Maraknya laporan tentang ditemukan makam wali melalui mimpi mengacu pada fenomena dimana masyarakat menemukan atau membangun makam baru berdasarkan cerita yang muncul dari mimpi, seringkali tanpa dasar sejarah atau kejelasan sosok yang dikuburkan. Fenomena ini bisa menimbulkan masalah seperti makam palsu yang digunakan untuk tujuan komersial atau bahkan ritual sesat, dan juga bisa menjadi tanda adanya keingingan masyarakat untuk mencari figur spiritual atau melakukan introspeksi diri.
Masyarakat perlu bersikap kritis dan tidak mudah percaya pada cerita-cerita yang berkaitan dengan sejarah makam dan mimpi, terutama jika tidak didukung oleh bukti hujjah atau melalui penelitian yang valid.
Banyak riwayat hadits terkait dengan mimpinya seorang mukmin diantaranya,
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُؤْية الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنْ النُّبُوَّةِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya mimpinya seorang mukmin itu adalah satu dari empat puluh enam bagian kenabian." (HR. Ahmad no.7322)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ لَا تَكَادُ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ تَكْذِبُ وَأَصْدَقُهُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُهُمْ حَدِيثًا وَالرُّؤْيَا ثَلَاثٌ الْحَسَنَةُ بُشْرَى مِنْ اللَّهِ وَالرُّؤْيَا يُحَدِّثُ الرَّجُلُ بِهَا نَفْسَهُ وَالرُّؤْيَا تَحْزِينٌ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يَكْرَهُهَا فَلَا يُحَدِّثْ بِهَا أحدًا وَلْيَقُمْ فَلْيُصل
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Di akhir zaman, hampir mimpi mukmin tidak berdusta dan mimpi mereka yang paling benar adalah yang paling benar kata-katanya dan, mimpi itu ada tiga; mimpi yang baik adalah kabar gembira dari Allah, mimpi yang dibisikkan oleh jiwa seseorang dan mimpi dari kesedihan yang dibuat setan dan bila salah seorang dari kalian bermimpi sesuatu yang tidak ia suka, jangan memberitahukannya kepada siapa pun, hendaklah ia bangun lalu shalat." (HR. TirmidI no.2215)
Lantas bagaimana jika mimpi orang mukmin yang shalih terkait dengan ditemukannya makam wali? Terkait hal tersebut alangkah baiknya membaca sejarah asal mula ditemukannya makam wali melalui mimpi yang terdapat dalam kitab Masajid Mishr wa Auliyauha Ash-Shalihun, Dr. Su'ad Mahir Muhammad, juz 1 hal.102-103 sebagai berikut,
أمّا عن ضريح السيدة سكينة الذي يقع بحي الخليفة بالقاهرة بالشارع المسمي باسمها فقد اختلف المؤرخون في صحة وجودها به، والذين يقولون بوجودها بمصر يعتمدون على القصة التالية: خطبها الأصبغ بن عبد العزيز والي مصر من قبل الخليفة الأموي عبد الملك بن مروان فكتبت إليه تقول: "أن أرضي مصر وخمة فبنى لها مدينة الأصبغ، ولكن هذا الأمر لم يرق في عين الخليفة فحسده وكتب إليه أن تأخد ولاية مصر أو سكينة فكف عن زواجها، وقال ابن الزلاق: إنّ أول من دخل مصر من ولد عليّ بن أبي طالب رضي الله عنه سكينة بنت الحسين بن عليّ رضي الله عنهم، وذلك لما حملت إلى الأصبغ بن عبد العزيز بن مروان ليدخل فيها فوجدته قد بقى فرجعت الى المدينة وقيل غير ذالك.
ويقول النسابة العبيدي, أن السيدة السكينة صحبت عمتها السيدة زينب فى خروجها إلى مصر حين ادرك الخليفة يزيد الخطر مقامها با المدينة، فأمرها ان يفرق بينها وبين الناس حتى لا تكون فتنة.
وتعلق الدكتورة بنت الشاطئ على ذالك فتقول : وإذا صحت هذه الرواية فلعل السيدة السكينة قد عادة الى الحجاز بعد وفات عمتها زينب سنة ٦٢ ه. وعلى أية حال فقد ظهر في العصور الوسطى وخاصة في أوقات المحن والحروب التي لا نجد فيها الشعوب من تلوذ به غير الواحد القهار أن يلبسوا آل البيت الأضرحة للزيارة والبركة والدعاء ليكشف الله بهم السوء ويرفع البلاء، ومن ثم ظهر ما يعرف باسم أضرحة الرؤيا فأذا رأى ولي من أولياء الله الصالحين في منامه الرؤيا مؤدها ان يقيم مسحدا أو ضريحا لأحد من اهل البيت أو الولى المسمى فى الرؤيا فكان عليه ان يقيم الضريح أو المسجد بأسمه.
"Adapun tentang makam Sayyidah Sakinah yang terletak di kawasan Al-Khalifah, Kairo, di jalan yang dinamai menurut namanya, para sejarawan berbeda pendapat tentang kebenaran keberadaannya di sana. Mereka yang mengatakan bahwa Sayyidah Sakinah dimakamkan di Mesir berpegang pada cerita berikut: Al-Asbagh bin Abdul Aziz, gubernur Mesir yang diangkat oleh Khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan, melamar Sayyidah Sakinah untuk dinikahi. Namun, Sayyidah Sakinah menulis surat kepada Al-Asbagh, "Sesungguhnya tanah Mesir tidaklah seberapa baik." Maka Al-Asbagh membangun sebuah kota yang dinamai menurut namanya, yaitu Madinat Al-Asbagh. Namun, hal ini tidak disukai oleh Khalifah, sehingga dia iri dan menulis surat kepada Al-Asbagh, "Pilihlah antara jabatanmu sebagai gubernur Mesir atau menikahi Sakinah."
Ibnu Zulaq mengatakan, "Orang pertama dari keturunan Ali bin Abi Thalib yang masuk ke Mesir adalah Sakinah binti Husain bin Ali. Ketika dia dibawa ke Al-Asbagh bin Abdul Aziz bin Marwan untuk dinikahi, dia mendapati Al-Asbagh telah meninggal, sehingga dia kembali ke Madinah." Ada juga yang mengatakan selain itu.
Menurut seorang ahli nasab dari kalangan Ubaidiyah, Sayyidah Sakinah menemani bibinya, Sayyidah Zainab, ketika mereka keluar dari Madinah menuju Mesir karena khalifah Yazid mengancam akan mengganggu mereka jika mereka tetap tinggal di Madinah. Khalifah Yazid memerintahkan untuk memisahkan mereka dari masyarakat agar tidak menimbulkan fitnah.
Dr. Bintu Asy-Syathi' berkomentar, "Jika riwayat ini benar, maka mungkin Sayyidah Sakinah kembali ke Hijaz setelah bibinya, Sayyidah Zainab, wafat pada tahun 62 H."
Dan tanda atas keadaan itu telah muncul pada abad pertengahan terutama pada masa-masa fitnah dan peperangan di mana masyarakat tidak menemukan tempat berlindung selain kepada Yang Maha Esa dan Maha Perkasa, yaitu dengan mengunjungi dan memberkahi makam-makam keluarga Nabi (Ahlul Bait) serta berdoa kepada Allah melalui mereka agar menghilangkan keburukan dan mengangkat bala. Dari sinilah kemudian muncul apa yang dikenal sebagai "Makam Berdasarkan Mimpi". Jika seorang wali Allah yang saleh melihat dalam mimpinya bahwa dia diperintahkan untuk membangun masjid atau makam untuk salah satu anggota Ahlul Bait atau wali yang disebutkan dalam mimpi tersebut, maka dia harus membangun makam atau masjid itu dengan nama yang disebutkan dalam mimpi." (Masajid Mishr wa Auliyauha Ash-Shalihun, Dr. Su'ad Mahir Muhammad, juz 1 hal.102-103)
Juga ada keterangan perkataan Imam As-Shan'ani dalam kitab Al-Inhirafat Al-'Aqidah wa Al-Ilmiah, Ali bin Bakhit Az-Zahrani, juz 1 hal.270 sebagai berikut,
يقول الإمام الصنعاني - رحمه الله - : والنذر بالمال على الميت ونحوه، والنحر على القبر، والتوسل به، وطلب الحاجات منه هو بعينه الذي كان تفعله الجاهلية، وإنما يفعلونه لما يسمونه وثناً وصنماً، وفعله القبوريون لما يسمونه ولياً وقبراً ومشهداً، والأسماء لا اثر لها ولا تغير المعاني ... وكذلك تسمية القبر مشهداً، ومن يعتقدون فيه ولياً، لا يخرجه عن اسم الصنم والوثن؛ إذ هم معاملون لها معاملة المشركين للأصنام، يطوفون بها طواف الحجاج ببيت الله الحرام، ويستلمونهم استلامهم لاركان البيت, ويخاطبون الميت بالكلمات الكفرية، من قولهم: "على الله وعليك".
"Imam Al-Shan'ani rahimahullah berkata, 'Nadzar dengan harta untuk mayit dan semisalnya, menyembelih hewan di kuburan, bertawasul dengannya, dan meminta hajat kepada mayit adalah sama persis dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah. Mereka melakukannya terhadap apa yang mereka sebut sebagai berhala dan patung. Orang-orang yang mengagungkan kubur melakukan hal yang sama terhadap apa yang mereka sebut sebagai wali, kubur, atau maqam. Nama-nama itu tidak berpengaruh apa-apa dan tidak mengubah makna hakiki.
Demikian pula penamaan kubur sebagai maqam, dan orang-orang yang meyakini adanya wali di dalamnya, tidaklah mengeluarkan kubur itu dari kategori berhala dan patung. Sebab, mereka memperlakukan kubur-kubur itu sebagaimana orang-orang musyrik memperlakukan berhala-berhala mereka. Mereka thawaf di sekitar kubur, menyentuh dan menciumnya sebagaimana orang-orang thawaf di Ka'bah dan menyentuh rukun-rukunnya. Bahkan, mereka berbicara kepada mayit dengan kata-kata yang kufur, seperti ucapan mereka, "Atas Allah dan atas kamu."' (Al-Inhirafat Al-'Aqidah wa Al-Ilmiah, Ali bin Bakhit Az-Zahrani, juz 1 hal.270). Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar