Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
صَلُّوا كَمَا رَأَيتُمُنِي أُصَلِي
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 628, 7246 dan Muslim no. 1533)
عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ، قَالَ: قُلْنَا لِخَبَّابٍ أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالعَصْرِ؟، قَالَ: نَعَمْ، قُلْنَا: بِمَ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ ذَاكَ؟ قَالَ: «بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ»
Dari Abu Ma’mar, dia berkata, "Kami bertanya kepada Khabbab, apakah Rasulullan membaca bacaan shalat pada shalat Dzuhur dan Ashar?" Ia menjawab, “Ya”. Lalu kami bertanya lagi, "Bagaimana kalian bisa mengetahui hal itu?" Dia berkata, “Dengan bergeraknya jenggot beliau”. (HR. Abu Daud)
Pemaparan kajian kali ini akan membahas tentang apa-apa saja rukun dan sah shalat. Namun sebelum menyebutkan rukun-rukun tersebut, perlu kiranya dijelaskan tentang apa arti dari “rukun” itu sendiri.
Mustafa al-Khin dan Musthafa al-Bugha, Al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhab al-Imâm al-Syâfi’i (Surabaya: Al-Fithrah, 2000), juz I, hal. 129, menjelaskan makna rukun sebagai berikut:
معني الركن: ركن الشيء ما كان جزءاً أساسياً منه، كالجدار من الغرفة، فأجزاء الصلاة إذا أركانها كالركوع والسجود ونحوهما. ولا يتكامل وجود الصلاة ولا تتوفر صحتها إلا بأن يتكامل فيها جميع أجزائها بالشكل والترتيب الواردين عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم
“Makna rukun. Rukun sesuatu ialah bagian mendasar dari sesuatu tersebut, seperti tembok bagi bangunan. Maka bagian-bagian shalat adalah rukun-rukunnya seperti ruku’ dan sujud. Tidak akan sempurna keberadaan shalat dan tidak akan menjadi sah kecuali apabila semua bagian shalat tertunaikan dengan bentuk dan urutan yang sesuai sebagaimana telah dipraktekkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.”
Secara singkat bisa kita artikan bahwa rukun shalat adalah bagian penyusun dari shalat tersebut. Ada berbagai macam versi tentang berapa rukun shalat. Namun demikian, perbedaan versi tersebut tidaklah bersifat substansial, namun hanya persoalan teknis belaka, seperti mislanya ada ahli fiqih yang menyebutkan rukun thuma’ninah (“tak bergerak sejenak”) hanya sekali saja meskipun letaknya di berbagai tempat, dan ada yang menyebutkannya secara terpisah-pisah. Juga ada di antaranya yang menyatakan bahwa niat keluar dari shalat merupakan rukun, namun ada juga yang menyatakan bahwa hal tersebut secara otomatis termaksudkan dalam rukun salam pertama.
Diantara yang secara sangat terperinci menyebutkan rukun-rukun shalat ialah penjelasan Imam Abu Suja’ dalam Matan al-Ghâyah wa Taqrîb (Surabaya: Al-Hidayah, 2000), hal. 9:
فصل" وأركان الصلاة ثمانية عشر ركنا النية والقيام مع القدرة وتكبيرة الإحرام وقراءة الفاتحة وبسم الله الرحمن الرحيم آية منها والركوع والطمأنينة فيه والرفع واعتدال والطمأنينة فيه والسجود والطمأنينة فيه والجلوس بين السجدتين والطمأنينة فيه والجلوس الأخير والتشهد فيه والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم فيه والتسليمة الأولى ونية الخروج من الصلاة وترتيب الأركان على ما ذكرناه
“Pasal, Rukun-rukun shalat ada 18, yakni:
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihrâm,
4. Membaca surat al-Fatihah; dimana Bismillâhirrahmânirrahîm merupakan bagian ayatnya
5. Ruku’,
6. Thuma’ninah
7. Bangun dari ruku’ dan I’tidal
8. Thuma’ninah,
9. Sujud
10. Thuma’ninah
11. Duduk diantara dua sujud
12. Thuma’ninah
13. Duduk untuk tasyahhud akhir
14. Membaca tasyahhud akhir
15. Membaca shalawat pada Nabi SAW saat tasyahhud akhir
16. Salam pertama
17. Niat keluar dari shalat
18. Tertib; yakni mengurutkan rukun-rukun sesuai apa yang telah dituturkan.”
Rukun shalat adalah perbuatan (gerakan) dan perkataan (bacaan) yang membentuk hakikat shalat. Tidak sah jika tidak dikerjakan ataupun dikerjakan hanya separuhnya, dan harus dikerjakan secara berurut (tertib). Sementara dalam kitab fiqih sesuai tingkatan diatasnya terbagi ada 13 rukun shalat, Diantaranya ; Niat, Berdiri (jika mampu), Takbiratul Ihram, Membaca Al-Fatihah, Ruku', I'tidal, Sujud, Duduk Iftirasy, Duduk Tawarruq, Tasyahud Akhir, Membaca Shalawat Nabi, Salam, dan Tertib.
Diantara 13 rukun tersebut ternyata dibagi menjadi 3 jenis rukun yaitu :
1. Rukun Qauli
2. Rukun Qalbi
3. Rukun Fi'li
*Rukun Qauli (Perkataan/Bacaan)*
1. Takbiratul Ihram (Menyebut 'Allahu Akbar')
2. Membaca Al-Fatihah
3. Membaca Tahiyyat Akhir
4. Salam
Perlu dilafazhkan di mulut dan didengar sekurang-kurangnya oleh telinga sendiri. Tidak sah jika hanya dibaca didalam hati.
Imam As-Syafi’i mengatakan,
الصَّلَاة لَا تَصِحُّ إلَّا بِالنُّطْقِ
“….shalat itu tidak sah kecuali dengan an-nuthq.” (Al Majmu’, 3:277).
An-Nuthq artinya berbicara atau mengucapkan. Sebagian Syafi’iyah memaknai an nuthq di sini dengan melafalkan niat. Padahal ini adalah salah paham terhadap maksud beliau rahimahullah. Dijelaskan oleh Imam An-Nawawi bahwa yang dimaksud dengan An-Nuthq disini bukanlah mengeraskan bacaan niat. Namun maksudnya adalah mengucapkan takbiratul ihram. Imam An-Nawawi mengatakan,
قَالَ أَصْحَابُنَا غَلِطَ هَذَا الْقَائِلُ وَلَيْسَ مُرَادُ الشَّافِعِيِّ بِالنُّطْقِ فِي الصَّلَاةِ هَذَا بَلْ مُرَادُهُ التَّكْبِيرُ
“Ulama kami (syafi’iyah) mengatakan, ‘Orang yang memaknai demikian adalah keliru. Yang dimaksud As-Syafi’i dengan An-Nuthq ketika shalat bukanlah melafalkan niat namun maksud beliau adalah takbiratul ihram’.” (Al Majmu’, 3:277).
Kesalahpahaman ini juga dibantah oleh Abul Hasan Al-Mawardi As-Syafi’i, beliau mengatakan,
فَتَأَوَّلَ ذَلِكَ – الزُّبَيْرِيُّ – عَلَى وُجُوبِ النُّطْقِ فِي النِّيَّةِ ، وَهَذَا فَاسِدٌ ، وَإِنَّمَا أَرَادَ وُجُوبَ النُّطْق بِالتَّكْبِيرِ
“Az-Zubairi telah salah dalam mentakwil ucapan Imam As-Syafi’i dengan wajibnya mengucapkan niat ketika shalat. Ini adalah takwil yang salah, yang dimaksudkan wajibnya mengucapkan adalah ketika ketika takbiratul ihram.” (Al-Hawi Al-Kabir, 2:204).
Dalam kitab Fathul Mu’in dijelaskan sebagai berikut,
(ويجب إسماعه) أي التكبير، (نفسه) إن كان صحيح السمع، ولا عارض من نحو لغط. (كسائر ركن قولي) من الفاتحة والتشهد والسلام. ويعتبر إسماع المندوب القولي لحصول السنة.
*(فتح المعين جز 1 ص 157)*
Dan wajib meperdengarkan rukun qauli terhdap dirinya sendiri, seperti takbiratul ihram, jika pendengaran nya sehat, dan tidak terdapat suatu hal yang mengganggu semisal suara kegaduhan. Begitu juga rukun qauli yang lain, seperti fatiha, tasyahhud akhir serta salam. Selain itu juga dianjurkan memperdengarkan setiap bacaan yang sunnah, agar memperoleh kesunnahan. *(Fathul Mu’in juz 1 Halaman 157)*
قَالَ أَصْحَابُنَا عَلَى الْأَخْرَسِ أَنْ يُحَرِّكَ لِسَانَهُ بِقَصْدِ الْقِرَاءَةِ بِقَدْرِ مَا يُحَرِّكُهُ النَّاطِقُ لان القراءة تتضمن نطقا وتحريك اللسان فقسط مَا عَجَزَ عَنْهُ وَوَجَبَ مَا قَدَرَ عَلَيْهِ.
*(مجموع شرح المهذاب جز 3 ص 394)*
Para ulama ashhab Imam Syaf’i berpendapat, adapun bagi orang yang bisu, ia wajib menggerakkan lisannya dengan tujuan membaca, sebagaimana ia menggerakkan bibirnya ketika ia berbicara. Karena dalam membaca dibutuhkan adanya pengucapan serta gerakan lisan. *(Majmu’ Syarh AL-Muhaddzab juz 3, halaman 394)*
Demikian juga dijelaskan panjang lebar dalam kitab I'anah At-Thalibin juz 1 hal 157 dan juga Hasyiah I'anah At-Thalibin juz 1 halaman yang sama (157).
*Rukun Qalbi (Hati)*
1. Niat
2. Tertib
*Rukun Fi'li (Perbuatan)*
1. Qiyam (Berdiri dengan khusyu')
2. Ruku'
3. I'tidal
4. Sujud
5. Duduk diantara Dua Sujud
6. Duduk membaca Tahiyyat Akhir
Itulah pengertian rukun qauli, rukun qalbi, dan rukun fi'li yang menjadi bahasan kajian kali ini. Meski mayoritas umat Islam teguh mendirikan ibadah shalat, tak sedikit yang belum mengerti rukun dan sah shalat apalagi makna bacaan shalat secara mendalam. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar