MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Selasa, 15 Maret 2016

KAJIAN TENTANG "DAUROH TERNYATA BID'AH"



Diantara slogan salafi wahabi dalam dakwahnya adalah "Tegakkan Sunnah Jauhi Bid'ah." Melalui slogan tersebut mereka menyalahkan komunitas muslim yg melakukan rutinitas ibadah maupun rutinitas dakwah yg dilakukan secara kontinyu pada waktu dan hari tertentu seperti yasinan dan tahlilan di malam jum'at, peringatan maulid dan semisalnya, padahal mereka sendiri juga melakukan hal itu semisal dauroh mingguan yg dilaksanakan setiap hari minggu.

Daurah adalah salah satu sarana tarbiyah berupa kegiatan mengumpulkan sejumlah anggota yg relatif banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah, kajian, penelitian, dan pelatihan tentang suatu masalah, dengan mengangkat tema tertentu yg dirasa penting bagi keberlangsungan amal Islami.

Telah maklum bahwa setiap hari minggu, salafi wahabi senantiasa mengadakan pengajian secara jama’ah untuk mencari ilmu dan mendengarkan hadits. Mereka melakukan hal ini secara mudawamah (terus menerus). Bagaimana komentar Ibnu Taimiyah mengenai hal ini?

Mari kita simak penjelasan Ibnu Taimiyah salah seorang ulama rujukan salafi wahabi dalam Al-Mustadrok Ala Majmu’ Fatawi 3/134

والنوع الثاني ما لم يسن له الاجتماع المعتاد الدائم كالتعريف في الأمصار، والدعاء المجتمع عليه بعد الفجر والعصر، والصلاة والتطوع المطلق في جماعة، والاجتماع لسماع القرآن وتلاوته، أو سماع العلم والحديث ونحو ذلك، فهذه الأمور لا يكره الاجتماع لها مطلقا، ولم يسن مطلقا بل المداومة عليها بدعة، فيستحب أحيانا، ويباح أحيانا، وتكره المداومة عليها، وهذا هو الذي نص عليه أحمد في الاجتماع على الدعاء والقراءة والذكر ونحو ذلك.

"Bagian kedua yaitu sesuatu yg tidak disunahkan berkumpul yg dibiasakan secara terus menerus berkumpul untuk mendengarkan bacaan al-Qur’an dan membacanya atau mendengarkan ilmu (pengajian), mendengarkan hadits dan yg sejenisnya. Masalah ini tidak disunahkan secara mutlak juga tidak dimakrukan secara mutlak tetapi melakukannya secara terus menerus adalah bid’ah." (Al-Mustadrok Ala Majmu’ Fatawi 3/134)

Dengan demikian, Dauroh semacam salafi wahabi yg dilaksanakan setiap hari minggu adalah bid’ah. Sebab pelaksanaanya secara terus menerus. Begitu kata Ibnu Taimiyah. Jika setiap bid’ah adalah sesat sebagaimana pemahaman mereka, berarti mereka sendiri telah melakukan kesesatan yg tidak disadarinya

Wahai ikhwan wa khwat salafi wahabi, janganlah kalian suka menyalahkan muslim lainnya dalam masalah khilafiyah. Jangan sampai antum dikatakan sebagai orang yg sombong karena punya sifat merendahkan orang lain karena merasa diri yg paling benar dengan pendapatnya.

Sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas’ud

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sesungguhnya Allah itu jamil (indah) dan menyukai suatu yg indah. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim no. 91. Imam Nawawi memberi judul Bab “Haramnya sifat sombong dan penjelasannya.“)

Ingatlah pula sabda Nabi kita agar punya niat yg benar dalam belajar. Dari Ka’ab bin Malik, dari ayahnya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللهُ النَّارَ »

“Barangsiapa yg menuntut ilmu karena hendak mendebat para ‘ulama, atau berbangga-bangga di hadapan orang2 bodoh, atau ingin perhatian orang tertuju pada dirinya, maka Allah akan masukkannya ke dalam neraka.” (HR. Tirmidzi no. 2654)

Rasul itu diutus untuk mengajarkan akhlak yg mulia,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad 2: 381, shahih)

Bahkan Rasul pun meminta agar diberikan akhlak yg mulia. Beliau memanjatkan do’a,

اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yg baik. Tidak ada yg dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau.” (HR. Muslim no. 771).

Itulah banyak yg mengaku salaf, namun akhlak jauh sekali dari tuntunan salaf.

Padahal akhlak yg mulia dibarengi dengan takwa paling mudah membuat kita masuk surga.

Dari Abu Hurairah ra ia berkata,

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yg banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yg baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yg banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yg disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246, shahih).

Begitu pula tanda sempurnanya iman adalah karena akhlak yg mulia. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Orang mukmin yg paling sempurna imannya adalah yg paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud no. 4682 dan Ibnu Majah no. 1162, hadits hasan)

Akhlak yg baik (husnul khuluq) ditafsirkan oleh para salaf dengan menyebutkan beberapa contoh. Al Hasan Al Bashri mengatakan,

حُسنُ الخلق : الكرمُ والبذلة والاحتمالُ

“Akhlak yg baik adalah ramah, dermawan, dan bisa menahan amarah.”

Asy Sya’bi berkata bahwa akhlak yg baik adalah,

البذلة والعطية والبِشرُ الحسن ، وكان الشعبي كذلك

“Bersikap dermawan, suka memberi, dan memberi kegembiraan pada orang lain.” Demikianlah Asy Sya’bi, ia gemar melakukan hal itu.

Ibnul Mubarok mengatakan bahwa akhlak yg baik adalah,

هو بسطُ الوجه ، وبذلُ المعروف ، وكفُّ الأذى

“Bermuka manis, gemar melakukan kebaikan dan menahan diri dari menyakiti orang lain.”

Imam Ahmad berkata,

حُسنُ الخلق أنْ لا تَغضَبَ ولا تحْتدَّ ، وعنه أنَّه قال : حُسنُ الخلق أنْ تحتملَ ما يكونُ من الناس

“Akhlak yg baik adalah jangan engkau marah dan cepat naik darah.” Beliau juga berkata, “Berakhlak yg baik adalah bisa menahan amarah di hadapan manusia.” (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 457-458).

Ikhwan wa akhwat sekalian, jika memang kita mengaku sebagai Ahlus Sunnah, marilah perbaiki akhlak kita dalam bersikap. Mungkin karena akhlak yg tidak baik yg membuat dakwah Ahlus Sunnah sulit masuk di tengah2 masyarakat. Padahal dakwah tersebut adalah dakwah yg indah. Wallahu a'lam bis-Shawab

Demikian Ibnu Mas'ud At-Tamanmini menjelaskan dalam kajiannya dan semoga bermanfa'at. Aamiin

والله الموفق الى اقوم الطريق

🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar