MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Rabu, 25 September 2019

KAJIAN TENTANG MACAM-MACAM WALIMAH (RESEPSI/TASYAKURAN)


Dalam masyarakat, kita mengenal berbagai macam walimah atau pesta makan atau tasyakuran. Di antaranya, kita mengenal nama ‘walimah nikah’, ‘walimah aqiqah’, ‘khitan’ dan sebagainya.

Berikut ini sedikit penjelasan tentang macam-macam walimah atau acara jamuan makan dan beberapa keterangan dari para ulama tentang sikap mereka terhadap acara-acara semacam ini.

Dengan tulisan kita akan menyimpulkan bahwa agama Islam tidaklah anti selamatan atau anti walimah atau anti pesta makan, tetapi kebanyakannya dianjurkan sedikit pesta yang dilarang di dalamnya. Allah ta’ala berfirman:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرً () إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَاء وَلا شُكُورًا

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepada kalian hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8-9).

*Pengertian Walimah (Syukuran)*

Al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali (wafat tahun 620 H) rahimahullah menyatakan:

الْوَلِيمَةُ : اسْمٌ لِلطَّعَامِ فِي الْعُرْسِ خَاصَّةً ، لَا يَقَعُ هَذَا الِاسْمُ عَلَى غَيْرِهِ .كَذَلِكَ حَكَاهُ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ عَنْ ثَعْلَبٍ وَغَيْرِهِ مِنْ أَهْلِ اللُّغَةِ .وَقَالَ بَعْضُ الْفُقَهَاءِ مِنْ أَصْحَابِنَا وَغَيْرِهِمْ : إنَّ الْوَلِيمَةَ تَقَعُ عَلَى كُلِّ طَعَامٍ لَسُرُورٍ حَادِثٍ ، إلَّا أَنَّ اسْتِعْمَالَهَا فِي طَعَامِ الْعُرْسِ أَكْثَرُ .وَقَوْلُ أَهْلِ اللُّغَةِ أَقْوَى ؛ لِأَنَّهُمْ أَهْلُ اللِّسَانِ ، وَهُمْ أَعْرَفُ بِمَوْضُوعَاتِ اللُّغَةِ ، وَأَعْلَمُ بِلِسَانِ الْعَرَبِ .

“Walimah’: nama acara makan-makan untuk pernikahan secara khusus, tidak untuk menamai acara selain pernikahan. Demikian pula dihikayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dari Tsa’lab dan lainnya dari kalangan ahli bahasa Arab. Sebagian ulama’ fikih dari teman-teman kami (madzhab Hanbali, pen) dan lainnya (seperti Asy-Syafi’i, pen) berpendapat bahwa ‘walimah’ itu untuk acara makan-makan untuk segala kejadian yang menggembirakan, hanya saja pemakaian kata ‘walimah’ itu lebih banyak pada acara makan-makan untuk pernikahan. Dan pendapat ahli bahasa Arab itu lebih kuat, karena mereka lebih mengerti lisan kita. Mereka lebih mengerti tentang pemakaian bahasa dan lebih mengetahui tentang lesan orang Arab.” (Al-Mughni: 15/486).

Selain ‘walimah’, bangsa Arab juga mengenal berbagai macam acara jamuan atau pesta makanan.

Al-Allamah Abul Hasan al-Mirdawi al-Hanbali (wafat tahun 885 H) rahimahullah berkata:

الأطعمة التي يدعى إليها الناس عشرة. الأول: الوليمة وهي طعام العرس. الثاني: الحذاق وهو الطعام عند حذاق الصبي أي معرفته وتمييزه وإتقانه. الثالث: العذيرة والإعذار لطعام الختان. الرابع: الخرسة والخرس لطعام الولادة. الخامس: الوكيرة لدعوة البناء. السادس: النقيعة لقدوم الغائب. السابع: العقيقة وهي الذبح لأجل الولد على ما تقدم في أواخر باب الأضحية. الثامن المأدبة وهو كل دعوة لسبب كانت أو غيره. التاسع الوضيمة وهو طعام المأتم. العاشر التحفة وهو طعام القادم.

“Jamuan makan yang mana manusia diundang untuk menghadirinya ada 10. Yaitu: Pertama: walimah, yaitu jamuan acara pernikahan. Kedua: hidzaq, yaitu jamuan ketika seorang anak telah mahir atau tamyiz. Ketiga: adzirah atau i’dzar yaitu jamuan makan untuk khitanan. Keempat: khursah atau khurs untuk jamuan kelahiran. Kelima: wakirah yaitu undangan jamuan setelah membangun (rumah). Keenam: naqi’ah yaitu jamuan untuk kedatangan dari safar. Ketujuh: aqiqah yaitu penyembelihan untuk anak menurut keterangan yang terdahulu dalam akhir Bab kurban. Kedelapan: ma’dubah yaitu setiap undangan jamuan dengan sebab atau tanpa sebab. Kesembilan: wadlimah yaitu jamuan untuk musibah. Kesepuluh: tuhfah yaitu jamuan untuk tamu yang datang.” (Al-Inshaf fi Ma’rifatir Rajih minal Khilaf: 8/233).

Sedangkan ulama lain dari kalangan Syafi’iyah menambahkan kata ‘walimah’ pada acara-acara tersebut. Sehingga mereka menyatakan walimah 'urs, walimah khurs, walimah adzirah, walimah naqi’ah, walimah wakirah dan sebagainya. Lihat al-Hawi fi Fiqhisy Syafi’i lil Mawardi: 9/555.

قَالَ الشَّافِعِيُّ ، رَحِمَهُ اللَّهُ : " الْوَلِيمَةُ الَّتِي تُعْرَفُ : وَلِيمَةُ الْعُرْسِ ، وَكُلُّ دَعْوَةٍ عَلَى إِمْلَاكٍ أَوْ نِفَاسٍ أَوْ خِتَانٍ أَوْ حَادِثِ سُرُورٍ ، فَدُعِيَ إِلَيْهَا رَجُلٌ ، فَاسْمُ الْوَلِيمَةِ يَقَعُ عَلَيْهَا

Imam as-Syafi’i berkata “Walimah yang dikenal (dalam islam) adalah walimah ‘Urs dan setiap jamuan yang diadakan atas dasar mendapatkan sesuatu, persalinan, khitanan atau kebahagiaan yang baru diperoleh kemudian jamuan tersebut dijadikan undangan maka nama walimah layak disematkan padanya”. [Al-Haawy fii Fiqh as-Syaafi’i IX/555]

ويقال لدعوة الختان إعذار ولدعوة الولادة عقيقة ولسلامة المرأة من الطلق خرس وقيل الخرس لطعام الولادة ولقدوم المسافر نقيعة ولإحداث البناء وكيرة ولما يتخذ للمصيبة وضيمة ولما يتخذ بلا سبب مأدبة

Jamuan khitanan disebut “ I’DZAR ”, Jamuan kelahiran disebut “ AQIQAH “, jamuan terselamatkannya wanita dari jatuhnya talak disebut “ KHARS “ namun pendapat lain menyatakan khars adalah jamuan untuk kelahiran anak, Jamuan sampainya seseorang dari bepergian disebut “ NAQI’AH “, Jamuan seusai membangun rumah disebut “ WAKIIRAH “, jamuan selamat dari bencana disebut “ WADHIMAH “, dan jamuan yang diadakan tanpa alasan disebut “ MA’DABAH “. [Raudhah at-Thoolibiin III/64]

وَالْوَلَائِمُ سِتٌّ : وَلِيمَةُ الْعُرْسِ : وَهِيَ الْوَلِيمَةُ عَلَى اجْتِمَاعِ الزَّوْجَيْنِ . وَوَلِيمَةُ الْخُرْسِ : وَهِيَ الْوَلِيمَةُ عَلَى وِلَادَةِ الْوَلَدِ . وَوَلِيمَةُ الْإِعْذَارِ : وَهِيَ الْوَلِيمَةُ عَلَى الْخِتَانِ . وَوَلِيمَةُ الْوَكِيرَةِ : وَهِيَ الْوَلِيمَةُ عَلَى بِنَاءِ الدَّارِ . قَالَ الشَّاعِرُ : كُلُّ الطَّعَامِ تَشْتَهِي رَبِيعَةُ الْخُرْسُ وَالْإِعْذَارُ وَالْوَكِيرَهْ وَوَلِيمَةُ النَّقِيعَةِ : وَهِيَ وَلِيمَةُ الْقَادِمِ مِنْ سَفَرِهِ ، وَرُبَّمَا سَمُّوا النَّاقَةَ الَّتِي تُنْحَرُ لِلْقَادِمِ نَقِيعَةً ، قَالَ الشَّاعِرُ : إِنَّا لَنَضْرِبُ بِالسُّيُوفِ رُءُوسَهُمْ ضَرْبَ الْقُدَارِ نَقِيعَةَ الْقُدَّامِ وَوَلِيمَةُ الْمَأْدُبَةِ : هِيَ الْوَلِيمَةُ لِغَيْرِ سَبَبٍ . فَإِنَّ خُصَّ بِالْوَلِيمَةِ جَمِيعُ النَّاسِ سُمِّيَتْ جَفَلَى ، وَإِنْ خُصَّ بِهَا بَعْضُ النَّاسِ ، سُمِّيَتْ نَقَرَى

Macam Walimah yang dikenal dalam Islam ada enam:

1. Walimah ‘Urs : Walimah yang diadakan atas dasar pertemuan dua insan dalam membentuk rumah tangga
2. Walimah Khurs : Walimah yang diadakan atas dasar lahirnya seorang anak atau setelah selesai masa nifas
3. Walimah I’dzar : Walimah yang diadakan atas dasar khitanan
4. Walimah Wakirah : Walimah yang diadakan atas dasar membangun rumah
5. Walimah Naqi’ah : Walimah yang diadakan atas dasar kedatangan seseorang dari bepergian
6. Walimah Ma’dabah : Walimah yang diadakan atas dasar tanpa sebab. Bila undangan walimah tersebut mencakup semua lapisan masyarakat dinamakan ‘JAFLA’, bila hanya sebatas kalangan tertentu saja dinamakan ‘NAQRA’. [Al-Haawy fii Fiqh as-Syafi’i IX/555)]. Wallahu a'lam

Demikianlah Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar