MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Senin, 24 Juni 2019

KAJIAN TENTANG TUDUHAN ITU PERLU SAKSI DAN BUKTI DALAM PERSIDANGAN



Dalam Sidang Sengketa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK), Jum'at, 21 Juni 2019 masyarakat Indonesia tercerahkan dengan pemaparan Saksi Ahli TKN, Prof Eddy OS Hiariej sangatlah memukau perhatian akan kecerdasan dan wawasan yang luar biasa mematahkan argumen-argumen Tim Hukum Prabowo-Sandi.

Keahlian Prof Eddy membuat beliau saat ini jadi idola baru Netizen, bahkan ada yang menyebut ingin masuk Fakultas Hukum gara-gara kagum dengan ilmu yang disampaikannya.

Nama Lengkap beliau adalah Prof. Dr. Edward Omar Sharif Hiariej, SH M.Hum. Lahir di Ambon, 10 April 1973 (46 tahun). Beliau adalah Guru Besar Ilmu Hukum Pidana di UGM. Eddy meraih profesor dlm usia yg terbilang masih muda yaitu 37 tahun dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM).

Salah satu pemaparan beliau dalam menjawab pertanyaan Tim Hukum Prabowo-Sandi Bambang Wijayanto dan Dedi Indrayana beliau memulai dengan menyampaikan sebuah ungkapan, "jangankan kejahatan yang canggih, kejahatan yang begitu sederhana saja apabila tidak bisa dibuktikan secara layak ya memang tidak bisa." Artinya jika kita mengetahui suatu kejahatan namun tidak bisa menghadirkan bukti dan saksi maka kejahatan yang kita ketahui tidak bisa diadili sesuai kejahatannya di pengadilan atau dihadapan hakim. Prof. Eddy mengambil sebuah analogi dimasa sahabat yang dialami oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra.

Dalam kitab Subulus Salam, karya al-Shan’ani dikisahkan, suatu hari, Khalifah Ali bin Abi Thalib sedang berjalan-jalan di Kota Madinah. Ia memantau segala situasi dan kondisi masyarakat Madinah. Tak disangka, saat itu ia melihat seseorang sedang memakai baju besi.

Ali mengenali baju besi tersebut. Dirinya sangat yakin baju besi itu adalah miliknya yang telah hilang beberapa waktu sebelum peperangan Shiffin. Kisah tersebut juga diterangkan dalam Kitab Hilyah Al-Auliya' Wa Thobaqat Al-Ashfiya' juz 4 hal. 139-140 karangan Imam Ahmad bin Abdullah Al-Ashfahani Abu Nu'aim (حلية الأولياء وطبقات الأصفياء المؤلف: أحمد بن عبد الله الأصفهاني أبو نعيم) dan dalam Kitab Qashash Al-Wahiyah juz 2 hal. 102-108
sebagai berikut,

أولا: متن القصة

رُوِي عن إبراهيم بن يزيد التيمي عن أبيه، قال: وجد علي بن أبي طالب درعًا له عند يهودي التقطها فعرفها، فقال: درعي سقطت عن جمل لي أورق، فقال اليهودي: درعي وفي يدي، ثم قال له اليهودي: بيني وبينك قاضي المسلمين، فأتوا شريحًا، فلما رأى عليّا قد أقبل تحرف عن موضعه وجلس عليَّ فيه ثم قال عليُّ: لو كان خصمي من المسلمين لساويته في المجلس، ولكني سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «لا تساووهم في المجلس وألجئوهم إلى أضيق الطرق، فإن سبوكم فاضربوهم؛ وإن ضربوكم فاقتلوهم»، ثم قال شريح: ما تشاء يا أمير المؤمنين؟ قال: درعي سقطت عن جمل أورق، والتقطها هذا اليهودي. فقال شريح: ما تقول يا يهودي؟ قال: درعي وفي يدي. فقال شريح: صدقت والله يا أمير المؤمنين أنها لدرعك، ولكن لابد من شاهدين. فدعى قنبرا مولاه، والحسن بن علي وشهدا إنها لدرعه. فقال شريح: أما شهادة مولاك فقد أجزناها، وأما شهادة ابنك لك فلا نجيزها. فقال علي: ثكلتك أمك، أما سمعت عمر بن الخطاب يقول: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «الحسن والحسين سيدا شباب أهل الجنة»؟. قال شريح: اللهم نعم. قال علي: أفلا تجيز شهادة سيد شباب أهل الجنة؟ والله لأوجهنك إلى «بانقيا» تقضي بين أهلها أربعين يومًا، ثم قال لليهودي خذ درعك. فقال اليهودي: أمير المؤمنين جاء معي إلى قاضي المسلمين، فقضى عليه ورضي، صدقت والله يا أمير المؤمنين إنها لدرعك سقطت عن جمل لك، التقطتها، أشهد أن لا إله إلا الله، وأن محمدًا رسول الله، فوهبها له علي، وأجازه بتسعمائة، وقتل معه يوم صِفِّين.

*PERTAMA: MATAN (REDAKSI KISAH)*

Diriwayatkan dari Ibrahim bin Yazid at-Taimi dari ayahnya, dia berkata:

‘Ali bin Abu Thalib mendapati baju zirahnya berada di tangan seorang Yahudi yang menemukan baju zirah itu. ‘Ali bin Abu Thalib mengenali baju zirahnya itu, lalu berkata, “Itu baju zirahku yang terjatuh dari unta abu-abuku.” Orang Yahudi itu berkata, “Ini baju zirah milikku, (buktinya) ini ada di tanganku,” kemudian orang Yahudi itu berkata lagi kepada ‘Ali bin Abu Thalib, “Di antara aku dan kamu ada hakim kaum Muslimin (yang akan memutuskan perkara).”

Maka keduanya mendatangi Syuraih (yang menjabat sebagai hakim). Tatkala Syuraih melihat (kedatangan) ‘Ali, dia pun bergeser (memberi kelapangan) dalam tempat duduknya. ‘Ali duduk di tempat tersebut (di samping Syuraih) kemudian berkata, “Kalau saja yang menjadi seteruku dari kalangan kaum Muslimin, niscaya aku akan duduk sejajar dengannya dalam majelis (dan sama-sama duduk di hadapanmu). Akan tetapi aku mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:  Janganlah kalian menyejajarkan mereka (orang kafir) dalam majelis. Desaklah mereka ke jalan yang sempit. Jika mereka mencaci kalian, maka pukullah mereka. Jika mereka memukul kalian, maka bunuhlah mereka.”

Kemudian Syuraih berkata, “Ada keperluan apakah, wahai Amir al-Mu’minin?”

‘Ali bin Abu Thalib berkata, “Baju zirahku terjatuh dari unta abu-abuku, lalu orang Yahudi ini menemukannya.”

Syuraih berkata, “Apa yang akan kau katakan, wahai orang Yahudi?”

Orang Yahudi itu berkata, “Ini baju zirahku, (buktinya) dia ada di tanganku.”

Syuraih berkata, “Kau benar, demi Allah, wahai Amir al-Mu’minin. Baju zirah itu memang milikmu, namun tak bisa tidak harus ada dua orang saksi (untuk menguatkannya).”

Maka ‘Ali pun memanggil Qanbar maula-nya dan al-Hasan bin ‘Ali. Mereka berdua bersaksi bahwa itu adalah baju besi milik ‘Ali bin Abu Thalib.

Syuraih berkata, “Adapun persaksian maula-mu, kami memperbolehkannya. Akan tetapi persaksian putramu ini, kami tak memperbolehkannya.”

‘Ali bin Abu Thalib berkata, “Betapa malang nasib ibumu! Tidakkah kau pernah mendengar ‘Umar bin al-Khaththab berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: al-Hasan dan al-Husain merupakan pemimpin para pemuda surga.”

Syuraih berkata, “Allahumma, benar.”

‘Ali bin Abu Thalib berkata, “Apakah kau tak memperbolehkan kesaksian pemimpin para pemuda surga? Demi Allah, aku benar-benar akan memindahkanmu ke wilayah Baniqiya (yakni wilayah yang berada di pinggir kota Kufah; lihat Mu’jam al-Buldan) untuk menjadi hakim di sana selama empat puluh hari,” kemudian ‘Ali bin Abu Thalib berkata kepada si orang Yahudi, “Ambillah baju zirahmu!”

Orang Yahudi itu berkata, “Amir al-Mu’minin datang bersamaku kepada hakim kaum Muslimin, lalu diputuskan perkara atasnya dan dia rela menerima (kekalahan)nya. Kau benar, demi Allah, wahai Amir al-Mu’minin! Sesungguhnya ini adalah baju zirah milikmu yang jatuh dari untamu dan aku menemukannya. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak untuk diibadahi selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Lalu ‘Ali bin Abu Thalib memberikan baju zirah itu kepada si Yahudi, juga menghadiahinya dengan uang sebanyak sembilan ratus. (Di kemudian hari), si Yahudi itu terbunuh saat ikut serta bersama ‘Ali dalam perang Shiffin.

ثانيًا: التخريج

هذه القصة أخرجها أبو نعيم أحمد بن عبد الله الأصفهاني في «الحلية» (٤/١٣۹-١٤۰)  قال: حدثنا محمد بن أحمد بن الحسن، حدثنا عبد الله بن سليمان بن الأشعث، ح. وحدثنا سليمان بن أحمد، حدثنا محمد بن عون السيرافي المقري، قالا: حدثنا أحمد بن المقدام، حدثنا حكيم بن خذام أبو سمير حدثنا الأعمش عن إبراهيم بن يزيد التيمي عن أبيه قال: فذكر القصة.

وأخرجها أيضا الإمام ابن الجوزي في «العلل المتناهية» (۲/٣۸۸) ح(١٤٦۰) قال: حدثت عن الحسن بن محمد بن حمويه الصفار، قال أخبرني أحمد بن علي بن فنجويه الأصبهاني، قال حدثنا أبو أحمد محمد بن محمد بن أحمد بن إسحاق الحافظ قال: أخبرنا علي بن عبد الله بن مبشر الواسطي قال حدثنا أبو الأشعث يعني: أحمد بن المقدام، قال حدثنا أبو سمير حكيم بن خِذام به.

 *KEDUA: TAKHRIJ (SUMBER PENGAMBILAN KISAH)*

Kisah tersebut dikeluarkan oleh Abu Nu’aim Ahmad bin ‘Abdullah al-Ashfahani di kitab al-Hilyah (3/139-140), dia berkata:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin al-Hasan, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Sulaiman bin al-Asy’ats …; dan telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Aun as-Sirafi al-Muqri, keduanya mengatakan: telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Miqdam, telah menceritakan kepada kami Hakim bin Khidzam Abu Sumair, telah menceritakan kepada kami al-A’masy dari Ibrahim bin Yazid at-Taimi dari ayahnya, dia berkata … -lalu menyebutkan kisah di atas.

Kisah tersebut juga dikeluarkan oleh al-Imam Ibn al-Jauzi di kitab al-‘Ilal al-Mutanahiyah (2/388; 1460), dia berkata: telah diceritakan kepadaku dari al-Hasan bin Muhammad bin Hammuwiyah ash-Shaffar, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku Ahmad bin ‘Ali bin Fanjawaih al-Ashbahani, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin Ishaq al-Hafizh, dia berkata: telah mengabarkan kepada kami ‘Ali bin ‘Abdullah bin Mubasysyir al-Wasithi, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu al-Asy’ats, yaitu Ahmad bin al-Miqdam, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Sumair Hakim bin Khidzam dengan (kisah tersebut).

Dalam kisah peristiwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra. dan seorang yahudi diatas dimenangkan oleh yahudi karena Sayidina Ali ra. tidak bisa menghadirkan dua orang saksi karena satu saksi yaitu putranya sendiri syidina Hasan ra. yang ditolak kesaksiannya oleh hakim Syuraih dan Sayidina Ali menerima kekalahan dalam persidangan dan menyerahkan baju besinya kepada yahudi yang akhirnya dengan peristiwa itu yahudi masuk islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat kemudian mendapat hadiah baju besi tersebut.

Singkatnya, islam dan ajarannya begitu indah dan mulia sehingga kejahatan apapun yang kita ketahui jika kita bawa dihadapan hakim (pengadilan) haruslah kita kuatkan dengan adanya bukti dan saksi, karena tanpanya seorang penjahat atau pelaku kejahatan tidak bisa dijerat dengan hukum yang berlaku karena kejahatannya. Wallahu a'lam

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar