MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 09 Oktober 2025

KAJIAN TENTANG HIKMAH KONTROVERSI NASAB BA'ALAWI DEMI MENCARI SEBUAH KEBENARAN





Tulisan ini terlepas dari penolakan atau pembatalan nasab Ba'alawi khususnya di Indonesia ini, tetapi bertujuan untuk memberikan pemahaman bahwa memang sesungguhnya awal mula keberadaan masyarakat Hadhramaut pada masa itu sebagian besar mengaku ahlul bait Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meskipun mereka tidak memiliki bukti yang kuat dan dapat dipercaya kecuali hanya klaim mereka sendiri. Dari sinilah bisa dipahami bahwa ketika ada yang mempertanyakan validitas klaim nasab yang tersambung dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam itu hal yang wajar.

Penjelasan tersebut terdapat dalam kitab Dirasah fi Nasab As-Sadah Bani Alawi karya Al-Habib Saqaf bin Ali Al-Kaff sebagai berikut,

البحث الثالث  

مناقشة وإيضاح في ما ورد في مقالة الطنطاوي

في تاريخ ٢٠/١٢/١٤٠٥ هـ الموافق ٥/٩/١٩٨٥ م طالعتنا جريدة الشرق الأوسط في عددها رقم ٢٤٨٣ بمقالة الشيخ علي الطنطاوي تحت عنوان ذكريات الشيخ الطنطاوي، ونص هذه المقالة هو:  

والحضارم طبقات منهم العلويون يقولون أنهم سادة أشراف ومنهم من ليس من عمل هذه الدعوى عن تهمة الإنسان في دين الإسلام يعلمون ولقد تكاثرت الأبايه وأجداده الكريمة النسبة في الشرف ومحاسن الأخلاق وكرم السلوك، ثم إن أكثر هذه الأنساب التي يدعى فيها الانتساب إلى رسول الله ﷺ ليس لها ما يثبتها ويؤكدها إلا قول أصحابها، وأنا لا أتهم أحداً في نسبه ولكن أريد تحقيق حقيقة ثابتة).  

ولم يكتفِ الشيخ بهذه المقالة بل كررها في كره من الادعاء عندما سئل عن شروط الكفاءة في النسب في النكاح، كُرر هذه المقالة مستنداً إلى الإذاعة لنشر أفكاره المثيرة للفتنة، وكان الأولى أن يجيب السائل بقول العلماء الأئمة الأعلام: أبو حنيفة وأحمد والشافعي رضي الله عنهم، اشترط النسب في النكاح ولم يشترطه مالك، وهذا ما جرى عليه العلماء.  

ولقد أعاد الشيخ علي الطنطاوي في ذكرياته نفس الكلام، وذلك في الجزء السادس صفحة رقم ٢٣٣ في السطر ١٨ فلهذا طُبعنا هذه الرسالة لإيضاح ما جاء في مقالته.  

Penelitian Ketiga: Diskusi dan Klarifikasi Mengenai Tulisan Al-Tantawi

Pada tanggal 20 Desember 1405 H, bertepatan dengan tanggal 5 September 1985 M, surat kabar "Ash-Sharq Al-Ausat" dalam edisi nomor 2483 memuat sebuah artikel yang ditulis oleh Syaikh Ali Al-Tantawi dengan judul "Kenangan Syaikh At-Tantawi". Berikut adalah teks artikel tersebut:

"Dan Hadhramut terdapat berbagai lapisan masyarakat yang terdiri dari para Alawi yang mengaku sebagai keturunan sayyid dan bangsawan. Namun, ada di antara mereka yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam hal ini. Manusia tidak dapat dituduh dalam hal keislamannya, tetapi yang jelas, banyak di antara mereka yang memiliki nasab yang mulia dan akhlak yang baik. Namun, sebagian besar dari nasab-nasab yang diklaim sebagai keturunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memiliki bukti yang kuat dan dapat dipercaya kecuali hanya klaim mereka sendiri. Saya tidak menuduh siapa pun dalam nasabnya, tetapi saya ingin mencari kebenaran yang pasti)."

Syaikh At-Tantawi tidak hanya menulis artikel ini, tetapi juga mengulangi pendapatnya dalam sebuah wawancara di radio ketika ditanya tentang syarat kesetaraan dalam nasab dalam pernikahan. Dia mengulangi pendapatnya dan menyebarkan gagasan yang dapat menimbulkan fitnah.

Sebaiknya, beliau menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip pendapat para ulama besar seperti Abu Hanifah, Ahmad, dan Asy-Syafi'i, yang mensyaratkan kesetaraan dalam nasab dalam pernikahan, sedangkan Imam Malik tidak mensyaratkan hal itu. Ini adalah pendapat yang telah menjadi tradisi di kalangan ulama.

Syaikh Ali At-Tantawi juga mengulangi perkataannya yang sama dalam memoarnya, yaitu pada jilid keenam, halaman 233, baris ke-18. Oleh karena itu, kami mencetak risalah ini untuk menjelaskan dan mengklarifikasi apa yang beliau tulis dalam artikelnya." (Dirasah fi Nasab As-Sadah Bani Alawi, Saqaf bin Ali Al-Kaff, cet. Muthaba' Al-Mukhtar Al-Islami, hal.13)

قال الشيخ: «أن الصدام طبقات» (منهم المغالون الذين يقولون إنهم سادة أشراف)، ونحب أن نبيّن للشيخ الطنطاوي وهو يعلم هذا نظرًا لعلمه الواسع وثقافته العالية، أن الطبقية ليست في هذا اللقاء لأن الطبقية هي الفروقات بين طبقات المجتمع في الجانب الاجتماعي، فهناك طبقة العمال وطبقة الفلاحين وطبقة الرأسماليين إلخ...  

أما ما هو عند المغالين فهي قبيلة أو أسرة، وقد يطلق على العلوي أن ينتمي لأي طبقة من الطبقات الثلاث، ولكن لا يمكن أن ينتمي إلى قبيلة غير قبيلته ولا إلى أسرة.  

والشيخ يعلم أن العرب من قبل الإسلام وهم يهتمون بأنسابهم، وقد نسب رسول الله ﷺ نفسه فقال: «أنا النبي لا كذب، أنا ابن عبد المطلب»، ويعرف خليفة رسول الله ﷺ وآله، سيدنا أبو بكر الصديق رضي الله عنه، بأنه عالم في علم النسب ويقال له نسّابة العرب، وقد أُلفت في علم الأنساب العربية عشرات المؤلفات وأُلف في أنساب آل بيت رسول الله ﷺ وآله المئات من المؤلفات والمشجرات، ولننظر في هذا البحث القليل منها كما ذكرنا على سبيل المثال لا الحصر والاستقصاء.  

ويعلم عند الجميع أن نسبة آل البيت وعلى الأخص السادة بنو علي بن أبي طالب عمود نسبهم في هذا البحث ثابت بالاستفاضة جيلاً بعد جيل، بالاستفاضة منذ عصر رسول الله ﷺ، ومنكر المتواتر معروف حكمه في الإسلام.  

Syaikh tersebut berkata, "Di antara manusia terdapat lapisan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berlebihan dalam mengklaim diri sebagai sayyid dan bangsawan." Kami ingin menjelaskan kepada Syaikh At-Tantawi, yang tentunya sudah mengetahui hal ini karena keluasan ilmunya dan kebudayaannya yang tinggi, bahwa stratifikasi sosial yang dimaksud bukanlah dalam konteks pertemuan ini.

Stratifikasi sosial sebenarnya merujuk pada perbedaan antara lapisan masyarakat dalam aspek sosial, seperti kelas pekerja, petani, kapitalis, dan sebagainya. Adapun yang diklaim oleh orang-orang yang berlebihan itu adalah tentang suku atau keluarga. Seorang Alawi dapat dikatakan termasuk dalam salah satu kelas sosial, tetapi tidak dapat dikatakan bahwa dia termasuk dalam suku atau keluarga selain suku dan keluarganya sendiri.

Syaikh At-Tantawi tentunya mengetahui bahwa orang-orang Arab sebelum Islam sangat memperhatikan nasab mereka. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri menyebutkan nasabnya dengan berkata, "Aku adalah Nabi yang tidak berdusta, aku adalah anak Abdul Muttalib."

Khalifah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan keluarga beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu, dikenal sebagai seorang yang ahli dalam ilmu nasab dan disebut sebagai "pakar nasab Arab".

Telah ditulis puluhan kitab tentang ilmu nasab Arab dan ratusan kitab tentang nasab keluarga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Ahlul Bait. Mari kita lihat beberapa contoh kitab yang membahas hal ini, meskipun tidak semua dapat disebutkan di sini.

Sudah diketahui oleh semua orang bahwa nasab keluarga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, khususnya sayyid-sayyid keturunan Ali bin Abi Thalib, adalah nasab yang kokoh dan terjaga secara turun-temurun sejak zaman Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Menolak sesuatu yang telah mutawatir adalah perbuatan yang diketahui hukumnya dalam Islam." (Dirasah fi Nasab As-Sadah Bani Alawi, Saqaf bin Ali Al-Kaff, cet. Muthaba' Al-Mukhtar Al-Islami, hal.14)

إن أمة الإسلام أمة الإسناد، واختصت بهذه الصفة عن سائر الأمم، فنقل البنا القرآن الكريم بالإسناد، ونقلت البنا السنة المطهرة بالإسناد، وكذلك التواريخ والأنساب، والمغازي والسير. وإذا تركنا لكل شخص أن يطلق لسانه في ما ثبت سنده بهم الأمر إلى تكذيب كثير من الأحكام الشرعية والحوادث التاريخية لكونها لم تعجبهم، ولم توافق هواهم، والقاعدة الشرعية التي يعلمها الشيخ باعتباره من كبار العلماء، ومن الذين زاولو القضاء سنين عديدة، وهي أن الناس مؤتمنون على أنسابهم فمن ثبت نسبه وطعن فيه غيره فعبئه بالإثبات، وإلا يعد باعتباره قاذفًا.  

وقال الشيخ الطنطاوي: **(ومنهم من ليس له مثل هذه الدعوى)**  

ونحب أن نوضح للشيخ: إن المضمار الذين تقول ليس لهم مثل هذه الدعوى يبدو أنك لا تعلم تركيب المجتمع العربي، فللعرب مشجرات ونسب لقبائلهم، فهناك المشايخ آل العمودي معروفة أنسابهم، كذلك المشايخ آل بافضل، وآل باعباد، وآل كثير، وآل بن علوي، وآل بلفقيه، وآل عيدروس، وغيرهم من قبائل حضرموت التي هي محتفظة بأنسابها ومعتزة بها كغيرها من قبائل جزيرة العرب في المملكة العربية السعودية واليمن والخليج.  

"Sesungguhnya umat Islam adalah umat yang memiliki tradisi sanad yang kuat. Mereka memiliki keistimewaan ini dibandingkan dengan umat-umat lainnya. Al-Qur'an ditransfer melalui sanad, begitu pula dengan Sunnah yang suci, sejarah, nasab, peperangan, dan biografi. Jika kita membiarkan setiap orang berbicara bebas tanpa sanad yang kuat, maka akan menyebabkan banyak hukum syar'i dan peristiwa sejarah yang dipertanyakan karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Ada kaidah syar'i yang diketahui oleh Syaikh At-Tantawi sebagai seorang ulama besar dan hakim berpengalaman, yaitu bahwa orang-orang dipercaya dalam hal nasab mereka. Maka, siapa pun yang menuduh nasab seseorang tanpa bukti yang kuat, maka dialah yang harus membuktikan tuduhannya. Jika tidak, maka dia dianggap sebagai orang yang melakukan qadhf (penuduhan tanpa bukti).

Syaikh At-Tantawi berkata, "Dan di antara mereka ada yang tidak memiliki klaim seperti ini." Kami ingin menjelaskan kepada Syaikh bahwa sepertinya beliau tidak memahami struktur masyarakat Arab.

Orang-orang Arab memiliki catatan nasab dan silsilah untuk suku-suku mereka. Misalnya, keluarga Al-'Amudi, Al-Fadhel, Al-'Abbad, Al-Kathir, Al-Ba'alawi, Al-Faqih, Al-'Aydrus, dan lain-lain dari suku-suku Hadramaut yang masih menjaga dan bangga dengan nasab mereka, sebagaimana suku-suku lain di Jazirah Arab, baik di Arab Saudi, Yaman, maupun negara-negara Teluk." (Dirasah fi Nasab As-Sadah Bani Alawi, Saqaf bin Ali Al-Kaff, cet. Muthaba' Al-Mukhtar Al-Islami, hal.15)

كيف تقول أيها الشيخ هذه الكلمة في أمة ثبت نسبها بالتواتر، وألّف في أنسابها المؤلفات والمشجرات من القرن الثاني، وقد أثبتنا لك في هذا البحث إن كنت تريد العلم عن نسب آل بيت النبي ﷺ، فراجع فقط أعداداً من النسابين والمؤرخين والمحدثين ترتاح نفسك إلى أقوالهم بحسب بحثك وفهمك، فتحققها، وانظر لها بعين العلم والمعرفة لا بعين النفي والإنكار. لأن النفي والإنكار ليس من سمة المسلم فضلاً عن العالم الداعي، والله قد يعصم بصر وبصيرة الإنسان عندما يذكر الفضل لخلق أعظم خلق الله. وما يضيرك في هذا البحث إن ثبت النسب أو لم يثبت. ليس من أقوالهم من أخبارهم في أئمة العلم والحديث والفقه كالإمام السخاوي وابن حجر الهيتمي وغيرهم من أئمة الهدى، وما ثبت عندهم نسب بني علوي من صحة نسبهم يؤيد ما على سائر مشجرات آل البيت المثبتة في كتب الأنساب والعراجم والسير والتاريخ.

"Bagaimana Anda, wahai Syaikh, dapat mengucapkan kata-kata ini tentang suatu kaum yang telah ditetapkan nasabnya secara mutawatir? Banyak kitab dan silsilah yang telah ditulis tentang nasab mereka sejak abad kedua Hijriyah. Kami telah membuktikan kepada Anda dalam penelitian ini, jika Anda ingin mengetahui tentang nasab keluarga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Cukup Anda menelaah karya-karya para ahli nasab, sejarawan, dan ahli hadits. Dengan penelitian dan pemahaman Anda, semoga jiwa Anda akan merasa tenang dengan apa yang mereka katakan. Telitilah hal ini dengan pandangan ilmiah dan pengetahuan, bukan dengan pandangan penolakan dan pengingkaran.

Penolakan dan pengingkaran bukanlah sifat seorang Muslim, apalagi seorang ulama yang berdakwah. Allah terkadang melindungi pandangan dan pemahaman seseorang ketika menyebutkan keutamaan makhluk-Nya yang paling mulia.

Apa yang merugikan Anda jika nasab ini terbukti atau tidak? Ini bukanlah perkataan yang berasal dari kabar-kabar tentang para imam ilmu, hadits, dan fiqih seperti Imam As-Sakhawi, Ibnu Hajar Al-Haitami, dan lainnya dari para imam petunjuk.

Apa yang telah terbukti di sisi mereka tentang nasab Bani Alawi dari segi keabsahan nasab mereka mendukung apa yang tertuang dalam silsilah Nabi lainnya yang tercatat dalam kitab-kitab nasab, biografi, dan sejarah." (Dirasah fi Nasab As-Sadah Bani Alawi, Saqaf bin Ali Al-Kaff, cet. Muthaba' Al-Mukhtar Al-Islami, hal.17). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar