MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Minggu, 01 September 2024

KAJIAN TENTANG NAMA AHMAD BIN ISA (AL-MUKHTAFI) DENGAN AHMAD BIN ISA (AL-MUHAJIR)

Kajian saya kali ini sebagai lanjutan bahasan tentang dua nama Ahmad bin Isa yang berbeda satu sama lain sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Muruj Adz-Dzahab wa Ma'adin Al-Jauhar karya Abu Al-Hasan Ali bin Al-Husain Ali Al-Mas'udi juz 4 hal. 125 sebagai Ahmad bin Isa (Al-Mukhtafi) bin Zaid sebagai berikut, 

ظهور أحمد بن عيسى العلوي 

وظهر بعده بالري أحمد بن عيسى بن علي بن الحسن بن علي بن الحسين بن علي بن أبي طالب، ودعا إلى الرضا من آل محمد وحارب محمد بن طاهر، وكان بالري، فانهزم عنه وسار إلى مدينة السلام، فدخلها العلوي.

*Munculnya Ahmad bin Isa Al-Alawi*

Setelah itu, di Ray, muncul Ahmad bin Isa bin Ali bin (Hasan bin Ali) bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, yang menyerukan penerimaan Ahlul Bait dan memerangi Muhammad bin Thahir yang berada di Ray. Ia mengalahkan Muhammad bin Thahir dan kemudian pergi ke Kota Perdamaian (Baghdad), yang kemudian dimasuki oleh Al-Alawi." (Muruj Adz-Dzahab wa Ma'adin Al-Jauhar, karya Abu Al-Hasan Ali bin Al-Husain Ali Al-Mas'udi juz 4 hal. 125)

Juga dijelaskan dalam Kitab Muntaha Al-Amal fi Tawarikh An-Nabi wa Aali, karya Syeikh Abbas Al-Qumi juz 2 hal.83-84 sebagai berikut,

عقب عيسى بن زيد من أربعة أولاد:

1- احمد المختفي 2- زيد 3- محمد 4- الحسين الغضارة ، و الحسين المذكور هو جدّ عليّ بن زيد بن الحسين الذي خرج في ايّام المهتدي باللّه و بايعه جمع من عوام الكوفة و أعرابها، فارسل المهتدي شاه بن ميكال لحربه في جيش عرمرم فلمّا سمع جيش عليّ بالخبر خافوا لانّ عددهم كان حوالي مائتي فارس ؛ فلمّا رأى عليّ خوف أصحابه و دهشتهم قال لهم : أيها الناس انّ القوم لم يريدوا أحدا سواي و انّي رفعت بيعتي عنكم فاذهبوا لشأنكم و دعوني و اياهم، فقالوا : لا و اللّه لا نفعل هذا أبدا.

فلمّا وصل الجيش دخل في قلوبهم رعب عظيم فقال عليّ : اثبتوا و انظروا ما اصنع، فسلّ‏ سيفه ثم قنّع فرسه و حمل في وسطهم يضربهم يمينا و شمالا فأفرجوا له حتى صار خلفهم و علا على تل، ثم حمل من خلفهم فافرجوا له حتى عاد الى موقعه، فحمل هكذا ثلاث مرات حتى قوى أصحابه و ذهب الخوف عنهم فهجموا على القوم فهزموهم أقبح هزيمة.

و بقى عليّ بن زيد الى أيام المعتمد فأخذه ناجم مع طاهر بن محمد بن القاسم بن حمزة بن الحسن بن عبيد اللّه بن العباس بن أمير المؤمنين (عليه السلام) و طاهر بن احمد بن القاسم بن محمد بن القاسم بن الحسن بن زيد بن الحسن بن عليّ بن ابي طالب، بالبصرة فضرب أعناقهم.

"Anak-anak Isa bin Zaid ada empat:

1. Ahmad Al-Mukhtafi

2. Zaid

3. Muhammad

4. Al-Hussein Al-Ghadharah. 

Al-Husein yang disebutkan adalah kakek dari Ali bin Zaid bin Al-Husein yang muncul pada masa Al-Muhtadi Billah dan dibaiat oleh sekelompok orang biasa dari Kufah dan suku-sukunya. Maka Al-Muhtadi mengirim Shah bin Mikal untuk memeranginya dengan pasukan besar. Ketika pasukan Ali mendengar berita itu, mereka merasa takut karena jumlah mereka sekitar dua ratus kesatria. Ketika Ali melihat ketakutan dan kebingungan para sahabatnya, ia berkata kepada mereka: 'Wahai manusia, mereka tidak menginginkan siapa pun kecuali saya, dan saya telah membebaskan baiat saya dari kalian, maka pergilah untuk urusan kalian dan biarkan saya dengan mereka.' Mereka menjawab: 'Tidak, demi Allah, kami tidak akan melakukan itu selamanya.'

Ketika pasukan tiba, ketakutan yang besar masuk ke dalam hati mereka. Ali berkata: 'Bertahanlah dan lihat apa yang akan saya lakukan.' Ia menghunus pedangnya, kemudian menutupi kudanya, dan menyerang di tengah mereka, memukul mereka ke kanan dan kiri. Mereka memberi jalan untuknya hingga ia berada di belakang mereka dan naik ke sebuah bukit, kemudian ia menyerang dari belakang mereka dan mereka memberi jalan lagi hingga ia kembali ke posisinya. Ia melakukan ini tiga kali hingga para sahabatnya menjadi kuat dan ketakutan hilang dari mereka, lalu mereka menyerang musuh dan mengalahkan mereka dengan kekalahan yang sangat memalukan."

"Dan Ali bin Zaid tetap ada hingga masa Al-Mu'tamid, lalu ia ditangkap oleh Najim bersama Tahir bin Muhammad bin Al-Qasim bin Hamzah bin Al-Hasan bin Ubaidullah bin Al-Abbas bin Amirul Mu'minin (semoga keselamatan dan berkah untuknya) dan Tahir bin Ahmad bin Al-Qasim bin Muhammad bin Al-Qasim bin Al-Hasan bin Zaid bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Talib, di Basra, lalu mereka dipenggal lehernya."

كان احمد بن عيسى بن زيد رجلا عالما فقيها زاهدا له كتاب في الفقه، و أمّه عاتكة بنت الفضل بن عبد الرحمن بن العباس بن ربيعة بن الحارث بن عبد المطلب الهاشمية، ولد سنة (185) هـ و توفى سنة (240) هـ و كفّ بصره في آخر عمره و كان يعيش في دار الخلافة بعد وفاة أبيه عيسى و تسليمه الى المهدي العباسي كما ذكرناه عند وفاة أبيه و بقي هناك الى زمن الرشيد و قال صاحب عمدة الطالب : كان عند الرشيد الى أن كبر و خرج فأخذ و حبس فخلص، و اختفى الى أن مات بالبصرة و قد جاوز الثمانين، فلذلك سمّي بالمختفي ؛ و زوجته خديجة بنت عليّ بن عمر بن الحسين (عليه السلام) ، و هي أمّ ابنه محمد الوجيه الفاضل المتوفي بالحبس ببغداد.

"Ahmad bin Iisa bin Zaid adalah seorang yang berilmu, ahli fiqh, dan zuhud. Ia memiliki kitab tentang fiqh. Ibunya adalah Atikah binti Al-Fadl bin Abdul Rahman bin Al-Abbas bin Rabiah bin Al-Harith bin Abdul Muthalib dari keturunan Hashim. Ia lahir pada tahun 185 H dan meninggal pada tahun 240 H. Ia kehilangan penglihatannya di akhir hayatnya dan tinggal di Darul Khilafah setelah ayahnya, Iisa, meninggal dan diserahkan kepada Al-Mahdi Al-Abbasi, seperti yang telah kami sebutkan saat kematian ayahnya. Ia tinggal di sana hingga masa Al-Rasyid. Penulis 'Umdah Al-Talib' menyatakan bahwa ia berada di sisi Al-Rasyid hingga ia tua, kemudian ia keluar dan ditangkap, namun berhasil melarikan diri dan bersembunyi hingga meninggal di Basra pada usia lebih dari delapan puluh tahun. Oleh karena itu, ia disebut Al-Mukhtafi. Istrinya adalah Khadijah binti Ali bin Umar bin Al-Hussein (semoga keselamatan dan berkah untuknya), dan ia adalah ibu dari anaknya, Muhammad Al-Wajih Al-Fadhil, yang meninggal di penjara di Baghdad." (Muntaha Al-Amal fi Tawarikh An-Nabi wa Aal karya Syeikh Abbas Al-Qumi juz 2 hal.83-84).

Adapun nama Ahmad bin Isa bin Muhammad (Al-Muhajir) saya dapatkan penjelasannya dari Kitab Abna’ Al-Imam fi Mishri wa Asy-Syam, karya Yahya bin Muhammad bin Qasim Al-Husaini Al-Alawi Asy-Syahir Ibni Thabathaba (Ibnu Thabathaba w.478) hal.167 sebagai berikut,

احمد بن عيسى الشهير بالمهاجر كان كثيرا جدا فى حضرموت وبعض بلاد المسلمين، له أربعة أولاد : محمد بن احمد، وعبد الله بن احمد، وعلي بن احمد وحسين بن احمد 

"Ahmad bin Isa yang terkenal dengan nama Al-Muhajir sangat banyak di Hadhramaut dan beberapa negara Muslim lainnya. Dia memiliki empat anak: Muhammad bin Ahmad, Abdullah bin Ahmad, Ali bin Ahmad, dan Husain bin Ahmad." (Abna' Al-Imam Fi Mishr Wa Asy-Syam hal.167)

Namun terdapat dalam Kitab Asy-Syajarah Al-Mubarakah, karya Imam Fakhrurrazi hal. 127 dijelaskan bahwa anak Ahmad bin Isa hanya tiga, yaitu Muhammad, Ali dan Husein sebagaimana berikut,

وأما احمد الابح، عقبه من ثلاثة بنين : محمد ابو جعفر بالري، وعلي بالرملة، والحسين عقبه بنيسابور. واختلطت نسب ولد الحسين هذا بولد الحسين بن احمد الشعراني بن علي العريضي.

"Adapun Ahmad Al-Abah memiliki keturunan dari tiga anak laki-laki: 

1. Muhammad Abu Ja'far di Rayy, 

2. Ali di Ramalah (Palestina), dan 

3. Husain di Naisabur (Iran). (Asy-Syajarah Al-Mubarakah, karya Imam Fakhrurrazi hal. 127).

Juga terdapat dalam Kitab Al-Burqah Al-Musyiqah, karya Ali bin Abu As-Sakran hal.34-35 sebagai Ahmad bin Isa Al-Muhajir sebagai berikut,

و من أولاد الامام شهاب الدين احمد بن عيسى الامام البارح والبدر الساطع ذو التواضع الحقيقى والسر المصطفوي أبو محمد الشيخ عبد الله ابن احمد بن عيسى بن محمد بن علي بن جعفر الصادق كان اماما جوادا وجبرا راسخا ذا كرم وسخا ومروءة وتقى وكمال خلق وبر ووفا ، وسما في الخيرات والمحاسن حاله وعلا في كمال التواضع والخمول مقامه وكان من عظم تواضعه وشدة خوله وكمال معرفة لنفسه واحتقاره لها لا يتسمى بعبد الله بل يصغر اسمه اجلالا لر به وتحقيراً لنفسه فيسمى نفسه عبيداً ولا يرضى بغيره ذكره.

"Dan di antara keturunan Imam Syihabuddin Ahmad bin Isa, Imam yang mulia dan bintang yang bersinar, yang memiliki kerendahan hati yang sejati dan rahasia yang terpilih, Abu Muhammad Sheikh Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja'far Ash-Shadiq, adalah seorang imam yang dermawan dan memiliki kepribadian yang kukuh, penuh dengan kemurahan hati, kebajikan, dan ketakwaan, serta memiliki akhlak yang sempurna, kebaikan, dan kesetiaan. Ia terkenal dalam kebaikan dan sifat-sifat mulia, serta tinggi dalam kerendahan hati dan kesederhanaan. Karena besarnya kerendahan hatinya, ketulusan hatinya, dan pengetahuannya yang mendalam tentang dirinya, ia merendahkan namanya dan tidak menyebut dirinya Abdullah, melainkan lebih suka menyebut dirinya 'Hamba' (Ubaid) sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhannya dan merendahkan diri." (Kitab Al-Burqah Al-Muayiqah, karya Ali bin Abu Bakar As-Sakran hal.34-35). Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar