MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Selasa, 09 April 2024

KAJIAN TENTANG HUKUM PENGGUNAAN DANA KAS MASJID UNTUK JAMUAN NGOPI DAN KEPENTINGAN LAINNYA

Dewasa ini sering kali terjadi cekcok antara pengurus masjid atau biasa kita sebut takmir mengenai uang kotak amal yang menjadi pemasukan pasti. Biasanya para takmir kebingungan mengenai pengalokasian uang tersebut. Terlebih uangnya milik Masjid. Sehingga mereka perlu mengatur dan melakukan penanganan secara khusus supaya tindakan mereka tidak menyalahi syariat Islam.

Masjid dan Musholla sudah maklum menjadi kegiatan keagamaan sentral di masyarakat. Seringkali kegiatan PHBI seperti perayaan Maulidin Nabi, Isra' Mi'raj dan lainnya di masjid atau Musholla mengadakan rapat-rapat demi suksesnya acara PHBI yang di peringati. Sering juga kegiatan Maulidin Nabi atau rapat-rapat persiapanya menggunakan dana Kas masjid atau Musholla untuk membiayai kegiatan tersebut.

Bolehkah penggunaan kas Masjid atau Musholla untuk membiayai kegiatan Maulid atau rapat-rapat persiapanya?

Jawabnya boleh, jika kas tersebut untuk kemaslahatan Masjid dan masih mempertimbangkan mana yang lebih penting dalam penggunaan kas tersebut.

Adapun referensi ibarohnya sebagai berikut,

بغية المسترشدين – (1 / 132)

، ويجوز بل يندب للقيم أن يفعل ما يعتاد في المسجد من قهوة ودخون وغيرهما مما يرغب نحو المصلين ، وإن لم يعتد قبل إذا زاد على عمارته.

"Diperbolehkan bahkan disunnahkan bagi takmir melakukan sesuatu yang biasa dilakukan di masjid, seperti menyediakan kopi, rokok dan sesuatu yang disukai para jama’ah walaupun hal ini tidak dibiasakan sebelumnya apabila uang kas ini sudah melebihi untuk pembangunan masjid." (Bughyah Al-Mustarsyidin juz 1 hal.132).

فتح الاله المنان ص 150

الموقوف على مصالح المساجد كما في مسئلة السؤال يجوز الصرف فيه البناء والتجصيص المحكم وفي أجرة القيم والمعلم والإمام والحصر والدهن وكذا فيما يرغب المصلين من نحو قهوة وبخور يقدم من ذلك الأهم فالأهم وعليه فيجوز الصرف في مسئلة السؤال لما ذكره السائل اذا فضل من عمارته ولم يكن ثم ما هو أهم منه من المصالح

"Barang yang diwakafkan untuk kemaslahatan masjid seperti yang terjadi pada pertanyaan boleh di pergunakan untuk membangun, memperkuat masjid dan juga untuk membayar takmir, pengajar, imam, membeli karpet, minyak dan segala sesuatu yang disukai oleh paara jama’ah seperti kopi dan rokok. dalam hal ini juga harus mempertimbangkan mana yang lebih penting." (Fath Al-Ilaah Al-Mannaan hal.150).

Sebagaimana juga telah dijelaskan dalam kitab Hasyiah Qulyubi wa Umairah,

حاشية قليوبي وعميرة – (10 / 42)

فُرُوعٌ : عِمَارَةُ الْمَسْجِدِ هِيَ الْبِنَاءُ وَالتَّرْمِيمُ َوالتجْصِيصُ الاَحْكَامِ وَالسَّلَالِمُ وَالسَّوَارِي وَالْمَكَانِسُ وَالْبَوَارِي لِلتَّظْلِيلِ أَوْ لِمَنْعِ صَبِّ الْمَاءِ فِيهِ لِتَدْفَعَهُ لِنَحْوِ شَارِعٍ وَالْمَسَّاحِي وَأُجْرَةُ الْقَيِّمِ وَمَصَالِحِهِ تَشْمَلُ ذَلِكَ ، وَمَا لِمُؤَذِّنٍ وَإِمَامٍ وَدُهْنٍ لِلسِّرَاجِ وَقَنَادِيلَ لذلك 

Cabang : “Yang tergolong pemakmuran masjid ialah pembangunan (masjid) itu sendiri, perenovasian, plesteran untuk tiang, dan tangga, sapu, dan atap untuk berteduh atau untuk menghalangi air mengalir ke dalam sehingga terdorong keluar ke jalanan. Bayaran qayyim dan kemaslahatannya tercakup juga. Uang untuk muazin, imam, dan minyak untuk penerangan.” (Hasyiah Qulyubi wa 'Umairah juz 10 hal.40).

واعلم أن أموال المسجد تنقسم على ثلاثة أقسام ، قسم للعمار كالموهوب والمتصدق به له وريع الموقوف عليه ، وقسم للمصالح كالموهوب والمتصدق به لها وكذا ريع الموقوف عليها وربح التجارة وغلة أملاكه وثمن ما يباع من أملاكه وكذا ثمن الموقوف عليه عند من جوز بيعه عند البلى والإنكسار وقسم مطلق كالموهوب والمتصدق به له مطلقا وكذا ريع الموقوف عليه مطلقا , وهذا التقسيم مأخوذ من مفهوم أقوالهم فى كتب القفه المعتبرة والمعتمدة ، والفرق بين العمارة والمصالح هو أن ما كان يرجع إلى عين الوقف حفظا وإحكاما كالبناء والترميم والتجصيص للإحكام والسلالم والسوارى والمكاسن وغير ذلك هو العمارة , أن ما كان يرجع إلى جميع ما يكون مصلحة وهذا يشمل العمارة وغيرها من المصالح كالمؤذن والإمام والدهن للسراج هو المصالح

"Dan ketahuilah, bahwa harta masjid (harta usaha masjid) itu terbagi menjadi tiga bagian: Bagian untuk kemakmuran (bagi hasil) seperti bagian untuk penerima harta hibah, pemilik harta sedekah (hibah) dan hasil pengelolaan) harta wakaf; 

Bagian untuk kepentingan bersama (kemaslahatan)  seperti pemberi harta hibah, orang yang dihibahkannya, serta hasil dari harta hibah, keuntungan perdagangan, hasil hartanya, dan harga barang yang dijual. harta miliknya, serta harga barang yang kepadanya boleh dijual bila sudah usang dan rusak;

Bagian bagi pemilik harta hibah dan penerima sedekah harta hibah secara mutlak, serta hasil yang diperolehnya secara mutlak. Pembagian ini diambil dari makna pernyataan mereka dalam kitab-kitab wakaf yang terpercaya dan terkuat, dan perbedaan antara kemakmuran dan kepentingan  (kemashlahatan) adalah apa yang dikembalikan kepada hakikat wakaf untuk pemeliharaan dan ketelitian, seperti bangunan, pemugaran, dan plesteran untuk perbekalan, tangga, tiang, keranjang, dan lain-lain, adalah bentuk memakmurkan  jika keberadaannya kembali kepada segala sesuatu yang menjadi kemashlahatan masjid termasuk dalam arti memakmurkan dan kepentingan lainnya, seperti (honor) muazin, imam, dan minyak untuk lampu (biaya PLN) merupakan kepentingan." (Hasiyah Qulyubi Juz 3, halaman 108).

الفتاوى الفقهية الكبرى) 6/ 208)

وأن المسجد حر يملك فلا يجوز التصرف فيه إلا بما فيه مصلحة تعود عليه أو على عموم المسلمين ، وأما مجرد المصلحة الخاصة فلا يكتفي بها في مثل ذلك فاتضح أنه لا يجوز إلا للمصلحة الخاصة بالمسجد أو العامة لعموم المسلمين ، ولا تتحقق تلك المصلحة إلا بتلك الشروط فلم نجوزه إلا بها ،

"Masjid itu bebas (umum) kepemilikannya, maka tidak boleh mentasarupkan (mempergunakan kas masjid) kecuali untuk kepentingannya atau kepentingan seluruh umat Islam. Sedangkan untuk kepentingan pribadi tidak cukup (tidak boleh) dalam hal ini tidak diperbolehkan kecuali untuk kepentingan masjid secara khusus atau kepentingan umum seluruh umat Islam, dan kepentingan itu tidak dapat dicapai kecuali dengan syarat-syarat itu (harus memakai kas masjid)." (Fatawa Al-Fiqhiyah Al-Kubra juz 6 hal.208). 

Dengan demikian sudah jelas bahwa status uang kotak amal masjid merupakan barang sedekah. Dan barang yang sudah dimiliki oleh masjid pengalokasiannya pun harus untuk kemaslahatan masjid itu sendiri. Harta sedekah statusnya juga sama dengan harta hasil wakaf – seperti keuntungan menyewakan barang wakaf – maka dari itu boleh saja kita memakai ibarot mengenai pengalokasian harta hasil (keuntungan) wakaf. Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat 🙏🏻

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar