Sabtu, 06 Juni 2020
KAJIAN TENTANG USIA NABI IBRAHIM SAAT BERKHITAN
Selain sudah menjadi sebuah tradisi, khitan atau sunat juga merupakan salah satu perintah dalam agama Islam khususnya bagi kaum laki-laki. Jumhur ulama bersepakat bahwa khitan bagi laki-laki hukumnya adalah wajib, sedangkan bagi perempuan hukumnya sunah.
Al-Khitan diambil dari bahasa Arab kha-ta-na, yaitu memotong. Sebagian ahli bahasa mengkhususkan lafadz khitan untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut dengan khifadh. (Lisanul Arab (13/137), Tartibul Qamus (2/15)
Adapun dalam istilah syariat, dimaksudkan dengan memotong kulit yang menutupi kepala zakar bagi laki-laki, atau memotong daging yang menonjol di atas vagina, disebut juga dengan klitoris bagi wanita. (Tharhut Tatsrib, Iraqi (2/75), Fathul Bari, Ibnu Hajar (10/340)
Khitan merupakan salah satu ajaran yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Ibrahim 'alaihis sallam untuk dilaksanakan, disebut sebagai “kalimat” (perintah dan larangan). Beliau 'alaihis sallam telah menjalankan perintah tersebut secara sempurna, sehingga beliau dijadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai panutan dan imam seluruh alam. Dalam surat al Baqarah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: “JanjiKu (ini) tidak mengenai orang-orang yang lalim”. (QS. Al-Baqarah : 124).
Khitan termasuk fitrah yang disebutkan dalam hadits shahih. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
الفِطْرَةُ خَمْسُ : الخِتَانُ وَالاسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَتَقْلِيْمُ الأَظْفَارِ وَقَصُّ الشَّارِبِ
“Lima dari fitrah yaitu khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis”. (HR. Muslim dalam Minhaj (1/541) dan Bukhari dalam Fathul Bari (10/334)
Yang pertama kali berkhitan adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Dan banyak riwayat serta penjelasan ‘Ulama tentang hal itu.
ذَكر بعض الفقهاء: أن أول من ختن من الرجال إبراهيمُ صلى الله عليه وسلم ومِن الإناث هاجر – رضي الله تعالى عنها
Disebutkan oleh sebagian ‘Ulama; “Sejatinya yang pertama kali di-khitan dari kalangan laki-laki adalah (Nabi) Ibrahim shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan yang pertama kali dikhitan dari kalangan wanita adalah Hajar radhiallahu ‘anha” (Tuhfatul Muhtaj 9/199)
Diantara dalil yang mendukung adalah apa yang dinukil oleh Imam Malik dalam Muwatho’
ما رواه مالك في الموطأ، قال: عن يحيى بن سعيد، عن سعيد بن المسيب أنه قال: كان إبراهيم صلى الله عليه وسلم أول الناس ضيَّف الضيف، وأول الناس اختتن، وأول الناس قص الشارب، وأول الناس رأى الشيب، فقال: يا رب، ما هذا؟ فقال الله – تبارك وتعالى -: وقار يا إبراهيم، فقال: رب زدني وقارًا
Sa’id bin Musayyab rahimahullah mengatakan, Nabi Ibrahim adalah orang pertama yang menjamu tamu, orang pertama yang berkhitan, orang pertama yang mencukur kumis, dan orang pertama yang beruban (melihat uban). (Al-Muwatho’ 2/922, Qashash Al-Anbiya' hal.223)
Ibnu ‘Adiy pun menukilkan dalam kitabnya 2 hadits yang saling mendukung;
إن إبراهيم أول من أضاف الضيف، وأول من قص الشارب، وأول من رأى الشيب، وأول من قص الأظافر، وأول من اختتن بقدومه ابن عشرين ومائة سنة
Sejatinya Nabi Ibrohim adalah orang pertama yang menjamu tamu, orang pertama yang memotong kumis, orang pertama yang beruban, orang pertama yang memotong kuku, orang pertama yang berkhitan saat beliau berusia 120 tahun. (Al-Kamil li Ibni ‘Adiy 4/194)
كان إبراهيم أول من اختتن، وهو ابن عشرين ومائة سنة، فاختتن بالقدوم، ثم عاش بعد ذلك ثمانين سنة
Nabi Ibrahim adalah orang pertama yang dikhitan, dan usianya kala itu 120 tahun, ia dikhitan dengan menggunakan qodum (sejenis pisau), lalu hidup setelahnya selama 80 tahun. (Al-Kamil li Ibni ‘Adiy
4/183)
Syaikh Sayid Sabiq mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al Qodum di sini adalah alat untuk memotong kayu (kapak) atau suatu nama daerah di Syam. (Lihat Fiqh Sunnah, 1/37)
Namun 2 hadits diatas secara sanad dilemahkan oleh sebagian ‘Ulama. Sedangkan yang shahih adalah riwayat Abu Hurairah dalam Shahih Bukhari, namun tidak dengan lafal orang pertama yang berkhitan,
اخْتَتَنَ إِبْرَاهِيمُ بَعْدَ ثَمَانِينَ سَنَةً وَاخْتَتَنَ بِالْقَدُومِ
“(Nabi) Ibrahim berkhitan setelah berusia delapan puluh tahun dan beliau khitan dengan menggunakan sejenis pisau” (HR Bukhari no.5824)
Namun Imam Al-Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya tentang kesepakatan para ‘Ulama;
وقال القرطبي: أجمع العلماء على أن إبراهيم أول من اختتن
“Para ‘Ulama telah bersepakat bahwa Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam adalah orang yang pertama kali di-khitan” (Tafsir Al-Qurthubi 2/98)
Ibnu Abdil Barr pun juga menjelaskan tentang kesepakatan para ‘Ulama bahwa (Nabi) Ibrahim ‘alaihis salam sebagai orang pertama yang di-khitan (At-Tamhid 21/59)
Khitan sebetulnya adalah merupakan suatu ajaran yang sudah ada semenjak Islam belum lahir, dalam kitab Mugni al-Muhtaj dikatakan bahwa orang laki-laki yang pertama kali melakukan khitan adalah Nabi Ibrahim as. Dan orang wanita yang melakukan khitan pertama kali adalah Siti Hajar istri Nabi Ibrahim as. (Muhammad al-Khatib as-Syarbini, Mughni al Muhtaj Ila Ma’rifat al Ma’ani al Fadhul Minhaj , Juz V, Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiah ,1995, hal. 540). Wallahu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
http://mwcnucipayung.blogspot.com/2018/02/dalil-quran-dan-sunnah-hadits-tentang.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar