Duduk
terlihat sebagai masalah sepele, namun tidak bagi orang yg benar2 ingin
mencontoh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam segala aktivitasnya.
Mungkin kita kurang menyadari bahwa bahasa tubuh bisa
menyampaikan suatu pesan tanpa kata-kata. Seperti yg diungkapkan oleh Janine
Driver, penulis You
Can’t Lie to Me.
Pada buku yg dinobatkan sebagai New York Time's best seller ini, Driver membeberkan beberapa
posisi duduk dan berdiri yg umum dilakukan oleh orang2
sekitar kita, termasuk kita sendiri.
Duduk menyilangkan kaki
Bagi yg terbiasa duduk menyilangkan kaki, menurut Driver,
memiliki kepercayaan diri yg tinggi, berani memegang kendali. Lalu,
bagaimana jika pria duduk menyilangkan kaki saat bersama teman. Nah, arti di balik posisi duduk seperti itu adalah dirinya sangat tertarik dan nyaman saat bersamanya.
Duduk dengan kaki terbuka lebar
Drive mengatakan, bila duduk dengan kaki terbuka lebar, maka
menandakan bahwa pribadi yg mendominasi dan memiliki kekuasaan yg besar. Selain
itu, Tidak pernah sungkan dalam memperlihatkan kepada lingkungan
sekitar bahwa dia berkuasa. Singkat kata, dia memiliki karakter yg
arogan, sombong, dan kurang memiliki empati.
Lantas bagaimana seorang muslim saat mencontok duduknya baginda
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam? Berikut
ini adalah beberapa cara duduk yg pernah dicontohkan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam:
1.
Duduk
Bersila.
Duduk ini dilakukan dengan cara
menyilangkan kedua kaki yg berada dalam posisi rebah dan terlipat, sehingga
persilangannya ada di antara kedua betis. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah duduk bersila dari setelah selesai sholat subuh, hingga terbit
matahari;
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الْحَفَرِيُّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسْنَاءَ
Jika Nabi
shalat subuh, beliau duduk di tempat duduknya hingga matahari terbit &
bersinar terang. [HR. Abudaud No.4210].
Jabir bin Samurah radiallahu-anhu berkata:
“Adalah Nabi sallallahu ‘alaihi wassalam setelah bersembahyang Fajar (Subuh),
baginda duduk bersila di tempatnya sehingga terbitnya matahari yang indah
(keputihan sinarnya)”. (HR. Abu Daud dan lain-lain, dinukil dan dinilai sahih
oleh Imam Nawawi dalam Riyadus Salihin (tahqiq & takhrij Shaikh Syu‘aib
al-Arnuth; Maktabah al-Ma’mun, Jeddah 1996) – no: 821).
2.
Duduk
Qurfasha.
Duduk ini dilakukan dengan cara
melipat lutut dan menegakkannya sehingga kedua telapak kaki menjejak lantai.
Kemudian kedua tangan merangkul kedua lutut tersebut. Namun, cara duduk seperti
ini dilarang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dilakukan ketika
mendengarkan khutbah Jum’at (sanad hadistnya Hasan).
أنها رأت رسول الله صلى الله عليه
وسلم في المسجد وهو قاعد القرفصاء قالت: «فلما رأيت رسول الله صلى الله عليه
وسلم المتخشع في الجلسة أرعدت من الفرق».
Ia (Qabilah) melihat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. di masjid sedang duduk qurfasha (Duduk Qurfasha yakni duduk bertumpu pada pinggul, kedua paha
merapat ke perut dan tangan memegang beti)."
Qabilah berkata, "Manakala
aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk dengan
khusyu', maka akupun dibawa oleh perasaan takjub karena wibawanya." (Diriwayatkan
oleh 'Abd bin Humaid, dari `Affan bin Muslim, dari `Abdullah bin
Hasan, dari kedua orang anaknya, yang bersumber dari Qabilah binti Makhramah)
Abdullah ibnu Umar radiallahu
‘anhuma berkata: “Saya melihat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa salam di
halaman Ka’bah, beliau duduk dengan menegakkan kedua lututnya, (yaitu) dengan
melingkar kedua tangannya ke sekeliling lututnya, dan ini cara duduk al-Qurfusha’”. (HR. Bukhari dan dinukil oleh Imam Nawawi dalam Riyadus
Salihin no: 822)
3.
Duduk
Bertinggung (Nongkrong)
Duduk ini dilakukan seperti
berjongkok dengan seluruh telapak kaki menjejak lantai, bagian (maaf) pantat
tidak menyentuh lantai. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah duduk
bertinggung ketika sedang makan kurma.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku melihat Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa salam duduk bertinggung sambil makan kurma.” (HR. Muslim
dalam kitabnya Sahih Muslim – no: 2044).
4.
Duduk
Iftirasy.
Duduk ini sama dengan duduk antara
dua sujud maupun sujud ketika tahiyatul awal dalam sholat.
عَنْ عَا ءشَةَ قَا لَتْ : وَكَانَ َيفرشُ رجْلَهُ اليُسْرَى َوَينْصبُ رجْلَهُ اليُمْنَى (رواه مسلم)
Dari
Aisyah رضى
لله عنها , ia berkata, “ Dan beliau Shollallohu ‘alaihi wa sallam menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan
kaki kanannya [HR. Muslim
di dalam kitab shohihnya juz 1 no 497].
5.
Duduk
Tawarruk.
Duduk ini sama dengan duduk ketika
tahiyatul akhir dalam sholat.
Humaid
As Saidy d berkata :
… حَتَى إ ذا كَا نَتْ فى السَجَدَ ة الَتى
فيهَا التَسْليْم، أخْرَجَهُ رجْلَهُ اليُسْرَى َوجَلَسَ عَلَى شَقّ الأيْسَر
مُتَوَرّكًا
(رواه
ابى حا تم فى صحيحه)
Hingga apabila sujud
yang di dalamnya akan salam Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam mengeluarkan kaki
kirinya dan duduk di atas sisi kirinya dalam keadaan tawwarruk (duduk dengan
meletakkan pantatnya di atas tanah) [ HR Abu Hatim di dalam kitab shohihnya ].
6. Duduk Ihtiba
عن جده أبي سعيد الخدري قال: «كان
رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جلس في المسجد احتبى بيديه».
Apabila Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam duduk di masjid, maka ia duduk secara ihtaba dengan kedua tangannya (Ihtaba
adalah duduk Qurfasha sambil bersandar)." (Diriwayatkan oleh Salamah bin Syabib,
dari `Abdullah bin Ibrahim al Madini, dari Ishaq bin Muhammad al Anshari, dari
Rabih bin `Abdurrahman bin Abi Sa'id, dari bapaknya yang bersumber dari
kakeknya Abi Sa'id al Khudri r.a)
7. Duduk Selonjor
عن عمه، «أنه رأى النبي صلى الله عليه
وسلم مستلقيا في المسجد واضعا إحدى رجليه على الأخرى».
Sesungguhnya ia melihat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam berbaring telentang di masjid, dan salah satu kakinya
ditumpangkan pada kaki lainnya." (Diriwayatkan oleh Sa'id bin `Abdurrahman
al Makhzumi dan lainnya, mereka menerima dari Sufyan, dari Zuhri, dari `Abbad
bin Tamim yang bersumber dari pamannya (Ia adalah `Abdullah bin Zaid bin
`Ashim bin Muhammad, ia adalah seorang sahabat dan dikatakan bahwa ia yang
membunuh Musailamah al Kadzdzab (Nabi palsu).
8. Duduk
Bertetekan
عن جابر بن سمرة قال: «رأيت رسول الله
صلى الله عليه وسلم متكئا على وسادة على يساره».
Aku pernah melihat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam duduk bertelekan pada sebuah bantal di sebelah kirinya."
(Diriwayatkan oleh `Abbas bin Muhammad ad Dauri al Baghdadi, dari Ishaq bin
Manshur, dari Israil, dari simak bin Harb, yang bersumber dari Jabir bin
Samurah r.a.
عن علي بن الأقمر قال: سمعت أبا جحيفة
يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لا آكل متكئا».
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Aku tak mau makan sambil bertelekan " (Diriwayatkan
oleh Muhammad bin Basyar, dari `Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari `Ali
bin al `Aqmar, yang bersumber dari Abu Juhaifah r.a.)
عن جابر بن سمرة قال: «رأيت النبي صلى
الله عليه وسلم متكئا على وسادة»
Aku melihat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam duduk bertelekan pada sebuah bantal." (Diriwayatkan
oleh Yusuf bin `Isa, dari Waki', dari Ismail, dari Simak bin Harb, yang
bersumber dari Jabir bin Samurah r.a.)
Berikut
ini adalah beberapa cara duduk yang dilarang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam:
1.
Duduk
Qurfasha ketika mendengarkan khutbah Jum’at.
2. Duduk
berselonjor atau bertelekan tangan ke belakang ketika mendengarkan khutbah Jum’at.
3.
Duduk
bertelekan dengan sebelah tangan.
4.
Duduk
bersandar miring ke arah sebelah sisi badan ketika sedang makan.
Diriwayatkan dari Shohabat Mu’adz bin Anas rodhiyallohu ‘anhu,” Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang duduk bertinggung (duduk dalam keadaan kedua tangan memeluk kedua lutut) pada hari Jum’at yaitu pada saat imam sedang berkhutbah.” (Hadits Hasan : Abu Dawud no.1110 dan at-Tirmidzi no. 514 dari Shohabat Mu’adz bin Anas rohiyalloohu ‘anhu. At-Tirmidzi berkata : “Hadits ini hasan.” Lihat Hidaayatur Ruwaat II/105 no.1338)
Abu Juhaifah radiallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Jangan makan sambil
bersandar.” (HR. Bukhari dan dinukil oleh Imam Nawawi dalam Riyadus Salihin –
no: 746).
Duduk ini adalah duduk seperti
duduknya orang2 yg sombong. Lagipula duduk ini ketika makan akan
menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dengan baik. Duduk di kuburan muslim, namun tentang hal ini, ada pula yg menyatakan bahwa duduk yg
dimaksud adalah duduk ketika buang hajat di kuburan muslim.
5.
Duduk
Iq'a
Yang
dimaksud cara duduk syetan ini dijelaskan oleh Ibnu Ruslan di dalam kitab
Syarhus Sunan dengan keterangannya sebagai berikut, “Dengan
menghamparkan kedua kaki dan menduduki keduanya.”
Adapun Abu Ubaid dan ulama lainnya
menafsiri pengertian aqibisy syaithan itu dengan duduk iq’a yang terlarang.
Adapun hadis tentang duduk iq’a itu sebagai berikut :
Dari Abu Hurairah ia berkata
“rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyuruh aku terhadap tiga
amalan dan melarang aku dari tiga amalan (di dalam salat). “beliau
memerintahkan aku salat dua rakaat duha setiap hari, witir sebelum tidur, dan
saum tiga hari pada setiap bulan. Dan melarang aku dari tiga amln (di dalam
salat). Beliau melarang aku mematuk-matuk seperti mematuk-matuknya seekor ayam
(tergesa-gesa), duduk iq’a seperti duduknya anjing dan menoleh-noleh seperti
menoleh-nolehnya musang.” (HR. Ahmad)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّه سَمِعَ طَاوُسًا يَقُولُ قُلْنَا لِابْنِ عَبَّاسٍ فِي الْإِقْعَاءِ عَلَى الْقَدَمَيْنِ فِي السُّجُودِ فَقَالَ هِيَ السُّنَّةُ قَالَ قُلْنَا إِنَّا لَنَرَاهُ جُفَاءً بِالرَّجُلِ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ هِيَ سُنَّةُ نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah
menceritakan kepada kami [Yahya bin Ma'in] telah menceritakan kepada kami
[Hajjaj bin Muhammad] dari [Ibnu Juraij] telah mengabarkan kepadaku [Abu Az
Zubair] bahwa dia mendengar [Thawus] berkata; kami bertanya kepada [Ibnu Abbas]
mengenai duduk iq`a' (duduk bersimpuh) di atas kedua tumit di antara
sujud." Ibnu Abbas menjawab; "itu termasuk sunnah." Kata Thawus;
"kami berkata; "Sesungguhnya kami melihatnya kurang sopan." Ibnu
Abbas menjawab; "Itu adalah sunnah Nabimu shallallahu 'alaihi wasallam." [HR. Abu Daud No.719].
Hadits
yang semkana tentang larangan duduk iq’a di riwayatkan pule oleh At-Tirmidzi,
Abu Daud dan Ibnu Majah dari sahabat Ali bin Abu Thalib yaitu dengan lafal : “Janganlah duduk iq’a pada duduk antara dua sujud.”
Cara duduk iq’a
yang dilarang itu adalah dengan menempelkan kedua belah pantat (bokong) di atas
bumi sambil menancapkan kedua betis dan menempatkan kedua tangannya di atas
Bumi” seperti duduknya seekor anjing” lihat Nailul Authar, II:310.
6. Duduk
Al-Maghdhub
عَنْ أَبِيهِ الشَّرِيدِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ مَرَّ بِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَنَا جَالِسٌ هَكَذَا وَقَدْ وَضَعْتُ يَدِىَ الْيُسْرَى
خَلْفَ
ظَهْرِى وَاتَّكَأْتُ عَلَى أَلْيَةِ يَدِى فَقَالَ « أَتَقْعُدُ قِعْدَةَ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ ».
Syirrid bin Suwaid radiallahu ‘anhu
berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam melintas
di hadapan aku sedang aku duduk seperti ini, yaitu saya bersandar kepada tangan
kiri saya yg saya letakkan di belakang. Lalu baginda bersabda, "Adakah
engkau duduk sebagaimana duduknya orang2 yg dimurkai ?” (HR. Abu Daud, dinukil
dan dinilai sahih oleh Imam Nawawi dalam Riyadus Salihin no: 824.) Wallahu a’lam bis-Shawab
Demikianlah
Ibnu Mas’ud At-Tamanmini menjelaskan dalam kajian tentang duduk yg dicontohkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan semoga bermanfa’at. Aamiin
والله الموفق الى اقوم الطريق
Jadi kalau misalnya saya menikah Terus mau buka toko . Atau brend saya buatkan nama saya dan nama suami itu bisa. Atau selalu cantumkan di sosmed nama saya tambah nama suami.
BalasHapus