MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 25 Agustus 2022

14 KIFAYATUL AKHYAR TERJEMAH

 


HUKUM BERSIWAK

بَاب السِّوَاك

Bab Siwak

فَصْلٌ

FASHAL

﴿ اَلسِّوَاكُ مُسْتَحبُّ فِي كُلِّ حَالِ إِلَّا بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ وَهُوَ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ أَشَدُّ اِسْتِحْبَابًا عِنْدَ تَغَيُّرِ الْفَمِ مِنْ أَزْمٍ وَغَيْرِهِ وَعِنْدَ الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ وَعِنْدَ الْقِيَامِ إِلَى الصَّلَاةِ ﴾

﴾ Bersiwak di anjurkan dalam setiap keadaan kecuali setelah tergelincirnya matahari untuk orang yang berpusa dan bersiwak ada dalam tiga tempat yang sangat di anjurkan yaitu ketika berubah bau mulut dari lamanya mulut diam dan selainya Azm dan ketika bangun dari tidur dan ketika bangun untuk melakukan Shalat ﴿

اَلسِّوَاكُ سَنَّةُ مُطْلَقًا

Bersiwak adalah sunah secara mutlak

لقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 اَلسِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِ 》

Karena sabdanya Nabi saw : 《 bersiwak menjadi pembersih pada mulut, maka di ridhai oleh Allah 》

وَ 《 مَطْهَرَةٌ 》 بِفَتْحِ الْمِيْمِ وَكَسْرِهَا هِيَ كُلُّ إِنَاءِ يَتَطَهَّرُ بِهِ فَشَبَّهُ السِّوَاكُ بِذَلِكَ لِأَنَّهُ يَطْهَرَ الْفَمِ

Dan lafadz 《 MATH-HARATUN 》 huruf mimnya di baca fathah dan di baca kasrah adalah setiap bejana yang di jadikan bersuci dengannya, maka siwak di samakan dengan hal itu karena sesungguhnya siwak dapat membersihkan mulut

HUKUM BERSIWAK KETIKA BERPUASA

وَهَلْ يُكْرَهُ لِلصَّائِمِ بَعْدَ الزَّوَالِ فِيْهِ خِلاَفُ الرَّاجِحُ فِي الرَّافِعِيُّ وَالرَّوْضَةِ أَنَّهُ يُكْرَهُ

Dan apakah dimakruhkannya untuk orang yang berpuasa setelah tergelincirnya mata hari, didalamnya ada khilaf, maka yang rajih dalam kitabnya Ar-Rafi'i dan dalam kitab 《 AR-RAUDHAH 》 bahwasannya bersiwak setelah tergelincirnya matahari adalah di makruhkannya

لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ : 《 لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللّٰهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ 》

Karena sabdanya Nabi saw : 《 sungguh perubahan bau mulut orang yang berpuasa, lebih harum di sisi Allah, dari bau harumnya minyak misik 》

وَفِي رِوَايَةِ : 《 يَوْمَ الْقِيَامَةِ 》

Dan dalam riwayat lain : 《 di hari qiamat 》

وَالْخُلُوْفُ بِضَمِّ الْخَاءِ وَاللَّامِ هُوَ التَّغَيُّرَ وَخَصَّ بِمَا بَعْدَ الزَّوَالِ لِأَنَّ تَغَيُّرِ الْفَمِ بِسَبَبِ الصَّوْمِ حِيْنَئِذٍ يَظْهَرُ فَلَوْ تَغَيَّرَ فَمُهُ بَعْدَ الزَّوَالِ بِسَبَبِ آخَرَ كَنَوْمٍ أَوْ غَيْرِهِ فَاسْتَاكَ لِأَجَلِ ذَلِكَ لَا يُكْرَهُ وَقِيْلَ لَا يُكْرَهُ الْاِسْتِيَاكُ مُطْلَقًا

Dan lafadz 《 AL-KHULUUFU 》 huruf Kha' dan Lam di baca dengan Dammah dan makna lafadz 《 AL-KHULUUFU 》 perubahan dan dikhususkan dengan apa terjadinya waktu setelah tergelincirnya matahari karena sesungguhnya perubahan mulut dengan sebab berpuasa pada waktu itu adalah suci, maka seandainya berubah bau mulutnya setelah tergelincirnya matahari dengan sebab yang lain, seperti tidur atau lainnya, maka bersiwak karena itu, tidak di makruhkannya dan di katakan tidak di makrukan bersiwak secara mutlak

وَبِهِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الثَّلَاثَةَ وَرَجَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَقَالَ القَاضِي حُسَيْنُ يُكْرَهُ فِي الْفَرْضِ دُوْنَ النَّفْلِ خَوْفًا مِنَ الرِّيَاءِ

Dan dengannya berkata para Imam yang tiga dan menrajihkan Imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 dan berkata Al-Qadhi Husain adalah di makruhkannya bersiwak dalam puasa fardu dan tidak di makruhkan puasa sunnah karena takut dari riya'

وَقَوْلُ الْمُصَنِّفِ لِلصَّائِمِ يُؤْخَذُ مِنْهُ أَنَّ الْكَرَاهَةَ تَزُوْلُ بِغُرُوْبِ الشَّمْسِ وَهَذَا هُوَ الصَّحِيْحُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَقِيْلَ تَبْقَى الْكَرَاهَةُ إِلَى الْفِطْرَ، وَاللّٰهُ أَعْلَمْ

Dan perkataan Al-Mushonnif untuk orang yang berpuasa di ambil darinya bahwa kemakruhan bersiwak hilang dengan tenggelamnya matahari dan ini adalah yang Shahih dalam kitab 《 SYARAH MUHADZDZAB 》 dan di katakan akan tersisa kemakruhannya sampai iedul fitrih, dan Allah yang lebih mengetahui

MAKNA SIWAK DAN BERSIWAK YANG SANGAT DI ANJURKAN DAN CARA BERSIWAK

ثُمَّ السِّوَاكُ يَتَأَكَّدُ اسْتِحْبَابُهُ فِي مَوَاضِعَ مِنْهَا عِنْد تَغَيُّرِ الْفَمِ مِنْ أَزْمِ وَغَيْرِهِ وَالْأَزْمُ قِيْلَ السُّكُوْتُ الطَّوِيْلُ وَقِيْلَ هُوَ تَرْكُ الْأَكْلِ

Kemudian bersiwak di tetapkan kesunahannya dalam beberapa tempat darinya ketika berubah bau mulut dari Azm dan lainnya dan makna 《 AL-AZMU 》 dikatakan adalah diam yang panjang dan dikatakan adalah meninggalkan makan

وَقَوْلُهُ وَغَيْرِهِ يَدْخُلُ فِيْهِ مَا إِذَا تَغَيَّرُ يَأْكُلُ مَالَهُ رَائِحَةِ كَرِيْهَةِ كَالثَّوْمِ وَالْبَصَلِ وَنَحْوِهِمَا وَمِنْهَا عِنْد الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ

Dan perkataannya dan yang lainnya akan masuk di dalamnya sesuatu, jika berubah akan memakan yang memilikinya bau dapat di benci, seperti bawang putih dan bawang merah dan yang menyerupai keduanya dan darinya ketika bangun dari tidur

كَانَ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنَ النَّوْمِ اِسْتَاكِ 》

Ada Hadits Rasulullah saw : 《 jika terbangun dari tidur, maka bersiwak 》

وَرُوِيَ : 《 يَشُوْصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ 》

Dan di riwayatkan : 《 membersihkan mulutnya dengan siwak 》

وَمَعْنَى يَشُوْصُ :

Dan makna lafadz 《 YASYUUSHU 》 adalah

يُنَظِّفُ وَيَغْسِلُ وَوَجْهُ تَأْكِيْدُ الْاِسْتِحْبَابِ عِنْدَ الْقِيَامِ مِنْهُ أَنَّ النَّوْمِ يَسْتَلْزِمُ تَرَكَ الْأَكَلِ وَالسُّكُوْتَ وَهُمَا مِنْ أَسْبَابِ التَّغَيُّرِ وَمِنْهَا عِنْدَ الْقِيَامِ إِلَى الصَّلاَةِ

membersihkan dan mensucikan dan alasan penegasan yang di anjurkan ketika bangun darinya bahwa tidur membutuhkan meninggalkan makan dan diam dan keduanya dari sebab berubah bau mulut dan darinya ketika bangun untuk melakukan Shalat

لِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《 لَوْلَا أَنَّ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لِأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ 》

Karena sabdanya Nabi saw : 《 seandainya aku tidak memberatkan atas umatku, niscaya aku perintahkan mereka dengan bersiwak ketika setiap Shalat 》

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ : 《 رَكْعَتَانِ بِالسِّوَاكِ أَفْضَلُ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةَ بِلَا سِوَاكِ 》

Dan dari 'Aisyah ra dari Nabi saw bersabda : 《 Dua Raka'at Shalat yang di kerjakan dengan bersiwak, maka lebih utama dari tujuh puluh Raka'at yang di kerjakan dengan tanpa bersiwak 》

وَالسِّوَاكُ مُتَأَكِّدُ عِنْدَ الْقِيَامُ إِلَى الصَّلَاةِ وَإِنْ لَمْ يَكُنِ الْفَمِ مُتَغَيِّرًا وَلَا فَرْقَ بَيْنَ صَلَاةِ الْفَرْضِ وَالنَّفْلِ حَتَّى لَو صَلَّى صَلَاةً ذَاتَ تَسْلِيْمَاتٍ كَالضُّحَى وَالتَّرَاوِيْحِ وَالتَّجَهُّدِ اسْتَحَبَّ لَهُ أَنْ يَسْتَاكَ لِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَكَذَا لِلْجَنَازَةِ وَالطَّوَافِ وَلَا فَرْقَ بَيْنَ الصَّلَاةِ بِالْوُضُوْءِ أَوِ التَّيَمُّمِ أَوْ عِنْدَ فَقَدِ الطَّهُوْرَيْنِ وَيَتَأَكَّدُ الْاِسْتِحْبَابُ أََيْضًا عِنْدَ الْوُضُوْءِ

Dan bersiwak pasti ketika bangun untuk melakukan Shalat dan jika tidak memungkinkan mulut berubah dan tidak ada perbedaan di antara shalat fardhu dan shalat sunnah sehingga seandainya dia mengerjakan Shalat yaitu Shalat yang memiliki beberapa pengakuan, seperti Shalat Duha dan Shalat Tarawih dan Shalat Tahajjud, maka di anjurkan kepadanya untuk bersiwak pada setiap Raka'at begitu juga untuk Shalat Janazah dan melakukan Thawaf dan tidak ada perbedaan antara Shalat dengan Wudhu' dan Tayammum atau ketika kehilangan bersuci keduanya dan di tetapkan yang di anjurkan juga adalah ketika berwudhu'

وَإِنْ لَمْ يُصَلِّ لِمَا وَرَدَ : 《 لَوْلَا أَنَّ أَشُقَّ أُمَّتِيْ لِأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوْءِ 》

Dan jika tidak melakukan Shalat, karena apa yang di nyatakan : 《 Seandainya aku tidak memberatkan atas umatku, niscaya aku perintahkan mereka dengan bersiwak ketika setiap berwudhu' 》

وَيَسْتَحِبُّ عِنْد قِرَأَةِ الْقُرْآنِ وَعِنْدَ اصْفِرَارِ الْأَسْنَانِ وَإِنْ لَمْ يتَغَيَّرَ الْفَمِ

Dan di anjurkan ketika membaca Al-Qur'an dan ketika kuningnya gigi dan jika tidak beruba bau mulut

وَاعْلَمْ أَنَّهُ يَحْصُلُ الْاِسْتِيَاكُ بِخِرْقَةٍ وَبِكُلِّ خُشْنِ مُزِيْلُ وَالْعَوْدُ أَوْلَى وَالْأَرَاكَ أَوْلَى

Dan ketahuilah bahwasannya terjadi bersiwak dengan sobekan kain dan dengan setiap benda yang kasar bisa menghilangkan dan kayu lebih utama dan kayu arok lebih utama

وَالْأَفْضَلُ أَنْ يَكُوْنَ بِيَابِسَ نَدَى بِالْمَاءِ وَيُسْتَحَبُّ غَسْلُهُ لِيَسْتَاكَ بِهِ ثَانِيًا وَلَوْ اِسْتَاكَ بِإِصْبَعٍ غَيْرُهُ وَهِيَ خَشِنَةٌ أَجْزَأَ قَطْعًا قَالَهُ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَفِي إِصْبَعُهُ خِلاَفُ الرَّاجِحُ فِي الرَّوْضَةِ

Dan lebih utama kayu tersebut dengan yang kering melembabkan dengan air dan di anjurkan menyucinya pada siwak dengannya untuk di gunakan kedua kalinya dan seandainya bersiwak dengan jari-jari tangan yang lainnya dan ia kasar, maka boleh secara pasti, perkataannya imam Nawawi dalam kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 dan dalam menggunakan jari-jari tangannya adalah khilaf, yang rajih dalam kitab 《 RAUDAH 》

لاَ يُجْزَئُ وَالرَّاجِحُ فِي شَرْحِ الْمُهَذَّبِ الْأَجْزَاءِ وَبِهِ قَطْعَ الْقَاضِيْ حُسَيْنِ وَالْمُحَامِلِيُّ وَالْبَغَوِيُّ وَالشَّيْخُ أَبُوْ حَامِدْ وَاخْتَارَهُ الرُّوْيَانِيُّ فِي الْبَحْرِ وَلَا بَأْْسَ أَنْ يَسْتَاكَ بِسِوَاكِ غَيْرِهِ بِإِذْنِهِ

tidak di bolehkan dan yang rajih dalam kitab 《 SYARAH AL-MUHADZDZAB 》 di bolehkan dan dengannya mengukur Al-Qadhi Husain dan Al-Muhamili dan Al-Baghawi dan Asy-Syeikh Abu Hamid dan memilihnya Ar-Ruyani dalam kitab 《 AL-BAHAR 》 dan tidak apa-apa untuk bersiwak dengan siwak orang lain, dengan izinnya

وَيَسْتَحِبُّ أَنْ يَسْتَاكَ بِيَمِيْنِهِ وَبِالْجَانِبِ الْأَيْمَنِ مِنْ فَمِهِ وَأَنْ يُمِرَّهُ عَلَى سَقْفٍ حَلْقِ إِمْرَارًا لَطِيْفًا وَكُرَّاسِيْ أَضْرَاسُهُ وَيَنْوِيَ بِالسِّوَاكِ السَّنَةِ وَيسْتَحِبُّ عِنْد دُخُوْلِ الْمَنْزِلِ وَعِنْدَ إِرَادَةِ النَّوْمِ، وَاللّٰهُ أَعْلَمُ

Dan di sunnahkan untuk bersiwak dengan tangan kanannya dan dengan di mulai samping kanan dari mulutnya dan melintasnya di atas langit-langit kerongkongan melewati secara lembut dan dan kursi-kursi gigi gerahamnya dan meniatkan dengan siwak mengikuti sunnah dan di anjurkan ketika masuk rumah dan ketika ingin tidur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar