*Referensi Terkait Hadyu/Dam Bagi Haji Tamatthu'* (Asimun Mas'ud)
فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ
“Maka siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali.” (QS. Al-Baqarah: 196)
Haji Tamatthu' adalah jenis haji di mana jemaah melakukan umrah terlebih dahulu sebelum melaksanakan haji. *Konsekuensi utama dari haji tamatthu' adalah kewajiban membayar dam atau denda.* Dam tersebut biasanya berupa penyembelihan hewan kurban, seperti kambing, yang disalurkan kepada fakir miskin. Jika jemaah tidak mampu membayar dam dengan penyembelihan, dapat diganti dengan berpuasa, yaitu tiga hari saat ibadah haji dan tujuh hari setelah kembali ke kampung halaman.
*Haji Tamatthu':*
Haji tamatthu' adalah jenis haji yang paling umum dilakukan oleh jemaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam haji tamatthu', jemaah berihram untuk umrah di miqat (tempat awal ihram) kemudian melakukan thawaf dan sa'i umrah. Setelah tahalul (memotong rambut), jemaah berihram kembali untuk melaksanakan haji pada tanggal 8 Dzulhijjah.
*Wajib Bayar Dam:*
Karena jemaah melakukan dua ibadah (umrah dan haji) dalam satu perjalanan, mereka wajib membayar dam/hadyu atau denda. Ini sebagai bentuk pengorbanan dan tanda syukur atas kemudahan yang diberikan Allah SWT.
*Pilihan Dam:*
Dam haji tamatthu' dapat berupa penyembelihan seekor kambing atau sepertujuh dari hewan kurban seperti sapi atau unta. *Jika jemaah tidak mampu membayar dam dengan penyembelihan, mereka dapat menggantinya dengan berpuasa sepuluh (10) hari.*
*Penggunaan Dam:*
Dam yang dibayar oleh jemaah haji tamatthu' disalurkan kepada fakir miskin di sekitar Masjidil Haram.
*Tata Cara:*
Jemaah yang melakukan haji tamatthu' melakukan ihram untuk umrah terlebih dahulu di miqat, kemudian melakukan thawaf dan sa'i, serta tahalul. Setelah itu, jemaah kembali berihram untuk haji pada tanggal 8 Dzulhijjah.
*Keuntungan:*
Haji tamatthu' memberikan kemudahan bagi jemaah yang datang dari luar Makkah karena memungkinkan mereka melaksanakan umrah dan haji dalam satu perjalanan.
*Fatwa MUI:*
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa bahwa penyembelihan hewan dam atas haji tamatthu' atau qiran harus dilakukan di Tanah Haram, dan jika dilakukan di luar Tanah Haram, hukumnya tidak sah.
*Catatan:*
*Syarat Membayar Dam Dengan Berpuasa*
Imam Ar-Rafi‘i memberikan kemudahan bagi kita untuk mengetahui mana yang tartib (keharusan) dan mana yang takhyir (pilihan). Serta mana yang taqdir (ketetapan) dan mana yang ta’dil (keadilan).
فمعنى الترتيب انه يجب الدم ولا يجوز العدول إلى غيره إلا إذا عجز عنه ومعنى التخيير انه يجوز العدول إلى غيره
“Makna tartib adalah bahwa diharuskan bagi jamaah haji (yang melanggar larangan) untuk membayar denda dan tidak diperbolehkan menggantinya dengan denda lain yang setara kecuali orang tersebut tidak mampu membayarnya. Sedangkan makna takhyir adalah boleh mengganti dengan denda lain yang setara.”
فمعنى التقدير ان الشرع قدر البدل المعدول إليه ترتيبا أو تخييرا أي مقدرا لا يزيد ولا ينقص ومعنى التعديل انه امر فيه بالتقويم والعدول إلى غيره بحسب القيمة
“Makna taqdir adalah sesungguhnya syariat telah menetapkan denda pengganti yang setara, baik secara berurutan maupun dengan memilih, yakni taqdir bisa juga berarti telah ditetapkan dendanya tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Sedangkan makna ta’dil adalah bahwasanya syariat memerintahkan untuk mencari denda lain dengan takaran yang setara berdasarkan nilai (harga).” (Kitab Al-Majmu’ ala Syarhil Muhadzab karya Imam An-Nawawi)
Singkatnya, selama mampu membayar Dam/Hadyu (denda) dengan memotong hewan maka tidak boleh memilih (menggantinya) dengan BERPUASA 10 HARI (3 hari dilaksanakan di tanah haram dan 7 hari dilaksanakan di tanah air). Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar