MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Selasa, 14 Februari 2023

KAJIAN TENTANG BENARKAH QUNUT SHUBUH DITINGGALKAN NABI?

Harus diakui sesungguhnya tidak semua muslim memahami bahwa doa qunut itu ada tiga macam. *Pertama,* doa Qunut Nazilah, yaitu doa yang dibacakan setelah ruku’ (i’tidal) pada rakaat terakhir shalat. Hukumnya sunnah hai’ah (kalau lupa tertingal tidak disunatkan bersujud sahwi). Qunut Nazilah dilaksanakan karena ada peristiwa (mushibah) yang menimpa, seperti bencana alam, flu burung, pandemi corona dan lainnya. Qunut Nazilah ini mencontoh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memanjatkan doa qunut nazilah selama satu bulan atas mushibah terbunuhnya qurra’ (para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang hafal Al-Qur’an) di Sumur Ma'unah (Bi'ru Ma'unah). Sebagaimana riwayat hadits,

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَاصِمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُا مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَدَ عَلَى سَرِيَّةٍ مَا وَجَدَ عَلَى السَّبْعِينَ الَّذِينَ أُصِيبُوا يَوْمَ بِئْرِ مَعُونَةَ كَانُوا يُدْعَوْنَ الْقُرَّاءَ فَمَكَثَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى قَتَلَتِهِمْ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Ashim ia berkata, aku mendengar Anas mengtaakan, "Belum pernah aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  sedemikian murkanya karena kehilangan pasukannya, sebagaimana kemurkaan beliau ketika kehilangan tujuh puluh sahabatnya yang terbantai pada peristiwa Bi'ru Ma'unah, ketujuh puluh sahabat tersebut digelari Qurra` (para Ahlul Qur'an), oleh karena itu selama sebulan penuh beliau mendoakan kecelakaan kepada kaum yang telah membunuhnya." (HR. Muslim no.1090, Ahmad no.11644-11645)

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ ثُمَّ تَرَكَهُ

Dari Anas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  melakukan doa "Qunut" selama sebulan, beliau mendoakan kebinasaan terhadap sejumlah penduduk dusun Arab, setelah itu beliau meninggalkannya." (HR. Muslim no.1092, Bukhari no.948, 2934, 3780)

Juga perlu diketahui qunut nazilah inilah yang pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam selama sebulan dan kemudian beliau tinggalkan setelah turun wahyu QS. Ali Imran : 128 sebagaimana hadits,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ أَوْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ قَنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فَرُبَّمَا قَالَ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ الْوَلِيدِ وَسَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ وَعَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ وَاجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ قَالَ يَجْهَرُ بِذَلِكَ وَيَقُولُ فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا حَيَّيْنِ مِنْ الْعَرَبِ حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ }

Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Bahwasanya Rasulullah ﷺ jika ingin mendoakan kecelakaan kepada seseorang atau berdoa keselamatan kepada seseorang beliau selalu qunut setelah rukuk." Kira-kira ia berkata, "Jika beliau mengucapkan, "SAMI'ALLAHU LIMAN HAMIDAH, " beliau berdoa, "Wahai Rabb kami bagi-Mu segala pujian, Ya Allah selamatkanlah Al Walid bin Al Walid, salamah bin 'Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan orang-orang lemah dari kaum mukminin, Ya Allah keraskanlah hukuman-Mu atas Mudlor, dan timpakanlah kepada mereka tahun-tahun paceklik sebagaimana tahun-tahun pada masa Yusuf." Abu Hurairah berkata, dan beliau mengeraskan bacaan tersebut, beliau juga membaca pada salat-salat yang lainnya, beliau membaca dalam salat Subuh, "Ya Allah, laknatlah si fulan dan si fulan dari penduduk Arab." Sampai akhirnya Allah 'Azza wa Jalla mewahyukan kepada beliau, 

لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ

"Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) apakah Allah menerima tobat mereka, atau mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim." [QS. Ali Imran : 128] (HR. Bukhari no.762, Muslim no.1082-1083, Ahmad no.7153 dan lainnya)

Dengan turunnya QS. Ali Imran : 128 tersebut Allah Ta'ala tidak memerintahkan dalam berdoa melaknat orang lain, kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkannya dan kemudian ulama melarang berdoa dengan melaknat.

*Kedua,* qunut shalat witir. Menurut pengikut Imam Abu Hanifah (hanafiyah) qunut witir dilakukan dirakaat yang ketiga sebelum ruku’ pada setiap shalat sunnah witir. Menurut pengikut Imam Ahmad bin Hambal (hanabilah) qunut witir dilakukan setelah ruku’. Menurut Pengikut Imam Syafi’i (syafi’iyyah) qunut witir dilakukan pada akhir shalat witir setelah ruku’ pada separuh kedua bulan Ramadlan. Akan tetapi menurut pengikut Imam Malik qunut witir tidak disunnahkan.

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ السَّلُولِيِّ عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي قُنُوتِ الْوَتْرِ اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abu Ishaq dari Buraid bin Abu Maryam As Saluli dari Abu Al Haura` dari Al-Hasan bin Ali berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku beberapa kalimat yang aku ucapkan ketika dalam qunut shalat Witir, 

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

(Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku perlindungan sebagaimana orang yang Engkau beri perlindungan, sayangilah aku sebagaimana orang yang Engkau sayangi dan berilah berkah padaku pada apa yang Engkau berikan, dan jauhkanlah aku dari kejelekan takdir yang Engkau tentukan, sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan putusan dan tidak ada orang yang memutuskan putusan kepada-Mu. Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau bela. Mahasuci Engkau Wahai Tuhan kami, dan Maha Tinggi Engkau." (HR. Ahmad no.1625, 1631, 1637, An-Nasa'i no.1725, 1726, Ad-Darimi no.1545)

*Ketiga,* qunut shubuh yaitu doa qunut pada raka’at kedua setelah ruku' dalam shalat Shubuh. Menurut pengikut Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanafi) dan Imam Ahmad (Madzhab Hambali) doa qunut shalat Shubuh hukumnya tidak disunnahkan karena hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau pernah melakukan doa qunut pada saat shalat Fajar selama sebulan kemudian ditinggalkan sebagaimana hadits,

رَوَى ابنُ مَسْعُوْدٍ: أَنَّهُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَنَتَ فِيْ صَلاَةِ الفَجْرِ شَهْراً ثُمَّ تَرَكَهُ

“Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud: Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam  telah melakukan doa qunut selama satu bulan untuk mendoakan atas orang-orang Arab yang masih hidup, kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam  meninggalkannya.” (HR. Muslim)

Dalil hadits yang dipakai sandaran Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal tidak ada kesunahan qunut shubuh adalah dalil qunut nazilah yang ditinggalkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam setelah turun wahyu surat Ali Imran ayat 128 terkait larangan melaknat saat berdoa karena urusan azab atau ampunan adalah urusan Allah Ta'ala.

Menurut pengikut Imam Malik (Malikiyyah) doa qunut shalat Shubuh hukumnya sunnah tetapi disyaratkan pelan saja (sirr). Begitu juga menurut Syafi’iyyah hukumnya sunnah ab’adh (kalau lupa tertinggal disunatkan sujud sahwi). Malikiyyah (Madzhab Malik bin Anas) berpendapat kesunnahannya bersifat sesekali saja.

Kita mengetahui bahwa mayoritas muslim indonesia mengikuti jalan yang ditunjukkan (adzhab) Imam Syafi'i. Artinya shalat shubuh disunnahkan membaca qunut dengan berlandaskan hadits,

عَنْ مُحَمَّدٍ بْنِ سِيْرِيْن قَالَ قُلْتُ لأَنَسٍ هَلْ قَنَتَ رَسُولُ اللهِ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ قَالَ نَعَمْ بَعْدَ الرُّكُوعِ يَسِيرًا.

“Dari Muhammad bin Sirin, berkata, “Aku bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah Shalallahu ’alaihi wa sallam membaca qunut dalam shalat shubuh?” Beliau menjawab: “Ya, setelah ruku’ sebentar.” (HR. Muslim)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا.

“Dari Anas bin Malik, berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi  wa sallam terus membaca qunut dalam shalat fajar (shubuh) sampai meninggalkan dunia.”(HR. Ahmad dan Baihaqi)

Imam Nawawi  berkata, “Hadits diatas shahih, diriwayatkan oleh banyak kalangan huffazh dan mereka menilainya shahih. Di antara yang memastikan keshahihannya adalah Al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi, al-Hakim Abu Abdillah dalam beberapa tempat dalam kitab-kitabnya dan al-Baihaqi. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh al-Daraquthni dari beberapa jalur dengan sanad-sanad yang shahih.” (Majmu' Syarh Al-Muhadzdzab juz 3 hal.504)

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ فٍي الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam  qunut pada shalat Subuh”. (HR. Ibnu Abi Syaibah)

قَنَتَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَبُوْ بَكْرٍ وَعُمْرَ وَعُثْمَانَ وَأَحْسِبُهُ وَرَابِعٌ حَتَّى فَارَقْتُهُمْ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berqunut demikian juga Abu Bakar, ‘Umar dan ‘Utsman, dan saya (rawi) menyangka “dan keempat” sampai saya berpisah dengan mereka.”(HR. Daraquthni dari Anas)

Imam Al-Qurthubi mengomentari hadits diatas ”Yang kuat diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah berqunut, diriwayatkan Daruquthni dengan isnad shahih.” (Badrul Munir 3/624)

صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَخَلْفَ عُمَرَ فَقَنَتَ وَخَلْفَ عُثْمَانَ فَقَنَتَ

“Saya shalat di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau qunut, dan dibelakang ‘umar lalu beliau qunut dan di belakang ‘Utsman lalu beliau qunut.” (HR. Baihaqi dari Anas)

مَا زَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِيْ صَلاَةِ الْصُبْحِ حَتَّى مَاتَ

“Terus-menerus Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam qunut pada shalat Subuh sampai beliau meninggal.”(HR. Ibn Jauzi)

عن ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعلم هذا الدعاء يعني اللهم اهدني إلى آخره ليدعوا به في القنوت في صلاة الصبح [رواه البيهقي]

“Dari lbnu Abbas ra. bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada para sahabat do'a Allahumma ihdini ... dst. agar dibaca dalam qunut shalat Shubuh”. (HR. Baihaqi)

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا رفع رأسه من الركوع في صلاة الصبح في الركعة الثانية رفع يديه فيدعو بهذا الدعاء : اللهم اهدني فيمن هديت ..... [رواه الحاكم]

“Apabila Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  sudah mengangkat kepalanya dari ruku’ ketika shalat shubuh pada rakaat yang kedua, maka beliau mengadahkan kedua tangannya kemudian membaca do’a : Allahumma ihdini fi man hadait .... dan seterusnya”. (HR. Hakim)

Dalam kitab Fiqih ala Madzahibil Arba’ah juz I hal 244 disebutkan,

الشافعية قالوا : سنن الصلاة الداخلة فيها تنقسم إلى قسمين قسم يسمونه بالهيئات وقسم يسمونه بالأبعاض فأما الهيئات فلم يحصروها في عدد خاص .......... وعدد الأبعاض عشرون  - 1 القنوت في اعتدال الركعة الأخيرة من الصبح ومن وتر النصف الثاني من رمضان أما القنوت عند النازلة في أي صلاة غير ما ذكر فلا يعد من الأبعاض وإن كان سنة.

“Ulama Syafi’iyyah berkata : Amalan sunnat di dalam shalat itu ada dua bagian yakni : sunnat hai’at dan sunnat Ab’adl. Bilangan sunnat Abl’adl ada dua puluh : (1) Membaca Do’a Qunut pada I’tidal rakaat akhir shalat shubuh dan ketika shalat witir pada separo yang akhirdi bulan Ramadlan. Adapun Qunut Nazilah pada setiap shalat selain shubuh dan witir Ramadlan tidak termasuk Sunnat Ab’adl walaupun status hukumnya tetap sunnat.

Kemudian pada hal : 248 disebutkan,

الحنابلة قالوا : سنن الصلاة ثمان وستون وهي قسمان قولية وفعلية، فالقولية اثنتا عشرة، وهي دعاء الاستفتاح والتعوذ قبل القراءة والبسملة ...... إلى أن قال : والقنوت في الوتر جميع السنة 

“Ulama Hanabilah mengatakan : amalan sunnat di dalam shalat itu ada enam puluh delapan, terbagi menjadi dua : Sunnah Qouliyah dan Sunnah Fi’liyah. Sunnah qouliyah ada dua belas : Do’a Iftitah, Ta’awwudz sebelum baca Fatihah, Basmalah, ..... sampai kata-kata Mushonnif : dan membaca qunut pada shalat witir sepanjang tahun”.

Kesimpulannya, ketika interpretasi sebagian ulama bertentangan dengan pendapat ulama lainnya dan makna teks tersurat (dzahirun nashs) hadits, maka yang ditetapkan (taqrir) adalah hukum yang sesuai dengan pendapat ulama yang berdasrkan teks tersurat hadits shahih. Jadi, hukum doa qunut pada shalat Shubuh adalah sunnah ab’adh, yakni ibadah sunnah yang jika lupa tertinggal mengerjakannya disunahkan melakukan sujud sahwi. Namun demikian kita harus tetap menghargai pendapat pihak lain yang tidak mengamalkannya. Wallahu a’lam

Demikian Asimun Mas'ud  menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*و الله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar