengan asal-usul mereka, serta menghormati jejak-jejak nenek moyang mereka dalam hal kebajikan, keutamaan, dan tradisi, seperti yang disaksikan oleh realitas dan sejarah mereka." (Adwar At-Tarikh Al-Hadrami, Muhammad bin Ahmad bin Umar Aay-Syathiri, Cet. Pertama Maktabah Tarim Al-Haditsiyah juz 1 hal.27-28)

الشعوب العربية وبلادها في العهد الحاضر

سيتضح لك من الجدول ألبيان التالي والخريطة التي تليه عدد أخوانك العرب وبلادهم وشعوبهم. وانهم يمثلون بمجموعهم عالمية هائلة في جميع أنحاء الحياة، وانهم كانوا في أيام عزهم السابق شعبا واحدة، وبلادا واحدة, فجلء الاستعمار وشتت شملهم واستولى عليهم واستعان على ذالك بعملائه من أبناء جلدتهم الذين كانوا خانوا دينهم ووطنهم وأمتهم، ولكنهم كافحوا وجاهدوا فى سبيل الاستقلال وبذلوا دمائهم وارواحهم حتى ناله اكثرهم والبقية يسعون اليه هم واخوانهم بخطى واسعة سريعة ووثبات بعيدة بما فيهم اهل حضرموت التى نحن بصدد تاريخها.

والشعوب العربية اليوم تعى وتدرك كل شيئ يراد لها وتنتظر اليوم الذي تتخذ فيه وتكون دولة كبيرة واحدة مؤلفة من ولايات متحدة كالولايات المتحدة الأمريكية والاتحاد السوفيتي وير كل فرد واع.

من أبناء العرب أعظم عيد له في أن تتحقق تلك الأمنية. وإذا كانت تقف في طريقها بعض العقبات والصعوبات من الداخل أو الخارج، فمن المحقق أن العرب سيريخوونها في النهاية. ولعل مما بهئ لهم ذلك وجود الجامعة العربية التي يرجوا لها كل عربى اداء وسألتها بصورة أقوى واسمي مما هي عليه الآن.

Bangsa Arab dan negara-negara mereka di era modern akan menjadi jelas bagi Anda dari tabel berikut dan peta yang menyertainya, yang menunjukkan jumlah saudara-saudara Arab Anda, negara-negara mereka, dan bangsa-bangsa mereka.

Mereka secara keseluruhan mewakili sebuah kekuatan besar di semua bidang kehidupan, dan mereka pernah menjadi satu bangsa dan satu negara di masa kejayaan mereka sebelumnya. Namun, kolonialisme datang dan memecah belah mereka, menguasai mereka, dan dibantu oleh agen-agen mereka dari kalangan bangsa Arab sendiri yang telah mengkhianati agama, negara, dan bangsa mereka.

Namun, mereka telah berjuang dan berkorban untuk mencapai kemerdekaan, dan banyak dari mereka telah mencapainya, sementara yang lain masih berjuang untuk mencapainya, bersama dengan saudara-saudara mereka, dengan langkah yang cepat dan kuat, termasuk penduduk Hadhramaut yang sedang kita bahas sejarahnya.

Bangsa-bangsa Arab saat ini sadar dan memahami segala sesuatu yang diinginkan untuk mereka, dan mereka menunggu hari ketika mereka akan menjadi satu negara besar, yang terdiri dari negara-negara bagian yang bersatu, seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Setiap orang Arab yang sadar akan menganggap hari itu sebagai hari raya terbesar, yaitu ketika impian itu menjadi kenyataan. Jika ada beberapa rintangan dan kesulitan di jalan mereka, baik dari dalam maupun dari luar, maka pastilah bangsa Arab akan mengatasinya pada akhirnya.

Mungkin salah satu faktor yang akan membantu mereka adalah keberadaan Liga Arab, yang diharapkan oleh setiap orang Arab untuk menjadi lebih kuat dan lebih efektif daripada sekarang." (Adwar At-Tarikh Al-Hadrami, Muhammad bin Ahmad bin Umar Aay-Syathiri, Cet. Pertama Maktabah Tarim Al-Haditsiyah juz 1 hal.28)

Kemudian Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar Asy-Syathiri menjelaskan awal mula Imam Ahmad bin Isa hijrah ke Hadramaut,

وصول الامام المهاجر الى حضرموت 

وفى سنة ٣١٨ وصل امام أحمد بن عيسى  العلوى الى حضرموت مهاجرا من البصرة, وهو جد العلويين الحظارمة الذين هم مركز اجتماعى بها, وسيأت ترجمتها.

Sampainya Imam Al-Muhajir ke Hadramaut

Imam Ahmad bin Isa Al-'Alawi tiba di Hadhramaut pada tahun 318 H/929 M, sebagai seorang muhajir dari Basrah. Dia adalah leluhur para Alawiyin Hadhramaut yang merupakan pusat sosial di sana, dan akan dibahas lebih lanjut." (Adwar At-Tarikh Al-Hadrami, Muhammad bin Ahmad bin Umar Aay-Syathiri, Cet. Pertama Maktabah Tarim Al-Haditsiyah juz 1 hal.146)

Salah satu cucu Ali Al-Uraidhi adalah Ahmad Al-Muhajir. Konon akibat tekanan penguasa, dia meninggalkan Basrah di Irak bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M dan berhijrah ke Hadramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad Al-Muhajir, yang bernama Muhammad bin Ali Ba'alawi (Al-Faqih Muqaddam) adalah orang pertama yang dilahirkan di Hadramaut.

Alawiyin (arab: العلويّن) adalah sebutan bagi kaum atau sekelompok orang memiliki pertalian darah dengan Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir. Sebutan lain untuk Alawiyin adalah Ba’alawi. Seorang Ba‘alawi juga dikenali dengan sebutan sayyid (Saadah untuk sebutan jamaknya). Sementara sebutan habib adalah panggilan khas lainnya kepada kelompok keluarga ini. 

Adapun terjadinya pro-kontra nasab Ba'alawi disebabkan diragukannya Abdullah atau Ubaidillah sebagai anak dari Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi. Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*,

Jumat, 14 November 2025

KAJIAN TENTANG CARA MEMBEDANKAN ANTARA KAROMAH DENGAN KISAH KHURAFAT



Apa itu Karamah yang Sebenarnya?

Sebelum kita menilai sebuah kisah sebagai "karamah" atau "khurafat", kita harus memahami terlebih dahulu apa arti karamah dalam Islam?

1. *Karamah: Hadiah dari Allah untuk Hamba-Hamba yang Saleh*

Karamah adalah sesuatu yang luar biasa yang terjadi pada wali-wali Allah yang saleh, tanpa ada klaim kenabian atau mencari ketenaran. Ini bukan sihir atau tipuan, tapi anugerah dari Allah yang diberikan kepada hamba-Hamba yang bertakwa dan ikhlas.

2. *Perbedaan antara Karamah, Mukjizat, dan Sihir*

- Mukjizat: Hanya terjadi pada nabi, seperti terbelahnya laut untuk Nabi Musa AS.

- Karamah: Terjadi pada wali, seperti doa yang dikabulkan seketika atau berjalan di atas air.

- Sihir: Tipuan yang dilakukan oleh dukun dengan bantuan setan.

3. *Syarat-Syarat Karamah yang Sebenarnya*

Untuk menerima sebuah kisah sebagai karamah, harus memenuhi syarat-syarat berikut:

- Sesuai dengan syariat Islam

- Terjadi pada hamba yang saleh

- Tidak ada klaim atau pamer

- Tidak digunakan untuk mencari uang atau ketenaran

*Bagaimana Membedakan Khurafat dari Karamah?*

Dengan banyaknya kisah-kisah ajaib, kita harus berhati-hati. Berikut beberapa langkah untuk membedakan karamah yang sebenarnya dan khurafat:

1. Apakah kisah tersebut sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah?

2. Apakah kisah tersebut memiliki sumber yang jelas dan terpercaya?

3. Apakah orang yang melakukan karamah tersebut mengklaim dirinya sebagai wali?

4. Apakah ada penipuan atau sihir dalam kisah tersebut?

5. Apakah karamah tersebut membuat orang lebih dekat kepada Allah atau malah membuat orang menyembah manusia

6. Jika kamu menemukan bahwa orang-orang lebih menyembah seseorang daripada mengagungkan Allah, maka itu bukanlah karamah, melang merupakan fitnah. Karamah yang sebenarnya membuat orang lebih dekat kepada Allah, bukan kepada hamba yang saleh.

*Contoh Praktis: Karamah atau Khurafat?*

- Karamah yang Sebenarnya: Imam Syafi'i dan Penyembuhan dengan Doa

Imam Syafi'i menderita sakit parah, dan seseorang berkata kepadanya, "Mengapa kamu tidak berdoa kepada Allah untuk menyembuhkanmu?" Imam Syafi'i menjawab, "Jika Allah ingin menyembuhkanku, maka itu akan terjadi tanpa doa. Jika Allah ingin mengujiku, maka doa tidak akan mengubah kehendak-Nya." Dan benar, Imam Syafi'i sembuh tanpa perawatan medis. Ini adalah karamah yang sebenarnya karena:

- Terjadi pada orang yang shaleh

- Tidak diklaim oleh dirinya sendiri

- Tidak digunakan untuk mencari ketenaran

- Khurafat yang Meragukan: Syaikh yang Mengubah Tanah menjadi Emas!

Di beberapa masyarakat, ada syaikh yang mengklaim dapat mengubah tanah menjadi emas atau memberikan "kertas" yang dapat berubah menjadi uang. Ini adalah khurafat karena:

- Melanggar hukum alam yang ditetapkan oleh Allah

- Mengeksploitasi orang secara materi

- Tidak membuat orang lebih bertakwa, tapi malah membuat orang lebih tamak dan rakus

*Tips Praktis untuk Melindungi Diri dari Khurafat*

- Jangan percaya pada setiap kisah yang kamu dengar

- Kembali kepada ulama yang terpercaya

- Waspada terhadap penipu yang meminta uang dengan alasan "barokah"

- Jangan biarkan emosi mengalahkan akal

Jangan mengingkari atau mempercayai secara buta! Karamah para wali adalah kebenaran yang disyariatkan, tapi itu tidak berarti bahwa setiap kisah yang kita dengar adalah benar. Kita harus menjadi rasional dan beriman pada saat yang sama, sehingga kita menerima apa yang sesuai dengan syariat dan menolak apa yang merupakan khurafat atau penipuan.

Sebagaimana para ulama telah menjelaskan terkait kisah-kisah karomah para wali atau hanya sebuah kisah khurafat, diantaranya yang disampaikan Imam Ath-Thusi (Abi Nashr Abdullah bin Ali As-Siraj Ath-Thusi) dalam karyanya kitab Al-Luma' fi Tarikh At-Tashawwuf Al-Islami,

باب في ذكر مقامات أهل الخصوص في الكرامات

وذكر من ظهر له شيء من الكرامات فكره ذلك وخشي من الفتنة

قال الشيخ رحمه الله: ذكر عند سهل بن عبد الله رحمه الله الكرامات فقال:

وما الآيات وما الكرامات شيئ تقض لوقتها، ولكن أكبر الكرامات أن تبدل خلقا مذموما من أخلاق نفسك بخلق محمود.

ومن أبي يزيد البسطامي رحمه الله أنه قال: كان في بدايتي يريني الحق الآيات والكرامات فلا ألتفت إليها، فلما رأني كذلك جعل لي إلى معرفته سبيلا.

وقيل لأبي يزيد رحمه الله: فلان يقال: إنه يمر فى ليلة الى مكة فقال: الشيطان يمر فى لحظة من المشرق إلى المغرب وهو فى لعنة الله، وقيل له: إن فلانا يمسى على ماء فقال: الحيتان في الماء، والطير في الهواء أعجب من ذلك.

سمعت طيفور بن عيسى يقول: قال موسى بن عيسى قال أبي: قال أبو يزيد رحمه الله: لو أن رجلا بسط مصلاه على الماء، وتربع في الهواء، فلا تغتروا به حتى تنظروا تجدونه في الأمر والنهي.

قال الجنيد رحمه الله: حجاب قلوب الخاصة المختصة، برؤية النعم، والتلذذ بالعطء والسكون إلى الكرامات.

سمعت ابن سالم يقول: سمعت أبي يقول: كان رجل يصحب سهل بن عبد الله رحمه الله، يقال له عبد الرحمن بن أحمد فقال يوما لسهل: يا أبا محمد ربما اتوضأ للصلاة فيسيل الماء من يدى، فيصير قضبان ذهب وفضة، فقال له سهل: يا حبيبي أما علمت ان الصبيان إذا يكون يناولون  خشخاشة حتى يشتغلوا بها، فانظر أيش هو ذا تعمل.

Bab tentang kedudukan orang-orang yang memiliki karamah dan menyebutkan orang-orang yang telah muncul karamah pada mereka, namun mereka tidak menyukai dan khawatir akan fitnah.

Syaikh rahimahullah berkata: "Sahal bin Abdullah rahimahullah pernah ditanya tentang karamah, maka dia berkata: 'Apa itu ayat-ayat dan karamah? Itu semua hanyalah sesuatu yang akan berakhir pada waktunya. Namun, karamah yang paling besar adalah ketika kamu mengganti akhlakmu yang tercela dengan akhlak yang terpuji'."

Abu Yazid Al-Bustami rahimahullah berkata: "Pada awalnya, Allah menunjukkan kepadaku ayat-ayat dan karamah, namun aku tidak memperhatikannya. Ketika Allah melihatku demikian, maka Dia memberikan aku jalan untuk mengenal-Nya."

Abu Yazid juga berkata: "Jika ada seseorang yang dapat berjalan di atas air, maka janganlah kamu tertipu olehnya sampai kamu melihat bagaimana dia menjalankan perintah dan larangan Allah."

Junaid (Al-Baghdadi) rahimahullah berkata: "Tabir yang menutupi hati orang-orang yang khusus adalah melihat nikmat, menikmati pemberian, dan merasa tenang dengan karamah."

Saya mendengar Ibnu Salim berkata: "Saya mendengar ayahku berkata: 'Ada seorang laki-laki yang bergaul dengan Sahal bin Abdullah rahimahullah, namanya Abdurrahman bin Ahmad. Suatu hari, dia berkata kepada Sahl: 'Wahai Abu Muhammad, terkadang aku berwudhu untuk shalat, maka air wudhuku berubah menjadi emas dan perak.' Sahal berkata: 'Wahai anakku, tidakkah kamu tahu bahwa anak-anak kecil jika diberi mainan, maka mereka akan sibuk dengannya? Lihatlah apa yang kamu lakukan itu.'" (Al-Luma', Abu Nashir Aa-Siraj Ath-Thusi, Daar Al-Kutub Al-Haditsiyah bi Mishr - Baghdad, hal.400)

وحُكِيَ عن أبي يزيد البسْطامي رحمه الله أنه قال: دخل عليَّ أبو عليٍّ السِّنْدي رحمه الله، وكان أستاذه، وكان معه جرابٌ فصبه بين يدى، فإذا هو الوان الجواهر. فقلت له: من أين لك هذا؟ قال: وافيتُ وادياً هاهنا، فإذا تضىئ كالسراج. فحملت: هذا منها؟ قال: فقلتُ له: كيف كان وقتُك وقت ورودك الوادى؟ قال: كان وقتي وقت الفترة عن الحال الذي كنت فيه قبْل ذلك، وذكَرَ الحِكَاية ومعنى فى ذالك: إن فى وقت فترته سغلوه بالجواهر.

Diriwayatkan dari Abu Yazid Al-Bustami rahimahullah bahwa dia berkata: "Abu Ali Al-Sindi rahimahullah, yang merupakan gurunya, datang menemuiku. Dia membawa sebuah kantong, lalu menuangkan isinya di depanku, dan ternyata isinya adalah berbagai jenis permata. Aku bertanya kepadanya: 'Dari mana kamu mendapatkan ini?' Dia menjawab: 'Aku pergi ke sebuah lembah di sini, dan aku menemukan cahaya yang terang seperti lampu. Aku mengambil beberapa dari itu.' Aku bertanya lagi: 'Bagaimana keadaanmu ketika kamu tiba di lembah itu?' Dia menjawab: 'Keadaanku ketika itu adalah keadaan yang lemah, aku telah diangkat dari keadaan yang aku alami sebelumnya.'"

Kisah ini mengandung makna bahwa pada saat kelemahan, mereka diberi permata sebagai karamah." (Al-Luma', Abu Nashir Aa-Siraj Ath-Thusi, Daar Al-Kutub Al-Haditsiyah bi Mishr - Baghdad, hal.401). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Kamis, 13 November 2025

KAJIAN TENTANG KHURAFAT YANG DIANGGAP KAROMAH





Tulisan ini bertujuan mewarning (mengingatkan) umat islam agar tidak terbuai dengan kisah karomah para wali, karena bisa membuat mundur cara berpikir dengan keajaiban-keajaiban sehingga menilai wali dengan tidak proporsional. 

Bukan rahasia umum bahwa akhir-akhir ini penyampaian dari kalangan habaib cerita karomah para wali yang mengandung khurafat beredar luas dan viral menjadi perbincangan di medsos maupun dunia nyata, dan setelah penulis telusuri ternyata kisah-kisah karomah khurafat tersebut terdapat di kitab-kitab karya habaib. Menjadi catatan bahwa kisah khurafat yang dianggap sebagai karamah para wali ini cukup banyak yang berasal dari ulama kalangan Ba'alawi. 

Adapun asal muasal khurafat terdapat dalam sebuah hadits dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai makna khurafat terkait pertanyaan salah satu istri beliau terkait kisah khurafat, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya balik sekaligus menjelaskan,

اتدرون ما خرافة, إن خرافة كان رجلا من عذرة أسراته الجن فى الجاهلية, فمكث فيه دهرا طويلا, ثم ردوه الى الانس, فكان يحدث الناس بما رأى فيهم من الاعاجيب, فكان الناس حديث خرافة

"Apakah kalian tahu apa itu khurafat? khurafat adalah seorang laki-laki dari Udzrah yang ditawan oleh para jin di masa jahiliyyah, ia tinggal bersama mereka dalam jangka waktu sekian lama, kemudian para jin tersebut mengembalikannya kepada wujud manusia, lalu khurafat bercerita kepada orang-orang tentang hal-hal yang mengherankan yang ia lihat di alam jin, hingga akhirnya orang-orang cerita itu khurafat." (HR. Ahmad no.24085 Kutub At-Tis'ah)

Dr. Ghalib bin Ali 'Awaji mendefinisikan khurafat adalah,

الخرافة هي الاعتقاد بما لاينفع ولايضر ولايلتئم من المنطق الساليم والوقيع الصحيح

"Khurafat adalah keyakinan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak berbahaya, tidak sesuai dengan akal yang sehat dan realita yang ada." (Madzahib Al-Fikriyah Al-Mu'aahirah hal.1186)

Diantara kitab-kitab yang menjelaskan karamah para wali yang mengandung kisah khurafat semisal Jami' Karamah Al-Auliya', Syarh Al-Ainiyah, Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Tadzkir An-Naas, As-Sanatir, An-Nahr Al-Maurud min Bahr Al-Fadhl wa Al-Karam wa Al-Jud dan lainnya.

Dalam Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Al-Imam Muhammad bin Zain Smith (murid Imam Haddad), juz 1 hal.102-103 menjelaskan tentang mimpi Al-Habib Abdullah Al-Haddad pernah mengalami perjalanan mi'raj sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dibelah pula dadanya sebagaimana berikut,

وقال قدس الله سره : إنه يكون للولي ما يكون للنبي وإن قد وُصعَ لي المعراج بمسجد الهجيرة وعرج بي إلى السماء حتى وقفت بين يدي الله عز وجل وحصل لي شق الصدر بمسحد بَني عَلَوى.  

وكان رضي الله عنه يقول: لا يقوم مقامنا أو لا ينوب منابنا إلا اربعون رجلاً أو المهدي. وهكذا من بلغ درجة الكمال يكون كذلك أو كما قال.  

وقال لبعض خواصه: إن الصر عظيم وبشير إلى نفسه، ولا يطيق لحمله إلا من شاء الله، وذلك من ذلك الصر نصيب.  

وقال لبعض أصحابه: أنت لابد أن تركب فرس المَهْدِيِّ قال: فتجبت ثم بَعد مدة قدر الله اني ركبت فرسه فعرفت عند ذلك أنه المهدي حقيقة وان صفة المهدي قد تحققتْ فيه حَقا وتحقيقا وكان يقول: لو عرف الناس وأُنصفوا لتحققوا أنا أحق بأموالهم منهم.

Beliau (Syeikh Imam Abdullah Al-Haddad) berkata, "Sesungguhnya seorang wali memiliki apa yang dimiliki oleh seorang nabi. Saya telah diberi pengalaman Mi'raj di Masjid Al-Hajirah dan diangkat ke langit hingga saya sampai di hadapan Allah SWT, dan saya mengalami pembedahan dada di Masjid Bani Alawi."

Beliau juga berkata, "Tidak ada yang bisa menggantikan posisi kami kecuali 40 orang laki-laki atau Al-Mahdi."

Beliau juga berkata, "Orang yang mencapai derajat kesempurnaan akan menjadi seperti itu, atau seperti yang beliau katakan."

Beliau berkata kepada salah satu muridnya, "Jalan ini (menjadi wali) sangat berat, dan saya menunjuk kepada diri saya sendiri. Tidak ada yang bisa menanggungnya kecuali orang yang Allah kehendaki."

Beliau berkata kepada salah satu muridnya, "Kamu pasti akan menunggang kuda Al-Mahdi."

Murid itu berkata, "Saya mengingkarinya, tapi setelah beberapa waktu, Allah menakdirkan saya untuk menunggang kuda itu, dan saya tahu bahwa itu adalah Al-Mahdi yang sebenarnya, dan sifat Al-Mahdi telah terwujud dalam diri saya."

Beliau juga berkata, "Jika orang-orang tahu dan adil, mereka akan tahu bahwa saya lebih berhak atas harta mereka daripada mereka sendiri." (Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Al-Imam Muhammad bin Zain Smith (murid Imam Haddad), juz 1 hal.102)

قد ذكرنا في الحكاية الرابعة والخمسين عنه (رضي الله عنه) أنه قال: رأيت كأنّ شحصاً أتى إلي وقال لي: أنت القطب وأنت الغوث، أنت صاحب الوقت، ثم نادى بأعلى صوته: أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمداً رسول الله، وأن عبد الله بن علوي الحدَاد القطب. ثم أتى إليَّ وشقَّ صدري ولم احس لشقة ألما، و أخرج قلبي وغسله وأخرج منه أشياء لم أرها، وكأنه يريد أن يجعل فيه شيئاً بعد افراغه فذكرت عند ذالك قصه شق قلب المصطفى ﷺ وايداع العلم والحكمة، ثم قال: والرؤيا جزء من النبوة.

Telah disebutkan dalam kisah ke-45 tentang beliau (Syaikh Abdullah bin Alawi Al-Haddad) bahwa beliau berkata, "Saya melihat dalam mimpi, ada seseorang yang datang kepada saya dan berkata, 'Kamu adalah Quthb, kamu adalah Ghawth, kamu adalah penguasa zaman ini.'

Kemudian dia berseru dengan suara keras, 'Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, dan Abdullah bin Alawi Al-Haddad adalah Quthb.'

Lalu, dia mendekati saya, membedah dadaku, tapi saya tidak merasakan sakit sama sekali. Dia mengeluarkan hatiku, mencucinya, dan mengeluarkan beberapa hal yang tidak saya ketahui darinya. Sepertinya dia ingin memasukkan sesuatu ke dalamnya setelah mengkosongkannya.

Saya kemudian teringat kisah pembedahan dada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan penyimpanan ilmu dan hikmah di dalamnya. Beliau kemudian berkata, 'Mimpi adalah salah satu bagian dari kenabian.'" (Ghayah Al-Maqshud wa Al-Murad fi Manaqib Al-Imam Al-Haddad, Al-Imam Muhammad bin Zain Smith (murid Imam Haddad), juz 1 hal.103)

Kali ini saya akan menyampaikan kisah khurafat terkait kotoran manusia yang berubah menjadi emas permata sebagaimana yang terdapat dalam kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas Kitab Tadzkir An-Naas  hal.48 sebagai berikut, 

Sementara dalam kitab Tadzkir An-Naas hal. 48 kisah khurafat tentang seseorang yang bisa mewakili orang lain saat membuang kototan (buang hajatnya) dan juga kisah kotoran manusia yang bisa berubah menjadi emas,

في آداب دخول الخلاء وما تعلق بها

وقال رضى الله عنه بلغنا أن السيد حاتم الأهدل كان حريصا على مجلس الاخوان في الله ويشق عليه فراقهم ، وكان له مملوك أمره أن يجلس بالباب ، فإذا أراد أحد من إخوانه قضاء الحاجة والخلاء نظر إلى ذلك العبد فينتقل الحدث إليه فيروح العبد إلى الخلاء وينوب عنه . 

ووقع للحبيب هادون إبن هود بن على بن حسن العطاس ، أنه لما زار المدينة المشرفة بات ليلة بالحرم ، فتحركت عليه بطنه ؛ وذهب ليخرج فوجد الأبواب مقفلة ، فراح إلى ناحية في أخريات الحرم ، ووضع الخارج في ثوبه ، فلما كان الصباح ذهب إلى خارج المدينة ليرميه ، فإذا هو ذهب يتلألأ

Tentang adab-adab memasuki toilet dan hal-hal yang terkait dengannya.

Dan dia (syeikh) radhiyallahu 'anhu berkata, kami mendengar bahwa tuan Hatim Al-Ahdal sangat menginginkan suatu majelis persaudaraan di jalan Allah dan merasa berat berpisah dengan mereka. Ia memiliki seorang budak yang diperintahkan untuk duduk di pintu. Jika salah satu saudaranya ingin buang air atau ke toilet, ia melihat budak itu, maka peristiwa itu berpindah kepadanya, dan hamba itu pergi ke toilet dan mewakilinya untuk buang air (menggantikannya)."

Terdapat pula kisah dari Al-Habib Hadun bin Hud bin Ali bin Hasan Al-Attas, bahwa ketika ia mengunjungi Madinah Al-Musyarrafah (kota yang terhormat), ia bermalam di Masjid. Perutnya terasa tidak nyaman; ia pergi keluar dan mendapati pintu-pintu (masjid) tertutup. Ia pun pergi ke sudut belakang masjid dan mengeluarkan kotorannya ke dalam pakaiannya. Ketika pagi tiba, ia pergi keluar kota untuk membuang (kotoran)nya dan ternyata ia pergi dengan membawa emas yang berkilau. (Kitab Tadzkir An-Naas kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas hal.48)

Syahdan, sungguh kisah di luar nalar sehat dan kisah diatas jelas khurafatnya, manalah mungkin seseorang bisa mewakili buang hajat orang lain, dan mana mungkin kotoran manusia yang najis berubah menjadi emas permata. 

Singkatnya, jika sebuah kisah tidak merujuk pada dalil syar'i dan tidak masuk akal seperti ini haruskah dipercaya, dan layakkah kisah-kisah konyol khurafat kelas dewa harus disampaikan dan dipelajari kitabnya? Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Rabu, 12 November 2025

KAJIAN TENTANG MENGKRITISI KITAB TADZKIR AN-NAS YANG PENUH KISAH KHURAFAT




Kitab “Tadzkir An-Nas” tergolong kitab sufi yang mengungkap kisah karomah para wali namun penuh dengan khurafat. Meskipun saya belum mendalami lebih jauh biografi pengarangnya yaitu Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas.

Sepengetahuan saya, kitab sufi yang lebih aman adalah “Ihya’ Ulumiddin” karya Al-Ghazali. Penulisnya ahli fikih, sehingga berusaha tidak keluar jalur syariat. Fokusnya pembersihan jiwa dan sejalan dengan perintah Al-Qur’an untuk menyucikan diri dan jiwa. Kalaupun ada kekurangan di dalamnya, seperti adanya hadits-hadits dhoif dan maudhu’, maka masih bisa ditambal dengan “Al-Mughni ‘an Hamli Al-Asfar” karya Al-‘Iraqi yang mentakhrij kitab “Ihya' Ulumiddin” dan menjelaskan kualitas hadits-haditsnya.

Adapun kitab Tadzkirun Nas, ada sejumlah kisah konten yang mengkhawatirkan karena akan membentuk alam pikir yang mundur bagi umat islam, memuja karomah secara salah, dan mengelu-elukan wali secara tidak proporsional.

Sebagai contoh kisah yang terdapat di halaman 154 dikisahkan,

وحكى سيدي عن الحبيب عبد الله بن عمر بن يحيى أنه لما وصل إلى مَليبَار. دخل على الحبيب علوي بن سهل، فرأى في بيته تصاوير طيور وديكة وغيرها، فقال: يا مولانا إن جدكم صلى الله عليه وسلم يقول: يُكلّف صاحبُ التصاوير يوم القيامة أن ينفخ فيها الروح، فقال له الحبيب علوي: عاد شيءٌ غيرُ هذا؟ فقال: لا، فنفخ الحبيب علوي تلك التصاوير، فإذا الديكةُ تصرُخ، والطيورُ تغرّد، فسلّم الحبيب عبد الله بن عمر له حالَه.

Syaikh menceritakan tentang Habib Abdullah bin Umar bin Yahya, bahwa ketika beliau tiba di Malibar, beliau mengunjungi Habib Alawi bin Sahal. Di rumah Habib Alawi, beliau melihat gambar-gambar burung, ayam jantan, dan lain-lain.

Habib Abdullah berkata, "Wahai tuan, bukankah kakekmu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda, 'Pemilik gambar-gambar akan diminta untuk meniupkan ruh ke dalamnya pada hari kiamat'?"

Habib Alawi menjawab, "Apakah ada yang lain selain itu?"

Habib Abdullah menjawab, "Tidak."

Maka, Habib Alawi meniupkan napas ke gambar-gambar itu, dan tiba-tiba ayam-ayam jantan itu berkokok, dan burung-burung itu bernyanyi. Habib Abdullah bin Umar sangat mengagumi kejadian itu dan menyerahkan urusannya kepada Habib Alawi." (Tadzkir An-Naas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, Zawiyah Al-Idrus Al-Ilmiyah hal.154).

Pada halaman 201-202 ada kisah turunnya mangkok emas dari langit,

قال سيدي ولما توفي سيدنا الشيخ عمر المخضر اراد السادة تريم ان يجعلوا سيدنا عيدروس نقيبا عليهم فأبى بن ذالك, فقالوا له ما احد يجى به, الا شيخه السيد محمد بن حسن جمل الليل فأخبروه، فدعا به، وقال له أخل النقابة، واشترط على حالته، فقال واشترط على ما شئت فقال اشترط عليك ثلاثة شروط، الأول أن يكون منصبى معموراً إلى يوم القيامة، الثاني أن لا يطاول أولادي أحد ويغالبهم، إلا طالوا عليه وغلبوه، الثالث أحوال الأولياء الاحياء والموتى جميعها تندرج في صدري، فقال له وهذه الخصلة لم طلبتها، فقال من أراد أن ينصرف فى من الأولياء قابلته بحاله فتمم له بها.  

ولما توفي سيدنا الشيخ أبو بكر بن سلام اجتمع أولاده للنشاور، فيمن يكون الخليفة بعده، فاجتمع رأيهم على أن يجتمعوا فى شعب, ومن ظهرت فيه العلامة يكون هو الخليفة، فظهرت طاسة ملانة ماء عند الحسين فشربوا كلهم منها, وقالوا له انت الخليفة.  

قال جامع هذه النبذة وقد روأيت فيها جمعه السيد الجليل محسن بن عبد الله السقّاف، من كلام سيدي الحبيب علي بن محمّد الحبشي ما نصه ولما توفي سيدنا الشيخ أبو بكر بن سالم قال كل واحد من أولاده إختلافة عندي، فقالت لهم أمهم كلكم فيكم البرمة، ولكن من ظهرّت الكرامة على يديه فهو الخليفة، فطلعوا إلى وادي عينات وفرش كل واحد سجّادته في ناحية وصلى، فنزلت على الشيخ عمر من السماء طاسة من ذهب، وسلسلتها من ذهب، فدعا إخوانه وأراهم هذه الكرامة، وقال لهم هل عندكم شيء من ذلك، قالوا لا فسلموا له، فقال الحبيب حسين، إني صحبت أخي عمر، ولا أعتقد أني أخوه, بل أعتقد أني مملوك له لكن صارت الخلافة إليه بعده وأقبلت عليه الدنيا والأخرى انتهى.  

Syaikh berkata, "Ketika Syaikh Umar Al-Mukhdar wafat, para sayyid di Tarim ingin mengangkat Syaikh Aydrus sebagai pemimpin mereka, tapi beliau menolak. Mereka berkata, "Tidak ada yang bisa membujukmu kecuali Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail."

Maka, mereka memberitahu Syaikh Muhammad, dan beliau memanggil Syaikh Aydrus. Syaikh Aydrus berkata, "Saya akan menerima jabatan ini dengan syarat-syarat tertentu."

Syaikh Muhammad berkata, "Apa saja syaratmu, saya terima."

Syaikh Aydrus berkata, "Saya memiliki tiga syarat:

1. Jabatan saya harus tetap terisi sampai hari kiamat.

2. Tidak ada yang bisa menandingi anak-anak saya, kecuali mereka bisa mengalahkan saya.

3. Semua keadaan para wali, baik yang hidup maupun yang mati, harus masuk ke dalam hati saya."

Syaikh Muhammad berkata, "Mengapa kamu meminta syarat ini?"

Syaikh Aydrus menjawab, "Saya ingin bisa menghadapi siapa saja yang ingin menentang para wali."

Syaikh Muhammad berkata, "Baiklah, saya terima syaratmu."

Ketika Syaikh Abu Bakar bin Salim wafat, anak-anaknya berkumpul untuk membicarakan siapa yang akan menjadi penggantinya. Mereka sepakat untuk berkumpul di sebuah lembah dan siapa yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran akan menjadi khalifah.

Maka, sebuah mangkuk berisi air muncul di depan Syaikh Husain, dan mereka semua minum dari mangkuk itu. Mereka berkata, "Kamu adalah khalifah."

Penulis kitab ini, Syaikh Muhammad bin Hasan Jamalullail, meriwayatkan bahwa Syaikh Abu Bakar bin Salim wafat, dan anak-anaknya berkata, "Setiap orang di antara kami memiliki pendapat sendiri tentang siapa yang akan menjadi khalifah."

Ibu mereka berkata, "Kalian semua memiliki kemampuan, tapi siapa yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran (karomah), dialah khalifah."

Mereka pergi ke wadi (lembah) Ainat, dan setiap orang meletakkan sajadahnya di tempat yang berbeda dan shalat. Mangkuk emas turun dari langit ke kepada Syaikh Umar, dan dia memanggil saudara-saudaranya dan menunjukkan tanda-tanda kebesaran (karomah) itu kepada mereka.

Syaikh Husain berkata, "Saya telah bersahabat dengan saudara saya Umar, dan saya tidak percaya bahwa saya adalah saudaranya, tapi saya percaya bahwa saya adalah hambanya. Tapi, khilafah jatuh kepadanya setelah ayah kami wafat." (Tadzkir An-Naas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, Zawiyah Al-Idrus Al-Ilmiyah hal.201-202).

Sementara pada halaman 206 ada seorang yang melihat jenazahnya Habib Shalih saat mau dimakamkan sebagai wali dan bahkan temannya melihatnya sebagai seorang nabi,

وكان سلفنا إذا قدم عليهم وليٌّ يعظِّمونه في عيوننا حتى نُرى كأنه نبي من كبره في صدورِنا، ولما كان وقت دفن الحبيب صالح قال رجلٌ من أهل حَبْرَة، وهي قرية بوادي عمد لصاحبه: أرى أنَّ هذا السيد وليٌّ، فقال له صاحبه منكِرًا عليه عدم معرفته بالحبيب صالح، وليٌّ، هو إلاَّ نبيٌّ. 

وكان الحبيب أبو بكر بن عبد الله حاضرًا، يسمع كلامهما، فَضَحِك، حتى استغرق فى الضحك، متعجبًا من هذه الكلمة.  

Para leluhur kami, jika ada seorang wali yang datang, mereka akan mengagungkannya di mata kami, sehingga kami melihatnya seperti seorang nabi di hati kami karena kebesarannya (karomahnya).

Ketika waktu pemakaman Habib Shalih tiba, seorang laki-laki dari Habra, sebuah desa di Wadi (lembah) Amad, berkata kepada temannya, "Aku melihat bahwa sayyid ini adalah seorang wali."

Temannya menjawab dengan mengingkarinya, "Wali? Dia (bukan) wali, dia adalah nabi!"

Habib Abu Bakar bin Abdullah ada di sana, mendengar percakapan mereka, dan dia tertawa sehingga sampai istighraq (tenggelam atau larut dalam mengingat Allah Ta'ala) saat ketawa, karena sangat mengagumi kata-kata itu." (Tadzkir An-Naas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, Zawiyah Al-Idrus Al-Ilmiyah hal 206). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

KAJIAN TENTANG KISAH KHURAFAT KAROMAH WALI BERJUALAN BANJIR DAN MEMBERHENTIKANNYA



Para ulama Ahlussunah Wal Jama'ah sepakat bahwa karomah itu nyata, tapi tidak asal percaya saja. Al-Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim mengatakan bahwa karomah adalah sesuatu yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa, namun tidak bertentangan dengan hukum syariat.

Meskipun karomah itu nyata, kita harus hati-hati membedakan antara karomah yang benar dengan cerita-cerita palsu yang cenderung menyesatkan dan mengarah ke khurafat.

*Karomah yang Bertentangan dengan Syariat*

Contohnya, cerita tentang “karomah” seseorang yang meremas dada istri orang lain buat alasan mistis. Islam jelas melarang tindakan seperri itu. 

Kalau ada yang orang yang mengaku-ngaku karomah sampai melakukan hal yang jelas melanggar kehormatan orang lain, itu tidak masuk akal dan tidak sesuai ajaran Islam. Lalu soal cerita karomah bisa memadamkan api neraka, terbang menembus langit-langit rumah, menurunkan rantai emas, merubah kotoran manusia menjadi emas atau karomah mir’raj 70 kali itu sangat bertentangan sama peristiwa mir’raj Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang hanya sekali dan jadi momen penting dalam sejarah Islam.

*Kritik Cerita Khurafat*

Contoh lain, katanya ada wali yang bisa mundurin pesawat terbang. What?, kita hidup di zaman modern di mana bandara penuh CCTV dan segala keajaiban seperti itu pasti viral banget kalau benar terjadi. Faktanya, tidak ada bukti yang kuat, hanya cerita-cerita dari mulut ke mulut yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya karena adanya pesawat di jaman yang sudah moderen.

Bahkan Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengatakan bahwa kalau ada keajaiban yang diklaim, harus dicek dulu, jangan mudah percaya, apalagi kalau itu melanggar syariat.

Demikian halnya kisah karomah wali yang menjual air banjir dan juga bisa memberhentikan atau menjalankannya sesuai perintah sebagaimana kisah khurafat yang terdapat dalam kitab karya Ba'alawi Tadzkir An-Naas berikut ini,

وفي تذكير الناس: ( قال سيدي: ووقع بحريضة في بعض السنين قحط شديد، فسار الحبيب علي بن جعفر العطاس إلى النقعة، وهي قرية بقرب حريضة وقال لأهل البلد : سنجيئكم بسيل من عند الشيخ جنيد باوزير إن شاء الله، فلما وصل إليها زار قبر الشيخ جنيد والشيخ علي بن سالم ورجع فسال وادي حريضة تلك الليلة ) تذكير الناس ( ص ١٨٧ )

وأوضح من هذا ما ذكره، أيضاً في تذكير الناس قال: ( قال سيدي وبلغنا أن الشيخ عبدالله بن أحمد بلعفيف كان من أولياء الله المستجابة دعوتهم، ويقال له بياع السيول، وصل إلى تريم في بعض زياراته، فاجتمع ببعض السادة آل العيدروس فقال له أنت : بلعفيف بياع السيول، فقال له الشيخ:نعم حاجة خدمة، فقال له الحبيب: نعم مرادنا سيل ، فقال الشيخ لا بأس، بكم تشتري ؟ فقال له الحبيب بالذي تريده، فقال الشيخ: نبيع لك سيل بكبش سمين، وخمس قهاول برُ، فقال الحبيب: لا بأس تم الكلام، فقال الشيخ تبغي السيل لأي أرض؟ قال الحبيب: للشرج الفلاني حقي، فقال الشيخ: هات الكبش والبر وأخرج رُعّاضك لشرجك، فأتى الحبيب بالبر والكبش وخرج الرُّعَّاض وشرب الشرج بإذن الله وبركة أولياء الله.

ولما أستلم الشيخ الكبش والبر دعا بعض أعيان البلد الذين هم خبرة، بضعفأها والمنقصرين فيها وأمره أن يذبح الكبش، ويفرقه مع البر على الأرامل والمنقصرين.) تذكير الناس  ( ص ١٨٨ ) 

Dalam kitab Tadhkir An-Naas, disebutkan bahwa telah berkata sayyidi (Habib Abdullah Al-Haddad) terjadi kekeringan parah di Huraidha. Maka, Habib Ali bin Ja'far Al-Attas pergi ke Naq'ah, sebuah desa dekat Huraidha, dan berkata kepada penduduk desa, "Kami akan membawa banjir dari Syaikh Junaid Bawazir, insya Allah."

Ketika beliau tiba di sana, beliau menziarahi kubur Syaikh Junaid dan Syaikh Ali bin Salim, lalu kembali. Pada malam itu juga, wadi Huraidha (lembah Huraidha) banjir." (Tadzkir An-Naas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, Zawiyah Al-Idrus Al-Ilmiyah hal 177)

Juga disebutkan dalam kitab Tadhkir An-Naas, bahwa Syaikh Abdullah bin Ahmad Balafif adalah salah satu wali Allah yang doanya dikabulkan. Beliau dikenal sebagai penjual banjir.

Suatu ketika, beliau datang ke Tarim dan bertemu dengan beberapa sayyid dari keluarga Al-Aidrus. Mereka berkata kepadanya, "Kamu adalah penjual banjir, bukan?"

Syaikh menjawab, "Ya, itu adalah pelayanan saya."

Habib berkata, "Kami ingin membeli banjir."

Syaikh berkata, "Tidak apa-apa, berapa kamu mau beli?"

Habib menjawab, "Dengan apa yang kamu inginkan."

Syaikh berkata, "Kami jual banjir kepada kamu dengan seekor kambing gemuk dan lima karung gandum."

Habib berkata, "Tidak apa-apa, kita sepakat."

Syaikh berkata, "Kamu ingin banjir untuk tanah mana?"

Habib menjawab, "Untuk tanah Sharj yang milik saya."

Syaikh berkata, "Bawa kambing dan gandum, dan keluarkan orang-orangmu untuk mengairi tanahmu."

Habib membawa kambing dan gandum, dan orang-orangnya keluar untuk mengairi tanah. Dan dengan izin Allah dan berkah para wali Allah, tanah itu diairi."

Ketika Syaikh menerima kambing dan gandum, beliau memanggil beberapa tokoh desa yang berpengalaman dalam pertanian dan yang membutuhkan, lalu memerintahkan mereka untuk menyembelih kambing dan membagikan daging dan gandum itu kepada para janda dan orang-orang yang membutuhkan." (Tadzkir An-Naas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, Zawiyah Al-Idrus Al-Ilmiyah hal 178)

قال: سيدي وبلغني عن بعض أهل مكة أنه سال وادي العقيق يوما وكان الحبيب حسن بن عيدروس البار بالطائف وله بنت يحبها أسمها نور فخرج مع أهل الطائف للتفرج على السيل ومعه بنته المذكورة فلما رأت الماء قالت لأبيها أريد أن اغتسل في السيل فقال الحبيب حسن للماء قف فوقف وخرجت واغتسلت بمشهد من الناس فلما طلعت جرى الماء). تذكير الناس (ص ١٩٠)

Berkata sayyidi (Habib Abdullah Al-Hafdad) bahwa sebagian penduduk Makkah menemuiku, sesungguhnya wadi Aqiq (lembah Aqiq di Mekah) banjir. Habib Hasan bin Aydrus Al-Bar berada di Thaif dan memiliki seorang putri yang sangat dicintainya bernama Nur.

Beliau keluar bersama penduduk Thaif untuk melihat banjir, dan putrinya itu ikut serta. Ketika putrinya melihat air, dia berkata kepada ayahnya, "Aku ingin mandi di sungai ini."

Habib Hasan berkata kepada air, "Berhenti!" Dan air itu berhenti. Putrinya keluar dan mandi di depan orang banyak. Ketika dia sudah selesai, air itu kembali mengalir." (Tadzkir An-Naas, Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas, Zawiyah Al-Idrus Al-Ilmiyah hal 190) Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Selasa, 11 November 2025

KAJIAN TENTANG KARAMAH AL-FAQIH AL-MUQADDAM TETAP BERINTERAKSI DAN TURUT SHALAT JENAZAH MESKIPUN DIA SUDAH MENINGGAL




Dalam Islam, orang yang meninggal tidak bisa berinteraksi langsung dengan orang yang hidup karena terputusnya hubungan di dunia. Namun, ada bentuk "interaksi" pasif yang dapat dilakukan orang hidup untuk memberikan manfaat kepada orang yang sudah meninggal, seperti mendoakan, bersedekah, dan berhaji atas nama mereka, yang pahalanya akan sampai kepada arwahnya, seperti yang dijelaskan dalam riwayat hadits dan ayat Al-Qur'an. 

Bagaimana dengan karomah wali apakah bisa berinteraksi dengan orang yang sudah meninggal? Semua manusia yang sudah meninggal berada di alam kubur. Bahkan para Sahabat Nabi yang mati syahid di Perang Badar pun berada di alam kubur masing-masing berdasarkan hadits Nabi riwayat Imam Ahmad dimana Nabi pernah menyapa para syuhada perang Badar di tempat mereka dimakamkan dengan menyebut nama-nama mereka. Melihat hal itu, Sahabat Umar bertanya,

يا رسول اللّه، ما تخاطب من أقوام قد جيّفوا، فقال عليه الصلاة والسلام: والّذي بعثني بالحقّ، ما أنتم بأسمع لما أقول منهم، ولكنّهم لا يستطيعون جواباً

Wahai Rasulullah, "Apa yang engkau bicarakan dengan kaum yang sudah meninggal?" Nabi menjawab, "Demi Allah, tidaklah kalian lebih mendengar dibanding mereka atas apa yang aku ucapkan. Akan tetapi mereka tidak mampu menjawab." (HR. Ahmad)

Jelaslah melalui hadits diatas bahwa orang yang sudah meninggal bisa mendengar seruan orang yang hidup namun mereka tidak bisa menjawabnya. Lantas bagaimana dengan kisah karamahnya Al-Faqih Muqaddam Muhammad Bin Ali yang bisa berinteraksi dan berdialog dengan gurunya yang sudah meninggal, bahkan setelah kematiannya masih bisa turut serta shalat jenazah sebagaimana dijelaskan dalam Syarh Al-Ainiyah berikut,

 وكان يقال له في تلك الغيبة: [كل نفس ذائقة الموت]، فيقول: ليس لي نفس. فيقال له: [كل من عليها فانٍ]، فيقول: ما أنا عليها. ويقال له: [كل شيءٍ هالكٌ إلا وجهه]، فيقول: أنا من نوره ووجهه.  

 وكان يُخبر في هذه الغيبة عن مشاهدات غيبية، ومكاشفات حقيقية، وأسرار ربانية، وعلوم ملكوتية، وأُخبر في تلك الحال أنه يقع حريق ببغداد، وأن الخليفة يُقتل. فكان كما قال، وأُخبر عن سيلٍ عظيمٍ يكون. وقال: إن البحر انفجر، فكان بحضرموت سيلٌ عظيمٌ هائل، أخرب بلداتنا، وأخرب ما ينيف على أربعة آلاف إنسان، وهو المسمى بجاحش.  

 ووقع ببغداد في جُمادى الآخرة، سنة أربع وخمسين وسبعمائة، زيادة الدجلة، حتى دخل الماء من سور البلد، وانهدمت دار الوزير، وخزانة الخليفة، وثلاثمائة وثلاثون داراً، ومات تحت الهدم خلق كثير، وغرق جمع غفير. ذكر واقعة بغداد هذه السيد العلامة المحقق محمد بن أبي بكر شليه باعلوي في كتابه [المشرع الروي]، وذكر أن سيدنا الفقيه محمد بن علي قد ذكر هذه الواقعة البغدادية في تلك الغيبة، وأنه أعني سيدنا الفقيه، أخبر بحريق المسجد النبوي، فاحترق أول يوم من رمضان في سنة أربع وخمسين وسبعمائة، وأنه أخبر بواقعة التتار، وأن الخليفة قُتل في صفر، في سنة ستٍ وخمسين وسبعمائة.  

 ولما طالت غيبته رضي الله عنه عن أولاده، ألزمهم على أن يأكل  فأبى. فلما كان آخر يومٍ من عمره، أكرهوه على إدخال شيءٍ من الطعام إلى بطنه، فلما أُدخل الطعام، سمعوا هاتفاً يقول له: "إن ضجرتم منه نحن نقبله، ولو تركتموه من الطعام لبقي". وفي رواية: "لما أحسن بالطعام فتح عينيه". وقال: "أضجرتم مني؟ وتوفي رحمه الله ورحمنا بهولا حرمنا بركته في الدارين، ووالدينا ومشايخنا وذوينا آمين".

Dan dikatakan kepadanya (Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali) dalam keadaan itu, "Setiap jiwa pasti merasakan kematian," maka dia menjawab, "Aku tidak memiliki jiwa."

Dikatakan lagi, "Setiap yang ada di atas bumi akan binasa," maka dia menjawab, "Aku tidak termasuk yang ada di atas bumi."

Dikatakan lagi, "Segala sesuatu akan binasa kecuali wajah-Nya," maka dia menjawab, "Aku termasuk dari cahaya dan wajah-Nya."

Dia (Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali) juga memberitahu tentang penglihatan-penglihatan ghaib, penampakan-penampakan yang hakiki, rahasia-rahasia ilahi, dan ilmu-ilmu kerajaan.

Dia diberitahukan bahwa akan terjadi kebakaran di Baghdad, dan khalifah akan dibunuh. Dan itu semua terjadi seperti yang dia katakan.

Dia juga diberitahu tentang banjir besar yang akan terjadi, dan dia berkata, "Laut akan meledak."

Dan di Hadramaut, terjadi banjir besar yang menghancurkan beberapa kota dan menewaskan lebih dari 4000 orang, yang dikenal dengan nama Jakhisy.

Dan terjadi di Baghdad pada bulan Jumadil Akhir tahun 754 H, banjir besar di Sungai Tigris, sehingga air masuk ke dalam kota, dan menghancurkan rumah menteri, gudang khalifah, dan 330 rumah lainnya. Banyak orang mati tertimpa reruntuhan, dan banyak lagi yang tenggelam.

Kejadian di Baghdad ini disebutkan oleh Sayyid Muhammad bin Abi Bakar Syaliyah Ba'alawi dalam kitabnya "Al-Masyru' Ar-Rawi", dan dia menyebutkan bahwa Sayyiduna Faqih (Al-Muqaddam) Muhammad bin Ali telah memberitahu tentang kejadian di Baghdad itu dalam keadaan ghaib, dan bahwa dia juga memberitahu tentang kebakaran Masjid Nabawi yang terjadi pada 1 Ramadhan 754 H. Dan dia memberitahu tentang kejadian Tartar, dan bahwa khalifah dibunuh pada bulan Safar tahun 756 H.

Ketika dia lama tidak kembali kepada anak-anaknya, mereka memaksanya untuk makan, tetapi dia menolak.

Pada hari terakhir hidupnya, mereka (anak-anaknya) memaksanya untuk memakan sesuatu, dan ketika makanan itu masuk ke dalam perutnya, mereka mendengar suara yang mengatakan, "Jika kalian bosan dengan dia (agar segera meninggal), maka kami akan menerimanya. Jika kalian tidak memberinya makan, maka dia akan tetap hidup."

Dalam riwayat lain, "Ketika dia merasakan makanan, dia membuka matanya dan berkata, 'Apakah kalian bosan dengan aku? (Mengharapkan agar aku segera meninggal?)'"

Semoga Allah merahmati dia dan kita semua, dan tidak memisahkan kita dari keberkahannya di dunia dan akhirat, serta orang tua kita, guru-guru kita, dan keluarga kita, amin." (Syarh Al-Ainiyah, Abdullah bin Alwi Al-Haddad Ba'alawi (1069-1144 H), Darr Al-Ulum Al-Islamiyah - Surabaya hal.154-155)

وكان سيدنا الفقيه من الممكّنين في التصريف بعد موتهم، قال المشايخ العارفون: ما صلّينا صلاة على جنازة إلا والفقيه محمد بن علي بعد موته يصلّي معنا عليها.

وتوفي شيخه الإمام أبو الحسن علي بن أحمد مامروان، وهو غائب عن البلد، فأتى الفقيه على نفسه الا يخرج من مكانه، وهو فى منارة جامع  

تريم بعد ما جاء من غيبته، حتى يأتيه شيخه أبو مروان من قبره.  

وحصل بينهما كلام طويل ومخاطبات عظيمة، سمع كلامهما بعض الصالحين المكاشفين، ووعى خطابهما. 

فكان من جملته أن الفقيه  

أباعلوي قال للفقيه بامروان: كيف أنا عندكم؟ قال: يترجاك أهل البرزخ، كما يترجى أهل الخريف الخريف. ولما غاب فقيرنا أبو خريصة، وانقطعت أخباره، وجاء الخبر أنه مات، أطرق ساعة، ثم رفع رأسه، وقال: كلا إن أبا خريصة ما مات، إني اطلعت في الجنة، فنظرت فيها، فلم أر أبا خريصة فيها، وما يدخل أبو خريصة النار، ثم بعد مدة قدم أبو خريصة البلاد.

وكان سيدنا الفقيه رضي الله عنه يقول: أنا لأهل بلدي كالغيث، وكان يقول: علي من القارة إلى قبر هود عليه السلام، يعني في الشفاعة.  

وقال السيد الزاهد التقي العابد، محمد بن علي بن عمر باعلوي: لم يمت أحد من السادة آل ياعلوي، إلا وقد أصلح له الفقيه محمد بن علي بن علوي منزله. وقال الشيخ الصالح محمد بن سعيد بن عمر بالحاف، عن والده سعيد: ما صلّينا على جنازة، إلا والشيخ محمد بن علي يصلي معنا، بحسن نية ومقصده بعد وفاته.

Dan Sayyidina Al-Faqih (Muqaddam) adalah salah satu orang yang memiliki kemampuan untuk berinteraksi setelah kematian mereka. Para guru yang arif berkata, "Kami tidak pernah shalat jenazah kecuali Al-Faqih Muhammad bin Ali shalat bersama kami setelah kematiannya."

Guru beliau, Imam Abu Al-Hasan Ali bin Ahmad Ba'marwan, wafat ketika beliau tidak berada di kota. Maka, Al-Faqih berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak keluar dari tempatnya, yaitu di menara Masjid Tarim, sampai gurunya Abu Marwan datang dari kuburnya.

Terjadi percakapan panjang dan dialog yang agung antara keduanya, yang didengar oleh sebagian orang shaleh yang memiliki kemampuan mukasyafah.

Di antara percakapan itu, Al-Faqih (Muqaddam) Ba'alawi berkata kepada Al-Faqih Ba'marwan, "Bagaimana aku di mata kalian?"

Ba'marwan menjawab, "Kalian dinantikan oleh penduduk alam Barzakh, sebagaimana penduduk musim gugur menantikan musim gugur."

Ketika Abu Khuraisah, salah satu murid Al-Faqih (Muqaddam), tidak kembali dan tidak ada kabar, dan kemudian ada kabar bahwa dia telah wafat, Al-Faqih menundukkan kepala sejenak, kemudian mengangkatnya dan berkata, "Tidak, Abu Khuraisah tidak mati. Aku telah melihat ke dalam surga, dan aku tidak melihat Abu Khuraisah disana. Abu Khuraisah tidak akan masuk neraka."

Setelah beberapa waktu, Abu Khuraisah kembali ke negeri itu.

Sayyidna Al-Faqih (Muqaddam) berkata, "Aku bagi penduduk negeriku seperti hujan."

Dia juga berkata, "Aku (akan memberi syafaat kepada penduduk) dari Qarah (benua) hingga ke kubur Nabi Hud 'alaihissalam."

Sayyid Muhammad bin Ali bin Umar Ba'alawi berkata, "Tidak ada seorang pun dari keluarga Al Ba'alawi yang wafat, kecuali Al-Faqih (Muqaddam) Muhammad bin Ali Ba'alawi telah memperbaiki tempatnya."

Syaikh Muhammad bin Said bin Umar Balhaf berkata (mendengar) dari Sa'id bapaknya, "Aku tidak pernah shalat jenazah kecuali Syaikh (Al-Faqih Muqaddam) Muhammad bin Ali shalat bersama kami, dengan niat yang baik dan tujuan yang lurus, setelah kematiannya."

(Syarh Al-Ainiyah, Abdullah bin Alwi Al-Haddad Ba'alawi (1069-1144 H), Darr Al-Ulum Al-Islamiyah - Surabaya hal.161-162). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

KAJIAN TENTANG KETURUNAN AHMAD (AL-MUHAJIR) BIN ISA (AR-RUMI) DALAM CATATAN IBNU HARJO (MBAH RIYAN)















Seorang pria bernama Mbah Riyan atau Ibnu Harjo Al-Jawi asli Kudus Jawa Tengah dengan akun facebookt https://www.facebook.com/share/1D4PoCUWAd/

Penampilannya biasa saja; ia bekerja sebagai tukang bangunan dan menghabiskan waktu luangnya dengan memancing.

Warga desa mengenalnya sebagai sosok yang sederhana, tanpa gelar sosial atau status keagamaan yang menonjol.

Namun, di balik kesederhanaannya, ia adalah seorang ulama besar yang dihormati di kancah internasional.

Di dunia ilmu, Mbah Riyan dikenal dengan nama Ibnu Harjo. Ia adalah seorang mu'alliq dan muhaqqiq, yang artinya ahli dalam memberikan catatan dan melakukan penelitian kritis terhadap kitab-kitab klasik. Kepakarannya diakui banyak ulama dunia. Ia telah menghasilkan 12 jilid kitab dan lebih dari 100 naskah ilmiah.

Sebagai seorang muhaqqiq, Ibnu Harjo menghasilkan karya-karya serius yang menjadi rujukan penting. Salah satu karyanya adalah Al-Istihsan, Haqiqotuhu wa Hujjiyyatuhu.

Selain itu, ia juga membuat sejumlah ta'liqat (catatan ilmiah) pada karya ulama lain, termasuk empat jilid Is’af Al-Mutholi’ karya Syaikh Mahfudz Al-Tarmasy Al-Jawy, serta karya-karya lain seperti Tahqiq Al-Kalimat fi Al-Ushul Al-Fiqhiyyat dan Al-Taufiq Al-Jaliy Bain Al-Asy’ariy wa Al-Hambaliy.

Karya-karya ini mencakup berbagai bidang, mulai dari ushul fiqh, hadits, akidah, hingga tasawuf.

Kisah Ibnu Harjo adalah cerminan bahwa kemuliaan tidak identik dengan kemasyhuran. Ia tidak menulis untuk mencari ketenaran, melainkan untuk menjaga khazanah ilmu klasik agar tetap hidup.

Itulah hakikat seorang alim sejati: ilmunya bukan untuk panggung, melainkan untuk peradaban. Masyarakat kampungnya mungkin hanya mengenalnya sebagai Mbah Riyan, tukang bangunan dan pemancing.

Namun, sejarah akan mengenalnya sebagai Ibnu Harjo, ulama muhaqqiq yang ilmunya melintasi batas negeri.

Masih dalam salah satu karyanya yaitu Khulashah An-Nafsiyah beliau memaparkan catatannya terkait keturunan Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi pada halaman 3-9 berikut menyertakan scan kitab rujukannya, 

خلاصة أبناء أحمد بن عيسى في بعض المصادر الإسلامية  

قال الحقير الفانى, ابن الحرجو الجاوي عامله الله تعالى بلطفه الخفي :  

- أبو نصر البخاري (ت: أواخر قرن ٣) فيها أعلم فيما أعلم فى سر السلسلة العلوية (ص ٤٩) وهو نقل كثيراً عن العمري (ت: بعد ٤٤٣ هـ) لم يذكر م أبناء عيسى الرومي سوى الحسن فقط، مع أن عيسى له ٣٠ ولداً ذكوراً كما في الروض الجالي (ص ٢٣) للزبيدي.  

- و تحفة الطالب** (ص ٧٤) للسمرقندي (ت ٩٩٦ هـ) و **صحاح الأخبار** (ص ٥٢) للمخزومي (٧٩٣–٨٨٥ هـ)، وبالضرورة أنه لم يذكر أحمد بن عيسى فضلاً عن أبنائه.  

- **العبيدلي** (ت: ٤٣٧ هـ)، وأبو عبد الله ابن طباطبا (ت: ٤٤٩ هـ) – (هو تلميذ العبيدلي وقرينه وهو غير أبى المعمر بن طباطباالمتوفى ٤٧٨ هـ) – في **تهذيب الأنساب** (ص ١٧٧) ومخطوطه (ص ٧٨) لم يذكر من أولاد أحمد بن عيسى سوى **محمد** فقط.  

- **أبو المعمر ابن طباطبا** (ت: ١٩٩ هـ) في **أبناء الأمام** (وزياداته، ص ١٦٨) ذكر ٤ أبناء: **عبد الله، ومحمد، وعلي، وحسين**.  

- *العمري (ت: بعد ٤٤٣ هـ) – وهو تلميذ العبيدلي – في **المجدي** (ص ٣٣٦) لم يذكر من أولاد أحمد بن عيسى سوى محمد فقط.  

- **أبو إسماعيل ابن طباطبا** (ت: نحو ٤٧٩ هـ / أواخر القرن الخامس) في **منتقلة الطالبية** (ص ١٤٦، ١٦٠، ١١٠) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **محمد، وعلي**.  

Ringkasan tentang anak-anak Ahmad bin Isa dalam beberapa sumber Islam:

Al-Haqir Al-Fani (seorang yang merasa rendah dan hina), Ibnu Harjo Al-Jawi (semoga Allah memperlakukannya dengan kelembutan-Nya yang tersembunyi), berkata:

- Imam Abu Nashr Al-Bukhari (wafat akhir abad ke-3 H) dalam kitabnya "Sir Al-Silsilah Al-Alawiyah" (hal. 49), yang banyak mengutip dari Al-Umari (wafat setelah 443 H), hanya menyebutkan Hasan sebagai anak Isa al-Rumi, padahal Isa memiliki 30 anak laki-laki, seperti yang disebutkan dalam "Ar-Raudh Al-Jali" (hal. 23) karya Az-Zabidi.

- "Tuhfat Ath-Thalib" (hal. 74) karya Imam As-Samarqandi (wafat 996 H), "Shahih Al-Akbar" (hal. 52) karya Al-Makhzumi (793-885 H), tidak menyebutkan Ahmad bin Isa, apalagi anak-anaknya.

- Imam Al-Ubaidli (wafat 437 H) dan Abu Abdillah Ibn Thabathaba (wafat 449 H) dalam "Tahdzib Al-Anshab" (hal. 177) dan naskahnya (hal. 78), hanya menyebutkan Muhammad sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Abu Al-Ma'mar Ibnu Thabathaba (wafat 199 H) dalam "Abna Al-Imam" (hal. 168), menyebutkan 4 anak: Abdullah, Muhammad, Ali, dan Husain.

- Imam Al-Umari (wafat setelah 443 H) dalam "Al-Majdi" (hal. 336), hanya menyebutkan Muhammad sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Abu Ismail Ibnu Thabathaba (wafat sekitar 479 H) dalam "Muntaqalah Ath-Thalibiyah" (hal. 146, 160, 110), menyebutkan anak-anak Ahmad bin Isa: Muhammad dan Ali.

- الرازي (ت: ٦٠٦ هـ) (ص ١٢) في «الشجرة المباركة» ذكر ٣ أبناء: محمد (أبو جعفر)، وعلي، والحسن.  

- المروزي (ت بعد : ٦١٤ هـ) في الفخري» (ص ٣٠) لم يذكر من أولاد أحمد بن عيسى سوى محمد فقط.  

- ابن الطقطقي (ت ٧٠٩ هـ) في «الأصيلي» (ص ٢١٣) لم يذكر من أولاد أحمد بن عيسى سوى محمد فقط.  

- الكتبي (ت ٧٣٢ هـ) في «السلوك» (٢/٤٦٣) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: عبد الله. من جهة جديد.  

- اليوسفي (ت: ٧٧٨ هـ) في «العطايا السنية» (ص ٤٦٠) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: عبد الله مكبرا. من جهة جديد.  

- ابن الأعرج (ت ٧٨٧ هـ) في «الثبت المصان» (ص ٧٨) لم يذكر من أبناء أحمد بن عيسى سوى محمد فقط.  

- الخزرجي (ت ٨١٢ هـ) في «العقد الفاخر الحسن» (٣/١٤٨٦) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: عبد الله. من جهة جديد.  

- Imam Ar-Razi (wafat 606 H) dalam "Asy-Syajarah Al-Mubarakah" (hal.12), menyebutkan 3 anak: Muhammad (Abu Ja'far), Ali, dan Hasan.

- Imam Al-Marwazi (wafat setelah 614 H) dalam "Al-Fakhri" (hal. 30), hanya menyebutkan Muhammad sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Ibnu Al-Thaqthaqi (wafat 709 H) dalam "Al-Ashili" (hal. 213), hanya menyebutkan Muhammad sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Al-Janadi (wafat 732 H) dalam "As-Suluk" (2/463), menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa, dari jalur Jadid.

- Imam Ar-Rasuli (wafat 778 H) dalam "Al-Athaya As-Saniyah" (hal. 460), menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa, dari jalur Jadid.

- Imam Ibnu Al-A'raj (wafat 787 H) dalam "Ats-Tsabat Al-Mashan" (hal. 78), hanya menyebutkan Muhammad sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Al-Khazraji (wafat 812 H) dalam "Al-Aqd Al-Fakhir Al-Hasan" (3/1486), menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa, dari jalur Jadid.

- بحرق (ت: ٩٣٠ هـ) في «مواهب القدوس» (٦) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله**.  

- محمد خرد (ت ٩٦٠ هـ) في «غرر البهاء الضوئي» (ص ١٠١) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله أو عبيد الله**، وأطال فيه.  

- أبو بكر العيدروس (ت ٩١٤ هـ) ذكر في «الجزء اللطيف في التحكم الشريف» (ص ٤٩٣) ذكر أن من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله مصغرا**.  

- بامخرمة (٨٧٠-٩٤٧ هـ) في «قلادة النحر» (٥/٢٣١) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله عبيد الله مكبرا أو مصغرا**، وهما شخص واحد.  

- ابن حجر الهيتمي (ت 974 هـ) في مخطوطة «معجم شيوخة» (ورقة ٣١) نقلاً عن العيدروس، ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله**.  

- السمرقندي (ت: ٩٩٦ هـ) في «تحفة الطالب» (ص ٧٦) ذكر نقلاً من ابن عنبة من أولاد أحمد بن عيسى: **محمد فقط**. ثم زاد نقلاً عن أئمة محققين منهم ابن سَمرَة (ت ٥٨٦ هـ)، والجندي (ت ٧٣٢ هـ)، والعواجي (ت ٨٠١ هـ)، وفي نسخة (الفتوحي)؛  

  والحسين الأهدال (ت 855 هـ)، ومحمد أبي الحب (ت 611 هـ)، ومحمد بن أبي بكر عباد (ت 801 هـ)، وعبد الرحمن بن حسان (ت 818 هـ)، ولدا اسمه: **عبد الله**.  

- Imam Bahraq (wafat 930 H) dalam "Mawahib Al-Quddus" (6), menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Muhammad Khurdi (wafat 960 H) dalam "Ghurar Al-Baha Adh-Dhau'i" (hal. 101), menyebutkan Abdullah atau Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa, dan memberikan penjelasan yang panjang.

- Abu Bakar Al-Aydrus (wafat 914 H) dalam "Al-Juz Al-Latif fi At-Tahkim Asy-Syarif" (hal. 493), menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Bamakhramah (870-947 H) dalam "Qiladah An-Nahr" (5/231), menyebutkan Abdullah atau Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa, dan menyatakan bahwa keduanya adalah satu orang.

- Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (wafat 974 H) dalam naskah "Mu'jam Shuyukhah" (lembar 31), mengutip dari Al-Aydrus, menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam As-Samarqandi (wafat 996 H) dalam "Tuhfah Ath-Thalib" (hal. 76), mengutip dari Ibnu Anbar, menyebutkan Muhammad sebagai anak Ahmad bin Isa. Kemudian, ia menambahkan dengan mengutip dari para imam yang terpercaya, seperti Ibnu Samrah (wafat 586 H), Al-Jundi (wafat 732 H), Al-'Awaji (wafat 801 H), dan lain-lain, bahwa Ahmad bin Isa memiliki anak bernama Abdullah.

- **عبد القادر العيدروس** (ت: ١٠٣٨ هـ) في «النور السافر» (١/٧٤) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله**.  

- **ضامن بن شدقم** (ت: ١٠٩٩ هـ) في «تحفة الأزهار» (٣/٩٤) ذكر ٣ أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله، ومحمد، وعلي (أبو الحسن)**.  

  أما عبد الله فخلف ابنين: **إسماعيل، وعلوي، وعلوي خلف محمدًا**.  

- **العياشي** (ت: ١٠٩٠ هـ) في «الرحلة العباشية» ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله**.  

- **محمد علوي** (ت: ١٠٩٣ هـ) في «المشرع الروي» (١/٧٥–٧٦) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبيد الله مصغرا**، وأنه هو **عبد الله مكبرا**.  

- **المحبّي** (ت: ١١١١ هـ) في «خلاصة الأثر» (١/٧٤) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: **عبد الله بالتصغير** – وهو **مجمَع عليه عند أهل التحقيق**.  

- **الزبيدي** (ت: ١٢٠٥ هـ) في «الروض الجلي» (ص ٢٩) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى:  

  **أبو القاسم الابح النفاط، ومحمد، وعبد الله، وعبيد الله**.  

- **ابن المشهور** (ت: ١٣٢٠ هـ) في «شمس الظهيرة» (١/٥١) ذكر اثنين فقط هما: **محمد، وعبد الله**.  

- Imam Abdul Qadir Al-Aydrus (wafat 1038 H) dalam "An-Nur As-Safir" (1/74), menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Dhaman bin Syadqam (wafat 1099 H) dalam "Tuhfah Al-Azhar" (3/94), menyebutkan 3 anak Ahmad bin Isa: Abdullah, Muhammad, dan Ali (Abu Al-Hasan). Abdullah memiliki 2 anak: Ismail dan Alawi, dan Alawi memiliki anak bernama Muhammad.

- Imam Al-Ayashi (wafat 1090 H) dalam "Ar-Rihlah Al-Ayasyiyah", menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Imam Muhammad Alawi (wafat 1093 H) dalam "Al-Masyru' Ar-Rawi" (1/75-76), menyebutkan Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa, dan bahwa ia adalah Abdullah.

- Imam Al-Muhibbi (wafat 1111 H) dalam "Khulashah Al-Atsar" (1/74), menyebutkan Abdullah sebagai anak Ahmad bin Isa, dan bahwa hal ini disepakati oleh para ahli.

- Imam Al-Zabidi (wafat 1205 H) dalam "Ar-Raudh Al-Jali" (hal. 29), menyebutkan anak-anak Ahmad bin Isa: Abu Al-Qasim Al-Abah An-Nafath, Muhammad, Abdullah, dan Ubaidillah.

- Imam Ibnu Al-Mashhur (wafat 1320 H) dalam "Syams Adz-Dhahirah" (1/51), menyebutkan 2 anak Ahmad bin Isa: Muhammad dan Abdullah.

علِم من هذا العرض السريع بعدم اعتبار كتاب “أعلام الأمام” لابن طباطبا (ت ٤٧٨ هـ) المطبوع:-

- أن نسبه أواخر القرن الرابع (البخاري) لم يذكر البتة أبناء أحمد المهاجر بن عيسى الرومي، بل لم يذكر أحمد المهاجر بن عيسى الرومي (ت ٣٤٥ هـ)، بل لم يذكر  أبناء عيسى سوى الحسين فقط، مع أن عيسى له ٣٠ ولداً على ما قيل. هذا لا يعني أن أحمد المهاجر شخص أسطوري.

- أن نسبه القرن الرابع والخامس (العبدلي، والعمري) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى واحداً فقط هو: محمد.

- أن نسبه أواخر القرن الخامس (أبا إسماعيل ابن طباطبا) زاد واحداً آخر لم يسبق إلى هذه الزيادة قبل قترة نحو قرن واحد، وهو: علي. مع أن معاصريه العبيدلي والعمري لم يذكرا سوى محمد فقط، فيكون ابن طباطبا منفرداً بزيادة هنا.

- أن نسبه القرن السادس والسابع (الرازي) زاد واحداً آخر لم يسبق إلى هذه الزيادة قبل قترة نحو قرن واحد، وهو: الحسين. فيكون الرازي منفرداً بزيادة هنا.

- ان نسابه القرن السابع والثامن (الجندي, الرسولي) زاد واحدا أخر وهو: عبد الله 

- أن نسبه القرن التاسع (النجفي) زاد اثنين: أحمد، والرضى.

- أن نسبه القرن التاسع (المخزومي) ذكر آخر هو: أبو القاسم الأبج له عقب ببغداد، وذيل في حضر موت.

- أن نسبه القرن التاسع والعاشر (السخاوي، بحرق، العيدورسي) ذكر من أبناء أحمد بن عيسى: عبيد الله.

- أن نسبه القرن التاسع والعاشر (بامخرمة) ذكر أن عبد الله - مكبرا – هو عبيد الله – مصغراً.

- أن نسبه القرن الحادي عشر (باعلوي) ذكر أن عبد الله - مكبرا – هو عبد الله – مصغراً.

- أن نسبه القرن الثاني عشر (المحبي) قد ذكر إجماع أئمة التحقيق على ثبوت نسب آل باعلوي الذي يرجع إلى عبيد الله بن أحمد المهاجر. والإجماع حجة قاطعة، إلا عند من شذ.

Dari paparan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa kitab "A'lam Al-Imam" karya Ibnu Thabathaba (wafat 478 H) yang telah diterbitkan tidak dapat dijadikan rujukan karena:

- Tidak menyebutkan sama sekali anak-anak Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi, bahkan tidak menyebutkan Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi (wafat 345 H) sendiri.

- Tidak menyebutkan anak-anak Isa kecuali hanya Hasan, padahal Isa memiliki 30 anak laki-laki seperti yang disebutkan.

- Hal ini tidak berarti bahwa Ahmad Al-Muhajir adalah tokoh fiksi.

- Nasab dari abad ke-4 dan ke-5 (Al-Abdali dan Al-Umari) hanya menyebutkan satu anak Ahmad bin Isa, yaitu Muhammad.

- Nasab dari akhir abad ke-5 (Abu Ismail Ibn Thabathaba) menambahkan satu anak lagi, yaitu Ali, yang tidak disebutkan oleh pendahulunya.

- Nasab dari abad ke-6 dan ke-7 (Ar-Razi) menambahkan satu anak lagi, yaitu Hasan, yang tidak disebutkan oleh pendahulunya.

- Nasab dari abad ke-7 dan ke-8 (Al-Jundi dan Ar-Rusuli) menambahkan satu anak lagi, yaitu Abdullah.

- Nasab dari abad ke-9 (An-Najafi) menambahkan dua anak lagi, yaitu Ahmad dan Ar-Ridha.

- Nasab dari abad ke-9 (Al-Makhzumi) menyebutkan satu anak lagi, yaitu Abu Al-Qasim Al-Abah, yang memiliki keturunan di Baghdad dan Hadramaut.

- Nasab dari abad ke-9 dan ke-10 (As-Sakhawi, Bahraq, dan Al-Aydrus) menyebutkan Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa.

- Nasab dari abad ke-9 dan ke-10 (Bamakhramah) menyebutkan bahwa Abdullah (dengan penulisan besar) adalah Ubaidillah (dengan penulisan kecil).

- Nasab dari abad ke-11 (Ba'Alawi) menyebutkan bahwa Abdullah (dengan penulisan besar) adalah Ubaidillah (dengan penulisan kecil).

- Nasab dari abad ke-12 (Al-Muhibbi) menyebutkan bahwa para ahli telah sepakat tentang nasab Al Ba'alawi yang bersambung kepada Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir. Dan kesepakatan para ahli adalah hujjah yang pasti, kecuali bagi mereka yang menyimpang.

- أن كلَّ نَسابةٍ في كلِّ طبقةٍ لم يستوعب ذكرَ الأشخاص، فأحياناً لا يذكر تماماً، وأحياناً يَنقُص، وأحياناً يزيد. فقلت: فليس كلُّ ما يقع يُقال، وليس كلُّ ما يُقال يُكتب، وليس كلُّ ما يُكتب يُصيب. فليس عدمُ الذكر عدمَ الوجود، كما أن عدمَ العلم ليس علماً بالعدم، فعالمٌ حجةٌ على الجاهل بزيادة الثقة مقبولة، وفوقَ كلِّ ذي علمٍ عليم. والله أعلم.

- أن كتبَ الأنساب القديمةَ المخطوطةَ لا تزال كثيرةً، وبعضُها مفقودة، فمن القصور والمجازفة جداً نفيُ صحة نسبِ شخصٍ ما بحجة عدمِ ذكره في كتبٍ مع كونِ هذه الكتب لا تزال على صورها المخطوطة التي لم يُطَّلع عليها، بل بعضها قد يكون ضائعا مندرسَا. والله أعلم

Setiap ahli nasab dalam setiap zaman tidak menyebutkan semua orang, kadang tidak menyebutkan sama sekali, kadang menyebutkan kurang, dan kadang menambahkan.

Saya katakan, "Tidak semua yang terjadi harus disebutkan, tidak semua yang disebutkan harus ditulis, dan tidak semua yang ditulis pasti benar."

Ketiadaan penyebutan tidak berarti ketiadaan adanya, sebagaimana ketidaktahuan tidak berarti pengetahuan itu tidak ada.

Seorang yang berilmu adalah hujjah atas orang yang tidak berilmu, dan penambahan dari orang yang terpercaya dapat diterima.

Di atas setiap orang yang berilmu, ada yang lebih berilmu. Wallahu a'lam (hanya Allah yang Maha Mengetahui).

Buku-buku nasab kuno yang masih berupa naskah masih banyak, dan beberapa di antaranya telah hilang.

Maka, sangatlah tidak tepat dan gegabah untuk menafikan keabsahan nasab seseorang hanya karena tidak disebutkan dalam beberapa buku, padahal buku-buku tersebut masih berupa naskah yang belum diteliti, bahkan beberapa di antaranya mungkin telah hilang atau rusak. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat untuk menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*