MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Rabu, 21 September 2011

MATERI KHUTBAH
HIV-AIDS MUSIBAH ATAU HUKUMAN ?
Oleh : Asimun Mas’ud
                                               
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ باالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهدالله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادي له، أشهد أن لا اله الاالله واحده لاشريك له، وأشهد أن محمداعبده ورسوله
أللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين الى يوم القيامة، أما بعد:

فياعبادالله: أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فازاالمتقون، اتقواالله حق تقاته ولاتموتن الاوأنتم مسلمون

فقد قال الله تعالى فى كتابه الكريم وهو أصدق القائلين:

 وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


Kaum muslimin jama’ah jum’at rohimakumulloh...............

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjahui segala larangannya.

Umat Islam didera beragam krisis dan permasalahan sepanjang masa perjalanan sejarahnya. Umat Islam saat ini dihadapkan pada dua pilihan yang sulit antara menegakkan syaria’at agama melalui amar ma’ruf nahi munkar melawan pelaku kemaksiatan dan dampaknya, atau upaya pencegahan untuk meminimalisir tingkat pelanggaran ajaran agama dan konsekuensinya.

HIV-AIDS adalah salah satu tantangan utama muslim saat ini. Dimana keberadaannya dan penularannya tidak lagi mengenal kalangan dan status sosial, virus ini bisa menular kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Pejabat, penjahat, pelaku maksiat bahkan kepada orang yang rajin beribadah sekalipun, mulai dari kalangan atas sampai kalangan bawah bisa terinveksi virus mematikan ini.

Tentu saja kita tidak boleh menggeneralisir bahwa semua penderita virus HIV-AIDS adalah pelaku maksiat (zina). Kita juga yakin bahwa tidak semua ODHA (orang dengan HIV-AIDS) merupakan para pendosa semua. Namun kita juga jangan mengalihkan masalah, sebab urusan penyakit AIDS itu memang berkisar dan bersumber dari zina yang dilanggar meski penularannya bisa melalui jalan lain seperti transfusi darah, jarum suntik, pisau cukur atau narkoba dan sebaginya.


Kita sudah dilarang Alloh Subhanahu wa Ta’ala untuk mendekati zina dan perbuatan maksiat lainnya. Allah tidak hanya melarang zina, tetapi sekedar mendekati saja sudah haram dan dilaknat. Tapi kalau masih 'ngeyel' juga, jangan marah kalau musibah atau azab datang.


Tetapi nyatanya, zina dan penyebab penyakit lainnya bukan hanya didekati, tapi dikerjakan secara langsung, bahkan secara rutin tiap hari, dengan terang-terangan, tanpa rasa takut pada Alloh Sang Pencipta, malah terus menerus dipromosikan lewat semua media, agar zina dan segala bentuknya semakin meluas dan merakyat.


Semua film, sinetron, infotainment serta nyaris program TV tidak pernah berhenti dari mengajak zina, minimal menerimanya sebagai sebuah kewajaran, lalu setiap hari berita perzinaan terus menerus ditayangkan, bukan dengan rasa jijik, tapi dengan bangga, sambil tertawa-tawa. Maka ketika Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan penyakit itu, sebenarnya Dia masih sangat sopan dengan tegurannya.


Kaum muslimin jama’ah jum’at rohimakumulloh...............

AIDS dipandang sebagai salah satu penyakit paling menakutkan dewasa ini. Bukan hanya karena belum ditemukan obatnya, laju penyebarannya pun dalam skala yang sangat mencemaskan. Korbannya bukan lagi kaum homoseksual, pelaku sex bebas, tetapi telah merambat ke semua kalangan, tua-muda, kaya-miskin, perempuan-lelaki, homoseksual-heteroseksual maupun junkies [baca: jangkis] narkoba (ketgihan narkoba).
Karena itulah, AIDS telah menjadi concern kemanusiaan secara global. Ia tidak lagi menjadi masalah medis semata-mata, tetapi telah meluas menjadi masalah sosial, bahkan masalah agama. Dan di sinilah agama, antara lain, mendapatkan tantangan: seberapa besar peran yang dapat dimainkan agama, dalam hal ini Islam, atas agenda-besar kemanusiaan berlabel AIDS ini?
Peran Islam rupanya sangat bergantung pada pemaknaan penganutnya atas Islam. Bagi Muslim puritan, AIDS dipandang sebagai hukuman Tuhan atas kaum homoseksual, yang kemudian meluas kepada pihak-pihak lain (argumentasinya: bukankah azab Tuhan jatuh bukan hanya kepada pelakunya, tetapi juga kepada lingkungannya). Karena itu, AIDS didekati dan dicoba diselesaikan secara normatif (jangan berzina, jangan bernarkoba, jangan bermaksiat). Bagi kaum progresif, AIDS dipandang lebih sebagai problem sosial (ketidakadilan, ketimpangan sosial, kesenjangan pengetahuan dan informasi). Karena itu, AIDS didekati dan dicoba diselesaikan melalui jaring-jaring kehidupan sosial-politik-ekonomi-sosial-budaya yang di dalamnya agama dapat berperan penting.

HIV-AIDS adalah salah satu dari sekian banyak penyakit yang diakibatkan oleh kesalahan manusia sendiri, meskipun sakit memang sudah menjadi ketentuan Alloh Subhanahu wa Ta’ala. HIV-AIDS adalah salah satu musibah, dimana musibah merupakan keniscayaan yang pasti dialami oleh setiap manusia, dari dahulu hingga sekarang. Menghindari atau menangkal suatu musibah bukan merupakan jalan keluar, tetapi penyadaran melalui sosialisasi sebab dan akibat serta penanganan terhadap mereka yang terlanjur positif terkena virus mematikan ini maupun pencegahannya. Setiap penyakit yang dianggap musibah memiliki 3 (tiga) kandungan makna.

1.      Sebagai ujian keimanan. Alloh berfirman :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)

2.      Sebagai teguran atas kesalahan. Alloh berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum: 41)

3.      Sebagai adzab Alloh kepada pelaku maksiat. Alloh berfirman :

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Alloh amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfal: 25)

Seorang beriman, ketika tertimpa musibah, akan mencari sebab-sebabnya untuk dicarikan jalan keluar, namun ketika upaya mencari solusi itu telah dilakukan dan tidak mungkin bisa mengatasinya, maka ia kembalikan semua urusannya kepada Allah Swt. Dalam kondisi ini, ia tidak akan tertekan ataupun bersedih, karena  ia telah menyandarkan semua urusan dan kesulitannya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Kaum muslimin yang dirohmati Alloh Subhanahu wa Ta’ala........

Oleh karena itu, yang harus dilakukan oleh penderita HIV-AIDS adalah evaluasi dan introspeksi melalui proses penyucian diri dan bertobat dari dosa-dosa besar, kemudian dari dosa-dosa kecil, dari perbuatan-perbuatan makruh, dan dari perbuatan syubhat.

Tobat yang dimaksud adalah tawbatan nasûha yaitu tobat yang membuat orangnya menyesal atas dosa-dosanya yang lampau dan betul-betul tidak akan berbuat dosa lagi walau sekecil apapun.

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (136)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Qs. Ali- Imran: 133-136)

Adapun sebagai upaya penanganannya adalah kewaspadaan dini melalui sosialisasi bahaya HIV-AIDS dan penyakit menular lainnya.

Kaum muslimin yang dirohmati Alloh Subhanahu wa Ta’ala........

Seorang hamba yang telah dan tengah menjalani proses tobat, berjanji dalam hati yang paling dalam untuk tidak terpengaruh lagi dengan perbuatan maksiat sebelumnya, serta berusaha secara kuat untuk selalu mengingat Allah dalam segala aspek kehidupannya, maka pada saat yang sama ia telah mengupayakan akhir kehidupan yang baik atau husnul  khâtimah.

اعمل لدنياك كأنك  تعيش أبدا , واعمل لأخرتك كأنك تموت غدا

“Berbuatlah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati esok hari.” (AL-Hadits)

Hadits diatas merupakan sikap yang berbentuk paket bagi orang-orang yang beriman, terutama bagi mereka yang mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam Islam, seorang hamba tidak serta merta diharuskan berdiam diri di masjid, menghindar dari kehidupan duniawi, dan hidup sendiri menjalani kegiatan ibadah, tetapi sebaliknya keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi menjadi perintah yang harus dicapai oleh setiap orang.

Orang-orang yang optimis sangat memahami tujuan dan maksud hidup di dunia serta mengupayakan segala cara untuk mencapainya. Sayangnya, mereka justru melalaikan kehidupan setelah kematian, sehingga secara otomatis mereka juga membenci dan takut sekali dengan kematian. Bagi mereka, kematian adalah puncak kesengsaraan dan peristiwa yang memutuskan semua kenikmatan duniawi yang telah mereka capai selama ini. Kelompok ini melihat kehidupan duniawi adalah cukup berharga, tetapi tidak masuk akal ketika menyebutkan kematian adalah lebih baik.

Karena tujuan dan makna hidup sebatas di dunia saja, mereka pun melupakan aspek spiritual kehidupan, mereka hanya mementingkan hubungan antarmanusia (hablumminannas), tetapi melupakan hubungan antara manusia dan Tuhannya (hablumminallah). Dengan sikap yang terbangun seperti inilah, kelompok optimis mengutamakan kehidupan duniawi dibandingkan ukhrawi, karena kebahagiaan dan kenikmatan sejati hanya ada di dunia (kehidupan sebelum kematian), sementara kematian adalah peristiwa yang menyengsarakan dan memutus rantai kenikmatan di dunia.

Jika melihat sejarah Nabi Muhammad atau para penerusnya, kita mendapati bahwa mereka mampu mecapai kehidupan yang bermakna dan berarti, termasuk segala warisan yang ditinggalkannya untuk generasi selanjutnya. Namun, kita juga menyaksikan, makna hidup yang telah mereka jalani tidak sebatas itu saja, tetapi lebih jauh, mereka justru mampu menjalin hubungan yang baik dengan Allah Swt. sebagai Rabb yang menguasai semesta alam.

Ketika seseorang telah mampu menguatkan makna dan tujuan hidupnya, serta menjadikan ridha Allah dan pertemuan dengan-Nya sebagai tujuan dan makna hidup yang sejati, maka setiap orang juga akan menjalani kehidupan secara baik sesuai dengan tuntutan agama, sampai ia mencapai ajal dengan akhir yang baik (husnul khâtimah).

Kaum muslimin jama’ah jum’at rohimakumulloh...............

Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d:11)

Seorang yang sakit dilarang untuk mengharapkan kematian karena kesakitannya itu, tetapi justru sebaliknya menyerahkannya kepada Allah semata.

أللهم أحيني ما كانت الحياة خيرالي وتوفني اذاكانت الوفاة خيرالي

Sabda Rasul: “Jika seseorang ditimpa suatu musibah, maka wajib baginya untuk berkata, “Ya Allah, berikanlah aku kehidupan yang lebih panjang seandainya kehidupan ini lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku seandainya kematian itu lebih baik bagiku”. 

Kaum muslimin jama’ah jum’at rohimakumulloh...............

Setiap manusia pasti mati. Tidak ada yang mampu menolak dan mengingkari takdir Alloh yang satu ini. Kematian harus diterima, khususnya oleh yang bersangkutan dengan selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian, atau oleh orang lain, baik itu saudara, kerabat atau tetangga, dengan mengurus kematian yang sesuai dengan ketentuan yang diajarkan oleh agama islam.

Menurut hukum islam, mengurus jenazah adalah suatu kewajiban bagi yang hidup (fardhu kifayah) sebagai amal shalih, mulai dari memandikan, mengkafankan, menshalatkan, dan menguburkan. Tanggung  jawab itu bukan hanya pihak keluarga yang menanggungnya tapi semua umat islam, khususnya yang memiliki pemahaman dalam menanganinya, apalagi jenazah tersebut positif terinveksi HIV-AIDS yang memerlukan keahlian khusus dan dengan prosedur khusu pula. Hal inilah perlunya sosialisasi tata cara pemulasaraan jenazah beresiko.

Perawatan dan pemulasaraan jenazah penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengabaikan tradisi budaya dan agama. Petugas pemulasara jenazah dalam hal ini amil jenazah harus dapat menasehati keluarga musibah dan berani mengambil tindakan yang sesuai dengan prosedur agar penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb. Kekhawatiran masih adanya virus HIV dan AIDS yang melekat pada jenazah, ternyata bisa diantisipasi. Salah satunya dengan memahami tata cara perawatan jenazah penderita penyakit ini. Termasuk persiapan peralatan dan prosedur yang harus dilakukan.

Semoga melalui materi khutbah ini kita mendapatkan pemahaman akan bahaya kemaksiatan dan dampaknya, cara menghindarinya, dan hal-hal yang harus dilakukan ketika teguran Alloh datang melalui berbagai macam penyakit terutama HIV-AIDS, serta kesadaran bahwa kematian akan menjemput kita meski dengan penyebab yang berbeda. Hanya satu harapan semoga mendapatkan akhir yang husnul khotimah (akhir yang baik), akhir yang mendapatkan rohmat dan ampunan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala, juga mampu memahami tata cara pelaksanaan pemulasaraan jenazah yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Amin ya Robbal ‘alamin

جعلنا الله من المؤمنين الفائزين، وأدخلنا من عباده الصالحين، اعوذ باالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

بارك الله لي ولكم فى القرأن العظيم، ونفعني واياكم بما فيه من الا يات وذكرالحكيم، وتقبل الله مني ومنكم تلا وته انه هوالسميع العليم، أقول قولي هذا فاأستغفرالله لي ولكم ولسائر المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات انه هوالغفو رالرحيم


KHUTBAH KEDUA


ألحمد الله الذى كما أمرنا من حمده و تعظيمه، ونشكره سبحانه وتعالى من احسانه وتكريمه، ، أشهد أن لا اله الاالله واحده لاشريك له، وأشهد أن محمداعبده ورسوله
أللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين، سلا ما تسليما كثيرا، أما بعد:

 فياعبادالله: أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فازاالمتقون، ان أمركم بأمر بدأ بنفسه، وثنى بملا ئكته و أيّاه باالمؤمنين من عباده، وقال عزّ وجلّ :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

أللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات ألاحياء منهم والاموات واتبع بيننا باالخيرات، وياخيرالناصرين برحمتك ياأرحم الرحمين

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

فَااذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَامِه يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرْ، اَقِمِ الصَّلاَة..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar