Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96).
Dahulu para nabi dan rasul (utusan) Allah Ta’ala mendorong dan menyemangati umat mereka untuk bertaubat dan istigfar, serta menjelaskan kepada umat mereka bahwa hal itu termasuk sebab dikabulkannya doa, turunnya hujan, banyaknya kebaikan, tersebarnya keberkahan pada harta dan anak.
Allah Ta’ala berfirman tentang kisah Nabi Nuh ‘alaihis salam bahwa beliau berkata kepada kaumnya,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارً
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhan kalian, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,”
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
“Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan lebat.”
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“dan membanyakkan harta dan anak-anak kalian, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).
Allah Ta’ala berfirman tentang kisah Nabi Hud ‘alaihis salam bahwa beliau mengatakan kepada kaumnya,
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhan kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atas kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa’”. (QS. Hud: 52).
Senada dengan kisah dalam Al-Qur'an adalah kisah dikabulkannya doa ahli maksiat yang telah bertobat kepada Allah dimasa Nabi Musa alaihissalam berikut,
[توبة العبد العاصي] وروي أنه لحق بني إسرائيل قحط على عهد موسى عليه السلام فاجتمع الناس إليه، فقالوا: يا كليم الله! ادع لنا ربك أن يسقينا الغيث، فقام معهم، وخرجوا إلى الصحراء وهم سبعون ألفا أو يزيدون. فقال موسى عليه السلام: إلهي! اسقنا غيثك: وانشر علينا رحمتك، وارحمنا بالأطفال الرضع، والبهائم الرتع، والمشايخ الركع فما زادت السماء إلا تقشعا، والشمس إلا حرارة.
فقال موسى إلهي إن كان قد خلق جاهي عندك، فبجاه النبي الأمي محمد صلى الله عليه وسلم الذي تبعثه في آخر الزمان! فأوحى الله إليه: ما خلق جاهك عندي، وإنك عندي وجيه، ولكن فيكم عبد يبارزني منذ أربعين سنة بالمعاصي، فناد في الناس حتى يخرج من بين أظهركم، فبه منعتكم.
فقال موسى إلهي وسيدي! أنا عبد ضعيف، وصوتي ضعيف، فأين يبلغ وهم سبعون ألفا أو يزيدون؟ فأوحى الله إليه: منك النداء، ومني البلاغ فقام مناديا وقال: يا أيها العبد العاصي الذي يبارز الله منذ أربعين سنة! اخرج من بين أظهرنا، فبك منعنا المطر.
فقام العبد العاصي، فنظر ذات اليمين وذات الشمال، فلم ير أحدا خرج. فعلم أنه المطلوب; فقال في نفسه: إن أنا خرجت من بين هذا الخلق افتضحت على رؤوس بني إسرائيل، وإن قعدت معهم منعوا لأجلي. فأدخل رأسه في ثيابه نادما على فعاله، وقال: إلهي وسيدي! عصيتك أربعين سنة وأمهلتني، وقد أتيتك طائعا فاقبلني.
فلم يستتم الكلام حتى ارتفعت سحابة بيضاء فأمطرت كأفواه القرب، فقال موسى: إلهي وسيدي! بماذا سقيتنا وما خرج من بين أظهرنا أحد؟ فقال: يا موسى! سقيتكم بالذي به منعتكم. فقال موسى: إلهي! أرني هذا العبد الطائع. فقال يا موسى! إني لم أفضحه وهو يعصيني، [أ] أفضحه وهو يطيعني؟! يا موسى! إني أبغض النمامين عليه، [أ] فأكون نماما؟!
(أنظر : كتاب التوابين لابن قدامة؛ عبد الله بن محمد بن قدامة الجماعيلي المقدسي ثم الدمشقي الحنبلي)
*[Taubatnya seorang hamba yang durhaka]*
Diriwayatkan bahwa terjadi kekeringan melanda Bani Israil pada zaman Musa alaihissalam, sehingga orang-orang berkumpul menghadapnya dan berkata, "Wahai Yang Maha Mengetahui Allah! Berdo'alah kepada Tuhanmu agar memberi kami (menurunkan) hujan," sehingga dia (Musa) bangkit bersama mereka, dan mereka pergi ke padang pasir ketika mereka berjumlah 70.000 (tujuh puluh ribu) atau lebih (Istisqa' meminta hujan). Musa alaihissalam, berdoa, "Ya Tuhanku! Beri kami hujan, dan sebarkan belas kasihan Engkau kepada kami, dan kasihanilah bayi kami yang masih menyusu, binatang yang merenung, dan orang tua yang berlutut, karena langit hanya menjadi lebih cerah, dan matahari tidak lain adalah panas."
Musa alaihissalam berdo'a, “Ya Tuhanku, muliakanlah aku disisi-Mu, maka dengan kehormatan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang buta huruf, yang akan Engkau utus kepadanya di akhir zaman!" Maka Allah berfirman kepadanya, "Aku tidak menciptakan kehormatanmu untukku, dan kamu bagiku adalah orang yang berharga, tetapi di antara kamu ada seorang budak yang telah memusuhi aku selama empat puluh tahun dengan berbuat dosa, panggillah dia diantara orang-orang sampai dia keluar dari tengah-tengahmu, maka sebab karenanya Aku mencegah (hujan) untukmu."
Musa berkata, "Ya Tuhanku, wahai tuanku! Aku seorang hamba yang lemah, dan suaraku pun lemah, jadi dimana (memanggilnya) ketika mereka berjumlah tujuh puluh ribu atau lebih?" Kemudian Allah mewahyukan kepadanya, "Darimu cukup memanggil, dan dariku yang menyampaikan panggilan," maka dia (Musa) bangun dan memanggil dan berkata, "Wahai hamba yang durhaka yang telah memusuhi Allah selama empat puluh tahun!
Keluar dari tengah-tengah kami, karena keberadaanmu mencegah kami dari turunnya hujan."
Maka bangunlah hamba yang durhaka itu dengan melihat ke kanan dan ke kiri, dan dia tidak melihat seorang pun yang keluar. Dia mengetahui bahwa dirinya orang yang dicari; Dia berkata pada dirinya sendiri, "Jika aku keluar dari orang-orang ini, aku akan ditertawakan dihadapan para pembesar Bani Israil, dan jika aku tetap duduk bersama mereka, maka mereka akan terhalang (turunnya hujan) karenaku." Maka dia memasukkan (menutupi) kepalanya kedalam pakaiannya, menyesali apa yang telah dia lakukan, dan berkata, "Ya Tuhanku, wahai tuanku! Aku telah mendurhakai-Mu selama empat puluh tahun dan Engkau masih memberiku waktu, aku datang kepada-Mu dengan kepatuhan, ketaatan, maka terimalah aku (ketaatan dan taubatku)."
Maka belum sampai sempurna ucapan kalimat, sehingga awan putih naik dan hujan turun dengan lebat seperti mulut kalajengking, maka Musa berkata, "Ya Tuhanku, wahai tuanku! Sebab apa Engkau menyirami kami (menurunkan hujan) dan apa yang telah keluar dari tengah-tengah kami?" Dia (Allah) berfirman, "Wahai Musa! Aku menyiramimu dengan sebah apa yang menghalangimu." Musa berkata, "Ya Tuhanku! Tunjukkan kepadaku hamba yang taat ini." Dia (Allah) menjawab, "Hai Musa! Aku tidak menampakannya (mengekspos) dia ketika dia tidak mentaati-Ku, apakah Aku harus mengekspos dia sementara dia telah taat kepada-Ku?! Wahai Musa! Aku benci para tukang gosip membicarakan tentang dia, maka apakah aku akan menjadi penggosip?!"
(Lihat : Kitab At-Tawwabiin juz 1 hal. 80-82 Karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Al-Hambali)
Sementara dalam kitab ulama yang lain dijelaskan sebuah riwayat tentang doanya Barakh Al-Aswad dengan nada mendebat Allah Ta'ala,
فقد روي أنّ بني إسرائيل كانوا قد قحطوا سبع سنين، فخرج موسى عليه السلام يستسقي لهم في سبعين ألفاً، فأوحى الله تعالى إليه: ( كيف أستجيب لهم وقد أظلّت عليهم ذنوبهم، وسرائرهم خبيثة؟! يدعونني على غير شيء، ويأمنون مكري! ارجع إلى عبد من عبادي يُقال له: (برخ). يخرج حتّى أستجيب له! ).
Diriwayatkan bahwa Bani Israel telah dilanda kemarau selama tujuh tahun, maka Musa alihissalam, keluar untuk meminta hujan buat mereka (shalat istisqa') dengan tujuh puluh ribu (kaumnya), sehingga Allah SWT mewahyukan kepadanya, "(Bagaimana Aku mengabulkan doa mereka sungguh telah tertutup dengan dosa-dosa mereka dan rahasia-rahasia keburukan mereka?! Mereka memohon kepada-Ku tanpa alasan (ketaatan) apapun, dan mereka mengharap rasa aman dari makar-Ku! Kembalilah (mintalah) kepada seorang hamba dari hamba-hamba-Ku yang disebut Barkh. Dia akan keluar (ikut berdoa) sehingga Aku mengabulkan doa baginya!"
فسأل عنه موسى عليه السلام فلم يعرفه، وبينما موسى يمشي في طريق، إذ بعبد أسود بين عينيه تراب من أثر السّجود في شَملة قد عقدها على عنقه، فعرفه موسى عليه السلام بنور الله تعالى، فسلّم عليه، فقال: ( ما اسمك؟ ).قال: برخ. قال عليه السلام : ( أنت طَلِبَتُنا منذ حين، اخرُج واستسق لنا ).
Maka Musa alaihissalam bertanya tentangnya, tetapi tidak ada yang mengenalinya. Ketika Musa sedang berjalan di perjalanan tiba-tiba bertemu seorang budak hitam di antara matanya dengan debu dari bekas sujud dengan memakai shamlah (syal) yang telah diikat di lehernya, maka Musa alaihissalam mengenalinya dengan cahaya Allah SWT, maka dia mengucapkan salam dan menyapanya, "(Siapa namamu?)." Dia menjawab, "Barkh." Musa alaihissalam berkata, "(Engkau yang kami cari beberapa waktu lalu, pergilah, keluarlah dan mintalah hujan untuk kami)."
فخرج وقال مُخاطباً ربّه: ما هذا من فعالك! وما هذا من حلمك! وما الذي بدا لك؟! أنَقَضت عليك عيونك؟! أم عاندت الرّياح عن طاعتك؟! أم نفد ما عندك؟! أم اشتدّ غضبك على المذنبين؟! ألست كنت غفّاراً قبل خلقك الخاطئين؟! خلقت الرّحمة وأمرت بالعطف، أفتكون لما أمرت من المـُخالفين؟! أم تُرينا أنّك مُمتنع؟! أم تخشى الفوت، وتُعجِّل بالعقوبة؟!
Maka keluarlah dia (Barakh) dan berkata untuk berdialog kepada Tuhannya, "Apakah ini dari perbuatan Engkau! Dan apakah ini dari mimpi-Mu! Dan apa yang akan Engkau mulai?! Apakah Engkau menutup mata?! Atau apakah Engkau menghendaki agar angin tidak mematuhi-Mu?! Atau apakah Engkau kehabisan apa yang Engkau miliki ?! Atau apakah Engkau marah dengan orang-orang berbuat dosa?! Bukankah Engkau Maha Pengampun sebelum Engkau menciptakan orang-orang yang berdosa?! Engkau menciptakan belas kasihan dan memerintahkan untuk bersimpati, jadi apakah Engkau perintahkan untuk menjadi orang yang tidak patuh?! Atau apakah Engkau menunjukkan kepada kami bahwa Engkau sebagai penolak (doa)?! Ataukah Engkau takut tertinggal, dan sehingga Engkau mempercepat siksaan?!
فما برح برخ حتّى خاضت بنو إسرائيل بالمطر، فلمـّا رجع برخ استقبل موسى عليه السلام فقال: أرأيت حين خاصمت ربّي كيف أنصفني . (مسكن الفواد عند فقد الأحبة و الأولاد - الشهيد الثاني - الصفحة ٧٠)
Tidak lama setelah Barkh pergi (dari tanah lapang), Bani Israil diguyur hujan deras, dan ketika Barkh kembali pulang, dia bertemu Musa alaihissalam dan berkata, "Apa yang kamu lihat ketika aku berdebat dengan Tuhanku, bagaimana kalian membenarkanku?" (Lihat : Musakkinul Fuad 'Inda Faqdi Ahibbati Wal Awlaad hal. 70 karya Asy-Syahid Ats-Tsani Syeikh Zainuddin Ali bin Ahmad Al-'Amili )
Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموقف الى أقوم الطريق*