Selasa, 12 Mei 2020
KAJIAN TENTANG LAFAZH NIAT PUASA RAMADHAN
NIAT BACAAN PUASA BOLEH DENGAN "ROMADHONA" ATAU "ROMADHONI"
Terkait lafazh niat puasa akhir-akhir ini sering diperdebatkan bahkan ada video yang viral seorang ustadz ceramah yang menyalahkan orang lain terkait bacaan niat puasanya gara-gara membaca ROMADHONA bukan ROMADHONI seperti yang dia ketahui.
Sering kali kita mendengar niat puasa itu dilantunkan dalam bentuk pujian sebelum atau setelah shalat witir di bulan ramadhan. Namun kita sering dibingungkan sebab beberapa komunitas masyarakat khususnya warga NU membacanya dengan beberapa versi. Berikut niat puasa dalam bahasa Arab yang paling umum digunakan,
1. "Nawaitu shouma ghodin 'an-adai fardhis syahri *ROMADHONA* hadzihis sanati Lillahi Ta’ala"
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
*Jika lafazh romadhon dibaca ROMADHONA kedudukannya jadi ISIM GHOIRU MUNSHORIF (isim yang tetap dibaca fathah (NA) tidak menerima perubahan akhir kalimatnya (NA, NI, NU)*
Al-‘Allâmah Abû ‘Abdillâh Muhammad Jamâluddîn ibn Mâlik at-Thâî alias Ibnu Malik dalam nadham Alfiyah,
وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ ¤ مَا لَمْ يُضَفْ اَوْ يَكُ بَعْدَ اَلْ رَدِفْ
“Tandailah jar isim ghairu munsharif dengan fathah, selagi tak di-idhafah-kan (digabung dengan kata setelahnya) atau tidak menempel setelah ‘al’.”
2. "Nawaitu shouma ghodin 'an-adai fardhis syahri *ROMADHONI* hadzihis sanati Lillahi Ta’ala"
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
*Jika lafazh romadhon dibaca ROMADHONI kedudukannya menjadi MUDHOF yang harus dibaca kasroh (NI)*
Jika ramadlâni diposisikan sebagai mudhaf (disamping sekaligus jadi mudhaf ilaih-nya "syahri") maka hadzihis sanati mesti berposisi sebagai mudhaf ilaih dan harus dibaca kasrah.
Kedua niat puasa diatas memiliki arti yang sama yaitu, *"Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala."
Dalam kajian ilmu nahwu, romadhon adalah isim ghoiru munshorif (tidak berubah). Kata romadhon adalah isim alam yang ada tambahan alif dan nun, yang apabila majrur maka alamatnya dengan FATHAH, namun apabila menjadi mudhof atau kemasukan Alif-Lam (AL) maka majrurnya isim ghoiru munshorif menggunakan KASROH menjadi ROMADHONI (kasroh) bukan ROMAHONA (fathah).
Imam Ibnu Malik di dalam bait alfiyahnya berkata,
وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ * مَا لَمْ يُضَفْ أَوْ يَكُ بَعْدَ أَلْ رَدِفْ
"Dan dijerkan dengan FATHAH terhadap isim yang tidak menerima tanwin, selama tidak dimudhofkan atau berada setelah AL yang mengiringinya."
*CATATAN*
Ciri-ciri isim ghoiru munshorif adalah :
1. Tidak bertanwin, tidak bersamaam dengan alif lam (ال), dan tidak dimudhofkan baik ia terdiri dari isim mufrod seperti,
فاطمة، عثمان، سلمى، احاد، احمد، ابرهيم، حمراء، احمر، رمضلن
Atau terdiri dari dari jamak taksir seperti,
مساجد، دواهيم، مصابيح
2. Lafazh dari isim ghoiru munshorif jika dimasuki alif lam (ال) atau dimudhofkan dgn lafazh lain maka tanda jar-nya menggunakan kasroh bukan fathah dan *dihukumi menjadi munshorif.* Seperti contoh,
صلى المسلمون فى المساجد
صلى المسلمون فى مساجدهم
Di dalam Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan,
يقرأ رمضان بالجر بالكسرة لكونه مضافا إلى ما بعده وهو إسم الإشارة
Romadhoni (ni) dibaca jer dengan KASROH karena keadaannya menjadi mudhof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh
Dan niat puasa tetap SAH walaupun salah i’rob di dalamnya, karena letak niat itu di dalam hati. Namun apabila niat diucapkan, maka hendaknya tidak salah dalam i’rob. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar