MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Senin, 30 November 2020

KAJIAN TENTANG PERBEDAAN KHALAQA, FATHARA DAN JA'ALA DALAM AL-QUR'AN

Jika kita membaca Al-Qur'an secara teliti, ada beberapa kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu makna. Tentang penciptaan misalnya, kata kerja yang sering digunakan kata khalaqa (خلق), fathara (فطر) dan ja-‘ala (جعل). Ketiga kata tersebut, selalu disandingkan dengan proses penciptaan alam semesta beserta isinya.

Dalam terjemahan Al-Qur'an, kata khalaqa (خلق), fathara (فطر) dan ja-‘ala (جعل) biasanya dimaknai dengan kata yang sama yakni menciptakan atau menjadikan. Padahal setiap kata di dalam Al-Qur'an memiliki perbedaan. Lalu apa perbedaan tiga kata tersebut?

Kata خَلَقَ disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan turunannya, seperti kata  خَلَقَ yang disebutkan sebanyak 76 kali, خَلَقْتُ yang disebutkan sebanyak 11 kali,   خَلَقَكُمْ yang disebutkan sebanyak 16 kali , خَلَقْنا yang disebutkan sebanyak 41 kali, dan sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع), kata kerja pasif (مجهول) dan gerund (مصدر).

Kata fathara (فطر) disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 2 kali, faathiru (فاطر) sebanyak 3 kali, fatharani (فطرني) sebanyak 3 kali, fatharanaa (فطرنا) sebanyak 1 kali, fatharahunna (فطرهن) sebanyak 1 kali.

Kata جَعَلَ  disebutkan lebih dari 200 kali dalam al-Qur’an, beserta kata ganti dan turunannya, seperti kata  جَعَلَ yang disebutkan sebanyak 78 kali, جَعَلَكُمْ yang disebutkan sebanyak 9 kali, جَعَلْنا yang disebutkan sebanyak 113 kali , dan sisanya dalam bentuk present tense (فعل مضارع), kata kerja  perintah (فعل الأمر),kata kerja pasif (مجهول)  dan pelaku (اسم فاعل).

Dalam bahasa arab kata kerja dibedakan bentuk lampau, bentuk sedang atau akan terjadi dan bentuk perintah. jadi kata kerja ini bentuk dan formatnya tergantung dari waktu kejadiannya.

Itulah keindahan bahasa Al-Qur’an, detil dalam setiap penggunaan katanya dan ternyata mengandung makna yang sangat mendalam. Semoga menambah kekaguman kita terhadap kitab suci kita dan semakin menambah keimanan dan keyakinan kita bahwa memang Allah lah yang menurunkan al-Qur’an, karena terbukti kemurniannya hingga saat ini.

Berikut uraiannya. Pertama, kata Khalaqa (خلق). Kata ini bermakna menciptakan sesuatu (yang belum ada sebelumnya) dari sesuatu (yang sebelumnya ada) menjadi sesuatu baru yang belum pernah ada sebelumnya. Misalnya ditunjukkan di dalam QS. Ali Imran ayat 49,

ۖ أَنِّىٓ أَخْلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّينِ كَهَيْـَٔةِ ٱلطَّيْرِ

“… yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung.”

خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al-'Alaq : 2)

Manusia sebelumnya tidak ada kemudian Allah menciptakan sehingga manusia menjadi ada. Dan, ciptaan baru tersebut dibuat dari sesuatu yang sudah ada sebagaimana manusia yang diciptakan dari segumpal darah. Demikian makna kata khalaqa yang ada di dalam Al-Qur'an.

Kedua, kata Fathara (فطر) bermakna menciptakan sesuatu dari tidak ada, atau menciptakan pertama kali.

ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi.” (QS. Fathir : 1)

Langit dan bumi diciptakaan oleh Allah untuk pertama kali. Keduanya diciptakan bukan berasal dari benda lain yang didesain untuk membentuk langit dan bumi melainkan benar-benar ada pertama kali di alam semesta.

Ketiga, Ja‘ala (جعل) bermakna mengubah kejadian sesuatu yang sudah ada ke kejadian lain, seperti dalam surat Yasin ayat 80:

ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلشَّجَرِ ٱلْأَخْضَرِ نَارًا

“… yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau.” (QS. Yaasiin : 80).

Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa kayu diubah kejadiannya menjadi api.

Atau dalam surah Yunus ayat 5:

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ ٱلشَّمْسَ ضِيَآءً وَٱلْقَمَرَ نُورًا

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya.” (QS. Yunus : 5).

Dari ayat-ayat tersebut, dapat dilihat bahwa kata khalaqa (خَلَقَ) dan fathara (فطر) diartikan sebagai: "membuat sesuatu dari yang belum pernah ada sebelumnya atau menciptakan sesuatu sejak semula atau menjadi sebab awal maujudnya sesuatu." Sedangkan جَعَلَ (ja’ala, menjadikan), "yakni membuat sesuatu dari yang sudah ada sebelumnya." Jadi sama-sama perbuatan mencipta/menjadikan, tetapi perbuatan خَلَقَ (khalaqa) atau فطر fathara yang bermakna menciptakan) lebih dahulu daripada perbuatan جَعَلَ (ja’ala, menjadikan). Pengurutan ini bisa kita amati dalam ayat-ayat diatas.

Perbedaan lainnya antara dua kata tersebut adalah kata خَلَقَ dan فطر biasa digunakan/pelakunya hanya untuk Allah, Sedangkan جَعَلَ,  bisa digunakan/pelakunya untuk selain Allah. Jadi, setiap kata “khalaqa” , maka disana semata-mata Allah saja yang berperan menciptakannya, tanpa ada campur tangan makhluk lain. Sementara bila kata “ja’ala”, maka ada campur tangan makhluk lain didalamnya.

Contohnya kongkrit antara kata khalaqa dam ja'ala adalah ayat,

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS aR-Ruum: 21)

Mengapa pada ayat diatas tatkala Allah mengatakan menciptakan manusia, memakai kata خلق “khalaqa”, sedangkan ayat selanjutnya pada ayat diatas juga, tatkala mengatakan “menjadikan diantara kamu“, memakai kata جعل  “ja’ala “, bukankah kedua arti diatas sama-sama berartikan “menjadikan/menciptakan..?”.

Ternyata, betapa telitinya Allah dalam memasangkan kata perkata sesuai dengan maknanya yang terkandung didalam al-Qur’an, dan pemakaian setiap kata tersebut berbeda maknanya.

Pada kata pertama dalam ayat diatas, Allah mengatakan menciptakan (خَلَقَ) manusia. Jadi benar-benar Allah yang menciptakan manusia itu tanpa ada campur tangan makhluk lainnya, sementara pada kata kedua dipakai kata “جَعَلَ”. Dan menjadikan diantara kamu cinta dan kasih sayang. Ini bermakna, bahwa dalam menciptakan atau menjadikan pernikahan itu menjadi sebuah cinta dan kasih sayang, bukan hanya Allah saja yang menentukannya, tapi atas usaha kedua belah pihak, yaitu suami dan istri.

Allah memang sudah menjanjikan pada kita dengan adanya pernikahan, maka terciptalah ketenangan, kasih sayang dan cinta, namun semua itu tidak akan mungkin tercapai tanpa usaha kedua belah pihak, tidak akan tercapai tujuan pernikahan untuk menuju ketenangan jiwa cinta dan kasih sayang, tanpa usaha dari kedua belah pihak. Itulah sebabnya Allah memakai kata, “جَعَلَ, bukan khalaqa (خَلَقَ)”, Subhanallah !

Perbedaan lainnya khalaqa (خَلَقَ) bermakna membuat melalui proses yang tidak dapat diganggu gugat. khalaqa adalah kata kerja yang tidak berkaitan dengan proses manusiawi, tapi adalah murni hak prerogatif Allah. Hal ini berbeda dengan kata ja 'ala جَعَلَ yang pada prosesnya menyertakan pekerjaan-pekerjaan kemanusiaan, dimana manusia ikut berperan. Jadi jika sebuah ayat menggunakan kata ja'ala, maka berarti manusia turut terlibat dalam prosesnya.

Contohnya adalah,

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS. Asy-Syura: 49)

قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

"Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia."(QS. Ali ‘Imran: 47)

Dari kedua ayat tersebut, terlihat bahwa penciptaan langit dan bumi serta penciptaan Siti Maryam adalah murni perbuatan Allah, tanpa ada campur tangan manusia.

Bandingkan dengan ayat-ayat ini,

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ

"Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)." (QS. An-Nahl: 80)

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ

"Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan ni'mat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)." (QS. An-Nahl: 81)

Dari kedua ayat tersebut, terlihat bahwa dalam pengadaan rumah dan pakaian (papan dan sandang), ada campur tangan manusia dalam proses pembuatannya yaitu yang membangun rumah, menjahit baju dan memasarkannya.

Jadi, kesimpulannya, ada 3 perbedaan makna kata خَلَقَ dan جَعَلَ yaitu kata kata خَلَقَ adalah menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, sedangkan جَعَلَ adalah membuat sesuatu dari yang sudah ada; kata خَلَقَ ditujukan pada perbuatan Allah, sedangkan جَعَلَ bisa juga manusia sebagai pelakunya; dan kata خَلَقَ adalah kata kerja yang tidak ada campur tangan manusia di dalamnya, sedangkan جَعَلَ ada keterlibatan manusia dalam prosesnya.

Sementara kata fathara (فَطَرَ) merupakan bentuk kata kerja yang semaknya dengan penggunaannya dengan kata khalaqa (خلق). Istilah ini bermakna menampakkan sesuatu yang baru, "membuat sesuatu dari yang belum pernah ada sebelumnya atau menciptakan sesuatu sejak semula atau menjadi sebab awal wujudnya sesuatu", seakan-akan dibelah sehingga menjadi terlihat. Aslinya adalah asy-syaqqu الشق (membelah). Bersama dengan asy-syaqqu ini juga azh-zhuhur الظهر (tampak). Dari sana kemudian dikatakan tafaththarasy syajar (تفطر الشجار) ketika terbelah dengan (mengeluarkan) daun-daunan;  fatharallahul khalqa (فطر الله الخلق) artinya Allah menampakkan makhluk dengan mengadakan mereka, sebagaimana tampaknya dedaunan bila pohon membelah dirinya, yakni tatkala dedaunan bersemi darinya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala berikut, 

إِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan." (QS. Al-An'am : 79).

 فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

"Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Ar-Ruum : 30).

Demikianlah Asimun Ibnu Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar