MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 10 September 2015

ALLAH MEWAJIBKAN HAJI



Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، شَرَعَ لِعِبَادِهِ التَزَاوَجَ لِإِنْجَابِ الْأَوْلَادِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَدَتاً أَدخَرَهَا لِيَوْمِ المَعَادِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ سَائِرِ العِبَادِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ البَرَرَةِ اَلْأَمْجَادِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ حق تقاته وﻻتموتن اﻻ وانتم وسلمون

Ibadallah,

Pada suatu hari, di kota Nabi, Kota Madinah al-Munawwarah, kira-kira 10 bulan sebelum wafatnya Nabi ﷺ, beliau berkhotbah di tengah sahabat:

“Wahai manusia, Allah telah mewajibkan kepada kalian haji, maka tunaikanlah haji!”

Ada seorang yang menanggapi, “Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?”

Beliau ﷺ diam tidak menanggapi. Orang tersebut mengulang pertanyaannya hingga tiga kali. Lalu Rasulullah ﷺ menjawab, “Seandainya kukatakan iya, niscaya diwajibkan (setiap tahun). Dan kalian tidak akan mampu (mengerjakannya).” Kemudian beliau melanjutkan, “Biarkanlah aku tentang sesuatu yang kulapangkan untuk kalian. Sesungguhnya sebab binasa orang-orang sebelum kalian adalah karena banyak bertanya dan mereka menyelisihi nabi-nabi mereka. apabila kuperintahkan sesuatu, lakukanlah semampu kalian. Namun apabila kularang, maka tinggalkanlah.” (HR. Muslim).

Hadits ini sangat jelas menerangkan tentang wajibnya menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Ibadah haji bagi seseorang yang memiliki kemampuan finansial dan kesehatan. Itulah panggilan haji untuknya. Allah ﷻ berfirman,

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS:Ali Imran | Ayat: 97).

Demikianlah wajibnya ibadah haji. Hingga Umar bin al-Khattab berkata,

لَقَدْ هَمَمْتُ أَنَّ أَبْعَثَ رِجَالًا إِلَى هَذِهِ الْأَمْصَارِ فَيَنْظُرُوا كُلَّ مَنْ كَانَ لَهُ جَدَّةٌ فَلَمْ يَحُجَّ، فَيَضْرِبُوا عَلَيْهِمُ الْجِزْيَةَ مَا هُمْ بمسلمين، ما هم بمسلمين

“Saya bertekad untuk mengutus beberapa orang ke berbagai penjuru negeri ini, untuk memeriksa siapa diantara mereka yang memiliki harta, namun dia tidak berhaji, kemudian mereka diwajibkan membayar fidyah. Mereka bukan bagian dari kaum muslimin.. mereka bukan bagian dari kaum muslimin.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/85)

Ibadallah,

Bagaimana akan baik pribadi seorang muslim ketika ia meninggalkan ibadah haji, padahal ia mampu secara finansial dan kesehatan. Ia mampu mengeluarkan hartanya untuk sesuatu yang ia inginkan. Ia suka jalan-jalan dan traveling. Ketika dihadapkan kepada ibadah haji ia beralasan capek. Padahal dalam urusan dunianya ia tidak mengenal lelah.

Bagaimana bisa ibadah haji itu terasa berat baginya, padahal haji hanya diwajibkan satu kali seumur hidupnya. Ia sengaja menunda-nundanya, padahal ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Apakah ketika menunda itu ia yakin bisa berhaji di tahun depan ataukah tidak.

Ada seseorang yang bertanya tentang seseorang yang mampu menunaikan ibadah haji. Akan tetapi ia malas untuk menunaikan hingga berlalu 20 tahun, ia belum juga menunaikan ibadah haji. Akhirnya ia pun mengalami kepikunan. Apakah ia tetap diwajibkan untuk berhaji atau tidak?

Perhatikanlah wahai hamba Allah, bagaimana ia bisa menunda-nunda untuk berangkat haji hingga ia ditimpa kepikunan. Kemudian kematian pun menjemputnya.

Tidakkah orang-orang yang demikian pernah mendengar sebuah hadits shahih dari Nabi ﷺ tentang keutamaan dan keagungan ibadah haji? Tidakkah mereka pernah mendengan sabda Nabi ﷺ,

« مَنْ حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ، فَلَمْ يَرْفُثْ، وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ كَمَا وَلَدَتْهُ أُمُّه »

“Barangsiapa berhaji ke Baitullah kemudian ia tidak berbuat rafats dan tidak berbuat fasik maka ia kembali seperti pada hari dilahirkan oleh ibunya (bersih dari dosa).” (HR. al-Bukhari).

Apakah mereka belum pula mendengar sabdanya ﷺ,

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Haji yang mabrur tiada balasan baginya kecuali surge.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Tidakkah mereka merasa tergerak dan berkeinginan kuat termasuk orang yang dibebaskan dari api neraka? Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

“Tidak ada hari di mana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada hari Arafah. Dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan’?” (HR. Musim).

Orang yang mampu secara finansial sementara tidak berhaji hingga mati, maka dia dihajikan orang lain, dengan biaya yang diambilkan dari warisannya. Meskipun selama hidup, dia tidak pernah berwasiat.

Al-Buhuti mengatakan,

وإن مات من لزماه أي الحج والعمرة أخرج من تركته من رأس المال ـ أوصى به أو لا ـ ويحج النائب من حيث وجبا على الميت، لأن القضاء يكون بصفة الأداء

Apabila ada orang yang wajib haji atau umrah meninggal dunia, maka diambil harta warisannya (untuk badal haji), baik dia berwasiat maupun tidak berwasiat. Sang badal melakukan haji dan umrah sesuai keadaan orang yang meninggal. Karena pelaksanaan qadha itu sama dengan pelaksanaan ibadah pada waktunya (al-Ada’). (ar-Raudh al-Murbi’, 1/249)

Apakah mereka tidak menginginkan maaf dan ampunan dari Allah?

Tidak hati-hati mereka bergetar dan muncul rasa keinginan ketika melihat pemandangan jamaah haji. Orang-orang berpakaian sama, semua mengenakan pakaian ihram. Semua mengucapkan kalimat talbiyah. Mereka memanjatkan berbagai macam doa dan melafadzkan dzikir-dzikir. Mereka memutari Baitullah. Mereka memohon tentang perkaran dunia dan agama mereka kepada Allah. Mereka diridhai dan dicintai Allah ﷻ.

Kemudian mereka berkurban. Mereka merendahkan diri dan tunduk di hadapan Allah.

Tentu pemandangan ini layak untuk diperhatikan bagi mereka yang mau berpikir. Mohonlah taufik dan petunjuk kepada Allah agar diberikan kemudahan. Sungguh Allah lah yang mengabulkan doa dan permintaan.

Bertakwalah wahai hamba Allah,

Bertakwalah wahai orang-orang yang telah Allah ﷻ berikan kemudahan kepada mereka. Tunaikanlah ibadah haji. Seandainya raja atau presiden di dunia ini mengirim utusannya untuk memanggil mereka, untuk memberikan sesuatu dari dunia ini, atau untuk menjalin kedekatan dengan mereka, pastinya mereka akan segera memenuhinya. Baik berjalan mapun berkendaraan. Mereka bersegera mendatanginya. Padahal dunia yang ia berikan adalah sedikit dan fana.

Adapun Allah sang Maharaja, Dia memanggil mereka untuk memperbaiki mereka, memuliakan mereka, mengampuni dosa-dosa mereka, menghilangkan duka dan masalah mereka, melimpahkan kebaikan yang banyak, memenuhi harapan-harapan mereka, dan memperbaiki agama mereka, mengapa mereka menunda-nudanya?

Semoga Allah ﷻ memberi taufik kepada kita untuk bersegera memenuhi panggilannya. Menunaikan ibadah haji di Baitullah al-haram.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْماً لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:

أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى، ان امركم بأمر بداء فيه بنفسه وثنى بمﻻئكته وايهاباالمؤمنين من عباده. وقال تعالى :
(إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَاشِدِيْنَ، اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِّلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِناً مُطْمَئِنّاً وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ الْإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ بِسُوْءٍ فَأَشْغَلَهُ بِنَفْسِهِ، وَرُدَّدْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَكِفْنَا شَرَّهُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، اَللَّهُمَّ وَلِّي عَلَيْنَا خِيَارَنَا، وَكَفِيْنَا شَرَّ شِرَارَنَا، وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَا لَا يَخَافُكَ وَلَا يَرْحَمُنَا، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ إِمَامَنَا وَفِّقْهُ لِمَا فِيْهِ الخَيْرَ وَالصَلَاحَ لِلْإِسْلَامِ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ المُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ بِطَانَتَهُمْ وَجُلَسَائِهِمْ وَمُسْتَشَارِيْهِمْ وَمَنْ حَوْلَهُمْ، اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ جُلَسَاءَ السُّوْءِ وَبِطَانَةَ السُّوْءِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ).

عِبَادَ اللهِ، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ)، (وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ)، فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أكبر َ.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar