Senin, 27 Mei 2019
CARA MENGQODHO' SHOLAT MENURUT MADZHAB SYAFI'I
Sholat lima waktu merupaakan kewajiban setiap Muslim, bahkan sholat adalah salah satu dari rukun Islam. Oleh karena itu tidak boleh seorang Muslim yang mukallaf (baligh dan berakal) meninggalkan sholat lima waktu. Maka bila seorang muslim yang mukallaf tertinggal sholatnya, dia harus (wajib) segara mengqodho'nya bila dia meninggalkan sholat bukan karena keudzuran bahkan dia haram menggunakan waktunya selain untuk menqodho' sholat walau untuk melakukan perkara sunnat, namun bila dia meninggalkan sholat karna sewaktu keudzuran seperti tertidur dan lupa, maka sunnat untuk bersegera mengqodho' sholat tersebut.
Hadits dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَسِيَ صَلَاةً، أَوْ نَامَ عَنْهَا، فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا
“Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu shalat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
مَنْ نَامَ عَنْ صَلاَةٍ أَوْ نَسِيَهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا لاَ كَفَارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ
"Barangsiapa yang meninggalkan shalat karena tertidur atau lupa, maka hendaknya ia melakukan salat setelah ingat dan tidak ada kafarat (pengganti) selain itu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah Mengqodho’ empat waktu Sholat yaitu Dzhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya ketika berkecamuk perang Khandaq di tahun kelima hijriyah.
عَنْ نَاِفع عَنْ أَبِي عُبَيْدَة بنِ عَبْدِ الله قَالَ : قاَلَ عَبْدُ الله : إِنَّ الْمُشْرِكِينَ شَغَلُوا رَسُولَ اللَّهِ عَنْ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ يَوْمَ الْخَنْدَقِ حَتَّى ذَهَبَ مِنَ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللَّهُ فَأَمَرَ بِلاَلاً فَأَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعِشَاءَ
Dari Nafi’ dari Abi Ubaidah bin Abdillah, telah berkata Abdullah, ”Sesungguhnya orang-orang musyrik telah menyibukkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak bisa mengerjakan empat sholat ketika perang Khandaq hingga malam hari telah sangat gelap. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk melantunkan adzan diteruskan iqamah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sholat Dzuhur. Kemudian iqamah lagi dan beliau mengerjakan sholat Ashar. Kemudian iqamah lagi dan beliau mengerjakan sholat Maghrib. Dan kemudian iqamah lagi dan beliau mengerjakan sholat Isya.” [HR. At-Tirmizy dan AnNasa’i]
Asy-Syairazi (w. 476 H) salah satu ulama rujukan dalam mazhab Asy-Syafi’iyah menuliskan di dalam kitabnya,
ومن وجبت عليه الصلاة فلم يصل حتى فات الوقت لزمه قضاؤها
“Orang yang wajib mengerjakan sholat namun belum mengerjakannya hingga terlewat waktunya, maka wajiblah atasnya untuk mengqodho’nya.” [Al-Muhadzdzab, jilid 1 hal. 106]
Imam An-Nawawi (w. 676 H) salah satu muhaqqiq terbesar dalam mazhab Asy-Syafi’iyah menuliskan di dalam kitabnya,
من لزمه صلاة ففاتته لزمه قضاؤها سواء فاتت بعذر أو بغيره فإن كان فواتها بعذر كان قضاؤها على التراخي ويستحب أن يقضيها على الفور
“Orang yang wajib atasnya sholat namun melewatkannya, maka wajib atasnya untuk mengqodho’nya, baik terlewat karena udzur atau tanpa udzur. Bila terlewatnya karena udzur boleh mengqadha’nya dengan ditunda namun bila dipercepat hukumnya mustahab.” [Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, jilid 3 hal. 68]
Imam Nawawi (Yahya bin Syaraf Abu Zakariya An Nawawi) dalam kitabnya Syarh an-Nawawi 'ala-Muslim شرح النووي على مسلم mengomentari hadits seputar qodho sholat demikian:
حاصل المذهب : أنه إذا فاتته فريضة وجب قضاؤها ، وإن فاتت بعذر استحب قضاؤها على الفور ويجوز التأخير على الصحيح . وحكى البغوي وغيره وجها : أنه لا يجوز وإن فاتته بلا عذر [ ص: 308 ] وجب قضاؤها على الفور على الأصح ، وقيل : لا يجب على الفور ، بل له التأخير ، وإذا قضى صلوات استحب قضاؤهن مرتبا ، فإن خالف ذلك صحت صلاته عند الشافعي ومن وافقه سواء كانت الصلاة قليلة أو كثيرة
"Kesimpulan madzhab (atas hadits qodho'): bahwasanya apabila tertinggal satu sholat fardhu, maka wajib mengqodho'nya. Apabila tertinggal sholat karena udzur, maka disunnahkan mengqodho'nya sesegera mungkin tapi boleh mengakhirkan qodho' menurut pendapat yang shohih.
Imam Baghowi dan lainnya menceritakan suatu pendapat: bahwasanya tidak boleh mengakhirkan qodho'. Kalau lalainya sholat tanpa udzur, maka wajib mengqodho' sesegera mungkin menurut pendapat yang lebih shohih."
*TATA CARA QODHO'*
Dalam mengqodho' sholat disunnatkan menenertibkan sholat yang diqodho', maka bila seseorang meninngalkan sholat shubuh dan zhuhur, di sunnatkan menqodho' sholat shubuh dulu baru salat zhuhur, begitu pula *disunnatkan mendahulukan sholat qodho' yang tertinggal karna udzur daripada sholat wajib (ini jika tidak dikhawatirkan habis waktu shalat yang wajib)* sekalipun hilang kesempatan untuk berjamaah, adapun shalat yang di tinggalkan bukan karena keudzuran maka hukum mendahulukannya dari shalat tunai adalah wajib dengan syarat tidak dikhawatirkan keluar waktu shilat wajib, namun bila dikhawatirkan keluar waktu sholat wajib maka wajib mendahulukan sholat wajib. Dan wajib mendahulukan sholat yang tinggal atau terlewatkan bukan karena keudzuran dari yang tinggal atau terlewatkan karena sebuah keudzuran.
*Referensi*
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat yang tertinggal (qodho') kemudian memgerjakan shalat wajib berikutnya.
فعن جابرِ بنِ عبد الله أن عمر بن الخطاب جاء يوم الخَنْدَقِ بَعْدَما غَرَبَتِ الشمسُ، فجَعَلَ يَسُبُّ كُفَّارَ قُرَيْشٍ، قال: يا رسول الله، ما كِدْتُ أُصلِّى العصر حتى كادتِ الشمسُ تَغْرُبُ، فقال النبى صلى الله عليه وسلم: “واللهِ ما صَلَّيْتُهَا“، فقُمْنَا إلى بُطْحَانَ، فتَوَضَّأَ للصلاة، وتوضَّأْنا لها، فصَلَّى العصرَ بعدَما غَرَبَتِ الشمسُ، ثم صلَّى بعدَها المغربَ.
“Dari Jabir bin Abdillah bahwasanya Umar bin al-Khatthab datang setelah matahari terbenam di hari perang Khandaq. Umar lantas mencela para kafir Quraisy. Dia berkata: “wahai Rasulullah, tadi aku tidak shalat Ashar hingga matahari hampir terbenam.” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lantas berkata: “Demi Allah, aku juga belum shalat.” Lantas kami menuju sungai. Beliau berwudhu untuk shalat, kami juga demikian berwudhu untuk shalat. Akhirnya beliau shalat Ashar setelah matahari terbenam lalu setelah itu shalat Maghrib.” (HR. Bukhari Muslim)
I'anatut Thalibin, hal 23, jilid 1, cetakan Al-Haramain.
(ويسن ترتيبه) أي الفائت، فيقضي الصبح قبل الظهر، وهكذا.
(وتقديمه على حاضرة لا يخاف فوتها) إن فات بعذر، وإن خشي فوت جماعتها - على المعتمد -.
وإذا فات بلا عذر فيجب تقديمه عليها.
أما إذا خاف فوت الحاضرة بأن يقع بعضها - وإن قل - خارج الوقت فيلزمه البدء بها.
ويجب تقديم ما فات بغير عذر على ما فات بعذر.
Hasyiah Bujairimi 'Alal Manhaj, jilid 1, halaman 158, Cetakan DKI.
(وَسُنَّ تَرْتِيبُهُ) أَيْ: الْفَائِتِ فَيَقْضِي الصُّبْحَ قَبْلَ الظُّهْرِ وَهَكَذَا(وَتَقْدِيمُهُ عَلَى حَاضِرَةٍ لَمْ يَخَفْ فَوْتَهَا) مُحَاكَاةً لِلْأَدَاءِ، فَإِنْ خَافَ فَوْتَهَا بَدَأَ بِهَا وُجُوبًا لِئَلَّا تَصِيرَ فَائِتَةً
Dalam kitab Tuhfatu al-Thullab karangan Imam Zakariya Al-Anshari,
يقضي الشخص ما فاته من مؤقت وجوبا في الفرض متى تذكره وقدر على فعله إلا إن خاف فوت حاضرة فيبدأ بها
"Seseorang wajib meng-qadha’ shalat (fardlu) yang telah terlewat waktunya ketika ia telah ingat dan memungkinkan untuk melaksanakannya, keuali jika dikhawatirkan terlewatinya menjalankan shalat ada’ (pada waktunya), maka ia harus mendahulukan shalat ada’ terlebih dahulu." Wallohu a'lam
Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar