MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 02 Maret 2023

KAJIAN TENTANG TRADISI RUWAHAN DI BULAN SYA'BAN MENURUT ISLAM

Saat ini kita berada di bulan Sya’ban atau orang jawa menyebutnya dengan bulan Ruwah. Pada bulan ini ada tradisi yang diuri-uri kelestariaannya sampai sekarang dan masih dijalankan terutama di daerah pinggiran atau pedesaan. Orang mengenalnya sebagai tradisi Ruwahan atau Arwahan yaitu tradisi yang berkaitan dengan pengiriman arwah orang-orang yang telah meninggal dengan cara dido’akan bersama dengan mengundang tetangga kanan kiri yang pulangnya mereka diberi ”berkat” sebagai simbul rasa terima kasih.

Tradisi masyarakat Nusantara tak luput dari sejarah nenek moyang, dan bentuk akulturasi yang dilakukan Wali Songo. Para wali menyebarkan Islam tak semerta-merta menghapus budaya sudah mengakar kuat, namun menyatukannya dengan ajaran-ajaran Islam. Ajaran Islam yang dikenalkan Wali Songo tidak kaku, sehingga masyarakat indonesia saat itu yang menganut agama hindu dan budha dapat menyerap dan menerima dengan mudah sehingga memeluk islam.

Banyak kegiatan turun temurun atau tradisi yang dilaksanakan oleh umat islam nusantara khususnya di Pulau Jawa di bulan sya'ban ini, tujuanya adalah untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan. Biasanya kegiatan mulai dilaksanakan pada pertengahan bulan atau tanggal 15 Sya’ban hingga akhir bulan.

Di beberapa wilayah Jawa Tradisi ini dinamakan Ruwahan, kegiatanya beragam, diantaranya adanya tawaqufan (istirahat sementara) kegiatan rutin keagamaan seperti ta'lim, menggelar doa bersama di mushalla atau masjid atau dikenal dengan nisfu sya’ban, acara tarhib ramadhan dan bahkan beberapa lembaga pendidikan mengadakan pawai ta’aruf, ada yang menggelar bersih desa, selamatan, ziarah kubur hingga ada mandi besar atau disebut padusan.

Makna Ruwahan yang jatuh pada tanggal 15 Sya’ban adalah mengadopsi dari budaya Yaman yaitu Haulnya Nabi Hud di negeri Yaman itu jatuhnya bulan Sya’ban. Sya’ban bahasa jawanya ruwah, terus walisongo kalau doa dibarengkan di bulan Ruwah. Namanya Ruwahan maksudnya terkait alam ruh (doa arwah). Nabi Hud itu orang Yaman, Yaman dulu bernama 'Ad sebagaimana di jelaskan dalam Al Qur’an,

وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًۭا ۚ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۖ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا مُفْتَرُونَ

"Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada." (QS. Hud : 50)

Kaumnya nabi Hud itu sekarang ikut Ahqof, ahqof itu di negeri Yaman, dan makamnya nabi Hud berada di Yaman. Dulu namanya 'Ad, ketika dihancurkan jadi kota mati, terus disebut kota Hadramaut. Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memang disebut Yaman, tafa’ul, Yaman itu artinya kanan, kanan itu artinya hal yang baik, sejak itu nama Hadramaut dihilangkan.karena kenangannya kota horror atau kota mati. Namun kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendokan akan keberkahan atasnnya.

Dari Ibnu Umar, Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam berdoa,

اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا قالوا وفي نجدنا قال اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا

“Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam kami. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Yaman kami” (HR. Al-Bukhari dan Ahmad)

Awal mula Sya'ban disebut menjadi Ruwah sebab sayyid-sayyid yang alim itu mengatakan Ruh itu bentuk jama'nya Arwah, karena lidah orang Jawa jadinya Ruwah, makanya setiap bulan Ruwah di gunakan untuk kirim do’a.

Yang patut dipahami bahwa doa dari orang yang hidup kepada orang yang mati itu bermanfaat. Dalil yang mendukungnya adalah firman Allah,

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al Hasyr: 10).

Ayat di atas menunjukkan bahwa di antara bentuk kemanfaatan yang dapat diberikan oleh orang yang masih hidup kepada orang yang sudah meninggal dunia adalah do’a. Ayat ini mencakup umum, yaitu ada doa yang ditujukan pada orang yang masih hidup dan orang yang telah meninggal dunia.

Dari Ummu Darda’, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Do’a seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisi orang yang akan mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: “Amin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” (HR. Muslim no. 2733). 

Meskipun hadits ini disebutkan oleh Ummu Darda’ ketika ia meminta do’a pada Abu Az-Zubair saat ia mau pergi berhaji, namun kandungan makna dari hadits tersebut bisa diamalkan. Ummu Darda’ berkata pada Abu Zubair,

فَادْعُ اللَّهَ لَنَا بِخَيْرٍ فَإِنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقُولُ

“Berdo’alah pada Allah untuk kami agar memperoleh kebaikan karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda … (disebutkan hadits di atas).”

Dalam riwayat lain Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,

ما الميت في القبر إلا كالغريق المتغوث ينتظر دعوة تلحقه من أب أو أم أو أخ أو صديق فإذا لحقته كانت أحب إليه من الدنيا وما فيها ، وإن الله ليدخل على أهل القبور من دعاء أهل الأرض أمثال الجبال – يعني من الرحمة -وأن هدية اﻷحياء إلى اﻷموات اﻹستغفار لهم

“Seorang mayat di dalam kuburnya itu tidak lain seperti orang tenggelam yang minta pertolongan. Dia menanti-nanti doa ayah, ibu, anak, dan kawan yang tepercaya. Apabila doa itu sampai kepadanya, maka itu lebih ia sukai daripada dunia berikut segala isinya. Dan sesungguhnya Allah menyampaikan doa penghuni dunia untuk ahli kubur sebesar gunung. Adapun hadiah orang-orang yang hidup kepada orang-orang mati ialah memohon istighfar kepada Allah untuk mereka dan bersedekah atas nama mereka." (HR Ad-Dailami).

Dari penjelasan ini semoga dapat dipahami dan mudah dimengerti bahwa budaya yang sudah turun temurun di bulan Ruwah dengan tradisi ruwahan, nyadran dan sejenisnya adalah tradisi islam yang ada di Jawa dan Nusantara tidak bertentangan dengan ajaran islam meskipun mengadopsi dari budaya yang ada sebelumnya. Hal itu juga pernah dilakukan oleh Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam misalnya ketika melakukan puasa di tanggal 10 Muharram (Yaum 'Asyura) dimana itu adalah hari yang dimuliakan umat yahudi, pelaksanaan aqiqah adalah kebiasaan kaum jahiliah sebelum islam, juga thawaf yang sebelumnya juga cara ibadah kaum musyrik Makkah dalam menyembah berhala. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat.  Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar