Senin, 06 Mei 2019
RENUNGAN HARIAN BULAN SUCI RAMADHAN 1440 H
Memasuki bulan suci Ramadlan 1440 H tahun ini berarti kita memasuki lembah Ilahi, dari hari ke hari akan sia-sia jika tidak digunakan untuk semakin mendekat dengan sang Ilahi, berikut adalah renungan harian para sufi untuk semakin mendekatkan diri kita pada Ilahi:
*Hari pertama*
“Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya,” demikian kata Allah dalam hadis qudsi. Berarti hari pertama ini, seluruh hasrat, kehendak, citarasa, tekad, tujuan dan niat yang menggumpal di hati kita hanya untuk Allah ta’ala semata. “Oh Tuhan, hatiku untukmu. Dahaga kerongkongan dan perut keroncongan, adalah pesta hatiku dengan-Mu. Hatiku tak ingin selain diri-Mu..”
*Hari kedua*
Dalam kata “Ramadhan” ada huruf Ra’, Mim, Dhadh, Alif, Nun.
1. Ra’, Ridlwanuhu : Ridlanya Allah.
2. Mim, Mahabatuhu : cintanya Allah,
3. Dhadh, Dhomanuhu : Jaminan Allah
4. Alif, Ulfatuhu : kemaha lembutan-Nya
5. Nun, Nuruhu : cahaya-Nya.
Semua diperuntukkan orang-orang yang berpuasa. Bersyukurlah bagi mereka yang telah dicatat dalam catatan-Nya sebagai orang yang berpuasa. Jika tidak, hanya lapar dan dahaga saja yang dirasakan, tidak lebih.
*Hari Ketiga*
Jika anda emosi, jika ada yang menjengkelkan di pagi hari, di terik matahari, atau menjelang senjakala tiba, kembalikan hati kepada-Nya. Siapa tahu ujian dan cobaan itu sedang menimbang naiknya derajat. Ingatlah kegembiraan orang-orang yang sedang berbuka, segala masalah jadi lupa.
*Hari Keempat*
Mata, perut, hidung, telinga, kelamin, mulut, sedang menahan diri dari tarikan syahwatnya. Hati harus menahan diri dari segala iming-iming nafsu dan dunaiwinya. Ruh, adalah arus kuat yang menggerakkan menuju Allah. Sirr (rahasia jiwa) tak ingin ada selain Allah.
*Hari Kelima*
Jika ada penyesalan karena tindakan dosa yang dilakukan selama empat hari, lalu di tengah berpuasa, janganlah penyesalan itu membuat semakin jauh dari harapan kepada-Nya. Karena hari-hari esok adalah cahaya-Nya. Hari ini bukalah jendela pintu hati untuk biaskan cahaya pagi-Nya yang indah.
*Hari Keenam*
Jangan lupa, seluruh amaliyah rutin yang biasa dibaca, diwiridkan, amaliyah sunnah di bulan ini jangan diabaikan sedikitpun. Apapun kesibukannya, masalah yang membuat tertekan sekalipun, jangan sampai memutus kabel yang menyambungkan diri kita dengan Allah.
*Hari Ketujuh*
Mari melakukan konser ruhani di bulan suci. Seluruh bunyi dan nada kita perdengarkan secara harmoni dalam jiwa kita. Serasa seluruh ragam dzikir berbunyi bersama dalam naik turunnya nafas jiwa, begitu gemebyar dalam seluruh semesta tasbih, tahmid, takbir, hauqolah, shalawat Nabi, tahlil dan tersembunyi dalam sunyi, Allah Allah Allah.
*Hari kedelapan*
Penjarakan dan kuburkan sifat-sifat buruk, iri, dengki, takabur, riya’, ta’jub pada diri sendiri, menuruti nafsu syahwat, menuruti kesenangan dunia, kemunafikan, kedzaliman, dan kemusyrikan hati. Jika sesekali hendak muncul sifat-sifat itu, cepat-cepatlah beristighfar dan lawan dengan segala cara.
*Hari kesembilan*
Islam, berarti hatimu harus istislam, yang memiliki makna pasrah total kepada-Nya, agar selaras dengan kehendak-kehendak atauran-Nya. Iman, berati yakin, membenarkan, dan mengamankan hati dari segela hal selain Allah, agar iman tumbuh menjadi Syajarah Thoyyibah. Ihsan, adalah buah dari Islam dan Iman kita, yang maujud dalam Muraqabah, Musyahadah, dan ma’rifah.
*Hari Kesepuluh*
Sepertiga bulan kita lalui. Masihkah anda terus melawan diri sendiri? Hasrat-hasrat sampah yang membui diri kita? Apakah masih kita biarkan diri kita bertumpukan dengan onggokan limbah-limbah di hati kita? Oh, mari bangun dan melompat segera ke air bening jiwa kita, arungi samudera suci-Nya, disana banyak mutiara-mutiara.
*Hari Kesebelas*
Jangan biarkan malam-malam suci ini tanpa bersama-Nya. Jangan biarkan kegelapan tanpa Lampu Cahaya-Nya. Jangan biarkan lolongan anjing di malam pekat yang menghalang malaikat, mengganggu suara munajat kita. Jangan biarkan malam-malam kita bersyahwat berlebihan.
Jangan biarkan…. malam-malam seperti ini bersama TV dan hiburan
*Hari Keduabelas*
Hati kita melangkah ke depan, bukan melangkah ke belakang, apalagi statik di satu tempat. Semangat hati dan rasa syukur harus terus terjaga untuk bangkit kepada-Nya.
Semakin baik, semakin lembut, semakin sabar, semakin ikhlas, semakin redha, semakin tawakkal, semakin dekat, semakin cinta. Itulah langkah hati ke depan, dengan meninggalkan hal-hal yang buruk.
*Hari Ketigabelas*
Dunia ini bukannya tempat kebahagiaan dan kesenangan. Senang dan gembira sehari dalam 24 jam, paling lama hanyalah satu jam kita gembira dan bahagia. Selebihnya hati kita berjuang dengan pelbagai masalah bukan…?
Bahagia dan gembira hanya wujud di Akhirat. Oleh kerana itu, jika muncul kebahagiaan di dunia, itu hanyalah bonus-bonus dari Allah. Tetapi jika kita ingin bahagia, letakkan hati kita di Akhirat. Tubuh, akal dan fikiran kita saja ada di dunia.
*Hari Keempatbelas*
Bilakah kita menjadi orang baik? Kata mereka, orang baik itu adalah orang yang di dalam dirinya sendiri tetap baik.
Bilakah kita menjadi hamba Allah? Kata mereka, hamba Allah itu pasrah menjadi “mainan” Allah.
Bilakah pula kita menjadi musafir di Jalan Ilahi? Kata mereka, para musafir itu mulai bersiap diri meninggalkan haru biru duniawi dari dalam hati.
Atau, bilakah kita menjadi para 'Ariffin? Kata mereka, para 'Ariffin itu terus menerus bersama-Nya dan disertai oleh-Nya.
*Hari Kelimabelas*
Bersihkan terus menerus kaca cermin di hati kita, agar cahaya-Nya yang memantul tidak kusam atau berbalam-balam.
Jika kita biarkan, maka akan tumbuh kotoran yang berkarat, terasa sangat sakit lagi pedih ketika dibersihkan.
Sungguh jangan pula kita biarkan sampai retak-retak cermin hati kita, kerana retak cermin adalah membiarkan kemunafikan di hati kita. Dan Na'uzubillah jangan sampai kita terbalikkan cermin itu, kerana bercermin dari belakang cermin bererti telah terhijab dalam kegelapan.
Ini, sungguh, bulan Cahaya-Nya.
*Hari Keenambelas*
Memang, ada sahaja masalah sehari-hari. Masalah muncul hanya kerana Allah ingin menunjukkan betapa sampahnya duniawi itu, agar segera diri kita lari menuju kepada-Nya, dalam pelukan Kasih Sayang-Nya.
*Hari Ketujuhbelas*
Nafas kita telah ditentukan dan dihitung dalam takdir. Langkah kaki kita, kerlipan mata kita, suara yang keluar masuk dalam telinga kita, gerak geri bibir kita, ciuman hidung kita, rabaan tangan kita, bahkan gerak geri hati kita, semua dalam catatan-Nya.
Alangkah sia-sianya jika semua itu digerakkan Allah, sementara diri kita tidak menyertai-Nya dengan zikrullah.
*Hari Kelapanbelas*
Jangan gelisahkan, jangan takutkan hati di atas apa yang berlalu dan yang akan datang. Kerana bila kita lihat diri kita sendiri, amal perbuatan kita sendiri, ibadah dan taqarrub kita selama ini, hati penuh luka, rasanya tidak bernilai apa-apa di hadapan-Nya. Tapi jika kita lihat Rahmat dan Anugerah-Nya, sesakit apa pun semuanya bermakna indah, agung, mulia dan betapa besarnya.
*Hari Kesembilanbelas*
Pintu-pintu syurga telah dibuka sejak awal bulan ini. Pintu-pintu neraka ditutup sejak memasuki bulan ini, syaitan dibelenggu. Masukilah pintu-pintu-Nya dengan seluruh kebajikan kita, ubudiyah kita, taqarrub kita.
Jangan ada nafsu yang menghambat jalan kita.
*Hari Keduapuluh*
Kedekatan Rasulullah saw dengan diri kita seperti air dalam pohon yang meliputi seluruh batang, akar, cabang, daun, bunga dan buah. Tidak ada yang tidak dialirkan oleh air itu.
Jika pohon hati kita terasa kering, itu kerana jejak-jejak Baginda saw tidak kita turuti, ucapan-ucapan Baginda saw tidak kita hiraukan, peringatan-peringatan Baginda saw kita abaikan.
Oleh itu, jangan di abaikan lagi selawat Nabi saw.
*Hari Keduapuluh satu*
Sungguh menghairankan, di hari-hari yang sudah seperti ini, situasi dan keadaan umat sudah terpesong jauh dari akidah yang benar, masih ada lagi orang-orang yang terus menerus memanipulasi Ilahi untuk kepentingan diri, golongan dan keluarganya serta kekuasaannya. Di hari-hari seperti ini pula, sungguh menghairankan masih ramai orang yang mengeluh, tidak bersyukur dan redha kepada-Nya.
*Hari Keduapuluhdua*
Nyalakan lampu-lampu di seluruh rumah, ruang hati dan bilik-bilik hati kita, melalui arus rohani yang digerakkan oleh zikirullah. Jangan biarkan cahaya kita terputus bekalannya...
*Hari Keduapuluih tiga*
Bacalah semua kehidupan nyata ini sebagai ayat-ayat Allah. Bulan ini Al-Quran turun pada Lailatul Qadar bukan? Bacalah keseharian yang kita lihat, yang kita dengar, yang kita raba dan yang kita rasakan sebagai huruf-huruf yang menyusun kata, kalimat, ayat dan surat. Agar di mana pun, ke mana pun, situasi apa pun melanda diri kita, pandangan hati kita tidak tertoleh kepada selain Allah.
*Hari Keduapuluh empat*
Lihat pula seluruh alam semesta, jangan sampai kita hanya melihat yang nampak nyata sahaja. Lihatlah yang ada di sebalik yang zahir itu. Disana ada Afa'al Allah, Asma Allah dan Sifat Allah. Jika yang nampak zahir masih jelas kelihatan, maka sesungguhnya yang di lihat itu telah menghijab diri kita dengan-Nya.
*Hari Keduapuluhlima*
Hidupkan malam-malam tersisa ini dalam terang benderang Cahaya-Nya. Hidupkan siangnya dalam menahan terus apa pun selain Diri-Nya. Hidupkan pagi serta petang dan petang hingga ke pagi dalam getaran zikir dan tasbih. Hidupkan semuanya, agar hati kita tidak mati…!
*Hari Keduapuluh enam*
Jawablah surat-surat Cinta-Nya kepada kita dengan jawapan hati kita, dari tinta rahsia hati kita yang paling dalam. Mungkin tidak ada lagi kata atau ayat yang tersirat kerana jawapan kita adalah kefanaan diri, dan Surat-surat-Nya adalah Kebaqaan-Nya yang menarik kita menuju pada-Nya.
*Hari Keduapuluh tujuh*
Oh…! Pintu Makrifatullah terbuka. Allah juga yang memakrifatkan kita, bukan diri kita. Jangankan kita rasa mengenal diri-Nya kerana untuk mengenal diri kita sendiri pun sentiasa kebuntuan. Bolehlah kita mengenal diri sendiri, jika akhir pengenalan akan diri kita itu tidak lebih dari debu yang berterbangan, hingga kita mengenal Allah tanpa batas dan tiada tara. Allahu Akbar…!!!
*Hari Keduapuluh lapan*
Allah Allah Allah… Semuanya tanpa kecuali. Allah Allah Allah…. Semuanya tanpa henti. Allah Allah Allah…. Semuanya cahaya-Nya. Allah... Allah... Allah…. Semuanya tiada kecuali Wajah-Nya…
*Hari Keduapuluh sembilan*
Esok hari raya, bukan? Hari kemerdekaan yang hakiki. Hari segalanya penuh Takbir, Tasbih dan Tahmid. Hari lahir kembali. Lalu jangan lagi ada noda, luka dan aniaya diri sendiri.
Jika masih ada dendam pada diri sendiri, jika masih ada emosi pada sesama, jika masih ada keraguan atas Rahmat dan Anugerah-Nya, segeralah bersihkan dengan permohonan yang mutlak pada-Nya. Wallahu a'lam bis-Shawab
*والله الموفق الى $قوم الطريق*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar