MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Rabu, 27 November 2024

KAJIAN TENTANG APAKAH AGAMA NABI ADAM 'ALAIHISSALAM BUKAN ISLAM?



Berawal lewat diberanda FB sebuah potongan video yang didalamnya menyebutkan bahwa Nabi Adam sebelumnya bukan beragama islam tetapi setelah datangnya Rasulullah maka baru beragama islam.

Dari video tersebut saya mencoba mencari referensi guna menjelaskan kepada umat islam yang masih awam agar tidak salah persepsi dan salah paham dengan pernyataan yang belum jelas maksud dan tujuan dari ucapan dalam video. Oleh karenanya saya menyampaikan apa yang telah dijelaskan dalam kitab Ar-Rusul wa Ar-Risalat terkait agama para nabi dan rasul sebelum datangnya agama islam yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut,

ما من رسول إلا وبعث في قومه ليدعوهم إلى التوحيد الذي هو الإسلام ، تبين لنا أن الدين الذي يحب الله من عباده أن يدينوا له به هو الإسلام ، الذي يعني عقيدة التوحيد التي تؤمن بأركان الإيمان الست ، وتقوم على قيم الحق والعدل والفضيلة ، وهو الدين الذي بعث به آدم عليه السلام ، وبعث به خاتم الأنبياء والرسل محمد صلى الله عليه وسلم . يقول الحق جل وعلا : ( وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ ) الأنبياء/25.

Tidak ada rasul kecuali diutus kepada kaumnya untuk menyeru mereka kepada tauhid yang merupakan Islam. Terjelaskan bagi kita bahwa agama yang dicintai Allah dari hamba-hamba-Nya untuk dianut adalah Islam, yang berarti keyakinan tauhid yang percaya kepada enam rukun iman, dan berdiri di atas nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kebajikan. Inilah agama yang diutus oleh Adam 'alaihissalam, dan yang dibawa oleh penutup para nabi dan rasul, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Allah yang Maha Benar, Maha Luhur dan Maha Tinggi berfirman,

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ 

"Dan tidaklah Kami mengutus sebelum kamu seorang rasul pun, melainkan Kami wahyukan kepadanya: 'Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku.'" (QS. Al-Anbiya : 25).

وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ ) رواه البخاري في " صحيحه " (رقم/3443) ومسلم (2365) .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Aku adalah orang yang paling berhak terhadap Isa putra Maryam di dunia dan akhirat, dan para nabi adalah bersaudara seayah, ibu-ibu mereka berbeda-beda, tetapi agama mereka satu." (HR. Bukhari dalam "Shahih"-nya, nomor 3443, dan Muslim 2365).

يقول الحافظ ابن حجر رحمه الله :

" معنى الحديث أن أصل دينهم واحد وهو التوحيد وإن اختلفت فروع الشرائع " انتهى من " فتح الباري " (6/489)

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, "Makna hadits ini adalah bahwa pokok agama mereka adalah satu, yaitu tauhid meskipun cabang-cabang syariatnya berbeda." (Fathul Bari, 6/489).

ويقول الدكتور عمر الأشقر حفظه الله :

" الإسلام في لغة القرآن ليس اسماً لدين خاص ، وإنما هو اسم للدّين المشترك الذي هتف به كل الأنبياء ، فنوح يقول لقومه : ( وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ) يونس/72، والإسلام هو الدين الذي أمر الله به أبا الأنبياء إبراهيم ( إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ ) البقرة/ 131، ويوصي كل من إبراهيم ويعقوب أبناءه قائلاً : ( فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ) البقرة/132، وأبناء يعقوب يجيبون أباهم : ( نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ) البقرة/133، وموسى يقول لقومه : ( يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ ) يونس/84، والحواريون يقولون لعيسى : ( آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ) آل عمران/52، وحين سمع فريق من أهل الكتاب القرآن ( قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ ) القصص/53.

فالإسلام شعار عام كان يدور على ألسنة الأنبياء وأتباعهم منذ أقدم العصور التاريخية إلى عصر النبوة المحمدية " انتهى من " الرسل والرسالات " (ص/243)

ولكن شرائع الأنبياء والرسل السابقين – أي الأحكام الفقهية – هي التي نسخت وبدلت بمبعث سيد الرسل محمد صلى الله عليه وسلم ، فقد اختصه الله عز وجل بشريعة كاملة صالحة لكل زمان ومكان ، وأمر جميع الناس أن يتبعوا تلك الشريعة ويتركوا ما كانوا يتبعونه من شرائع الرسل السابقين .

Dr. Umar (Sulaiman Abdullah) Al-Asyqar berkata, "Islam dalam bahasa Al-Qur'an bukan nama untuk agama tertentu, melainkan nama untuk agama yang sama yang diserukan oleh semua nabi. 

Nabi Nuh berkata kepada kaumnya,

وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

'Dan aku diperintahkan agar termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).' (QS. Yunus : 72). 

Islam adalah agama yang diperintahkan Allah kepada Bapak para Nabi, yaitu Ibrahim, 

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ

'Ketika Tuhan-nya berkata kepadanya: 'Berserah dirilah (Islam)!' Ibrahim berkata: 'Aku berserah diri (Islam) kepada Tuhan semesta alam.' (QS. Al-Baqarah : 131). 

Dan Ibrahim serta Yaqub berwasiat kepada anak-anak mereka, 

فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

'Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri (muslim).' (QS. Al-Baqarah: 132). 

Anak-anak Yaqub menjawab ayah mereka, 

نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, Tuhan yang satu, dan kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim) kepada-Nya.' (QS. Al-Baqarah : 133). 

يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ

'Musa berkata kepada kaumnya: 'Wahai kaumku, jika kalian beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya jika kalian adalah orang-orang yang berserah diri (muslim).' (QS. Yunus : 84). 

Para pengikut Isa (Hawariyin) berkata,

آمَنَّا بِاللهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

'Kami telah beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (muslim).' (QS. Ali Imran : 52). 

Ketika sekelompok dari ahli kitab mendengar Al-Qur'an, mereka berkata, 

قَالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّنَا إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ

'Kami telah beriman kepadanya, sesungguhnya ia adalah kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang berserah diri (muslim).' (QS. Al-Qasas : 53).

Jadi, Islam adalah slogan umum yang diucapkan oleh para nabi dan pengikut mereka sejak zaman-zaman sejarah yang paling awal hingga zaman kenabian Muhammad." (Al-Rusul wa Ar-Risalat, Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar hal. 243).

Namun, syariat para nabi dan rasul sebelumnya -yaitu hukum-hukum fikih- adalah yang telah dinasakh (disempurnakan) dan diubah dengan diutusnya Nabi terakhir, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memilihnya dengan syariat yang sempurna dan berlaku untuk setiap waktu dan tempat, dan memerintahkan semua manusia untuk mengikuti syariat tersebut dan meninggalkan apa yang mereka ikuti dari syariat para rasul sebelumnya.

Lebih lanjut diterangkan dalam kitab tersebut,

اختلاف الشرائع

إذا كان الدين الذي جاءت به الرسل واحدا وهو الإسلام فإن شرائع الأنبياء مختلفة ، فشريعة عيسى تخالف شريعة موسى في بعض الأمور ، وشريعة محمد تخالف شريعة موسى وعيسى في أمور ، قال تعالى : ﴿ لِكُلِّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شرْعَةً وَمِنْهَاجاً ) ( سورة المائدة / ٤٨) والشرعة هي الشريعة وهي السنة ، والمنهاج الطريق والسبيل . وليس معنى ذلك أن الشرائع تختلف اختلافا كليا ، فالناظر في الشرائع يجد أنها متفقة في المسائل الأساسية ، وقد سبق ذكر النصوص التي تتحدث عن تشريع الله للأمم السابقة الصلاة والزكاة والحج ، وأخذ الطعام حله وغير ذلك ، والاختلاف بينها إنما يكون في بعض التفاصيل .

Perbedaan Syariat

Jika agama yang dibawa oleh para rasul adalah satu, yaitu Islam, maka syariat para nabi berbeda-beda. Syariat Isa berbeda dengan syariat Musa dalam beberapa hal, dan syariat Muhammad juga berbeda dengan syariat Musa dan Isa dalam hal-hal tertentu. Allah berfirman: "Untuk setiap (umat) Kami jadikan syariat dan jalan yang terang" (QS. Al-Ma'idah : 48). 

Syariat adalah hukum dan sunnah, sedangkan manhaj adalah jalan dan cara. Namun, bukan berarti syariat-syariat tersebut berbeda secara total. Jika kita melihat syariat-syariat itu, kita akan menemukan bahwa mereka sepakat dalam masalah-masalah dasar. Sebelumnya telah disebutkan nash yang berbicara tentang perintah Allah kepada umat-umat sebelumnya mengenai shalat, zakat, haji, dan halal haramnya makanan, serta hal-hal lainnya, dan perbedaan di antara mereka hanya terjadi dalam beberapa rincian. (Ar-Rusul wa Ar-Risalat, Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar hal.250). Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Kamis, 21 November 2024

KAJIAN TENTANG MANFAAT KOPI DAN KISAH KAROMAH YANG MENYALAHI SUNNAH




وكان سيدي رضى الله عنه يقول : إن قهوة البن بدون سكر ترفع وخم البطن ؛ وتعين على السهر ، وكان له منها كل يوم ؛ وقت انتباهه من نوم. القيلولة نحو خمسة عشر فنجانا ؛ ومثلها وقت استيقاظه من النوم آخر الليل ؟ و إذا نزل ضيفا عند أحد فلا يرقد حتى تقرب له أدوات القهوة .

وذكر رضى الله عنه عن شيخه الحبيب أبي بكر بن عبد الله العطاس ؛ أنه قال كان السيد أحمد بن على بحر القديمي القديمي يجتمع بالي و يقظه ، فقال : يا رسول الله أريد أن أسمع عنك حديثاً بلا واسطة . فقال له على أحدثك بثلاثة أحاديث . الأول ما زال ريح قهوة البن في فم الإنسان تستغفر له للملائكة ، الثانى من اتخذ صبحة ليذكر الله بها كتب من الذاكرين الله كثيراً إن ذكر بها أو لم يذكر ، الثالث من وقف بين يدى ولى الله حى أو ميت فكأنما عبد الله في زوايا الأرض ، حتى تقطع إربا إربا .

قال سيدى : وكان الحبيب أبو بكر بن عبد الله العطاس يقول : إن للمكان الذى يترك خاليا يسكنون فيه الجن والمكان الذي تفعل فيه القهوة لا يسكنونه الجن ولا يقربون .

وكان سيدى رضى الله عنه إذا أكمل ورده آخر الليل وأحضرت القهوة بين يديه يقول (الفاتحة) إن الله يلطف بالمسلمين ، ويحفظهم ؛ من بين أيديهم ، ومن خلفهم ، ومن أيمانهم، وعن شمائلهم ، ومن فوقهم ؛ ومن تحت أرجلهم ، من كل ما يؤذيهم ، في دينهم ودنياهم وأخراهم ومعاشهم ومعادهم وأزواجهم ، وأولادهم ، وظواهرهم وبواطنهم ، وأسرارهم وعلانياتهم، في جميع أطوارهم ، فى الدين والدنيا والآخرة فى الطف وعافية ، وإلى حضرة محمد صلى الله عليه وسلم (الفاتحة) لمشائخ القهوة البنية ، ومن شربها النبي بنية ، من صالحي الصوفية، إن الله يتغشاهم بالرحمة والمغفرة ، و إن الله بجاههم عليه، يبلغنا كل أمنية ويحفظنا من كل أذية ؛ ويسهل أرزاقنا الحسية والمعنوية ، ويصلح جهاتنا الحضرمية ، وجميع بلداننا الإسلامية ، ويصاح العمل والنية ، والعاقبة والذرية ، بجاه سيدنا محمد خير البرية

Dan Sayyidi radhiyallahu 'anhu  berkata: "Bahwa kopi tanpa gula dapat meningkatkan rasa mual di perut dan membantu untuk begadang. Ia meminumnya setiap hari; saat terbangun dari tidur siang sekitar lima belas cangkir; dan sebanyak itu pula saat ia terbangun dari tidur di akhir malam. Jika ia berkunjung ke rumah seseorang, ia tidak akan tidur hingga alat kopi disiapkan untuknya.

Sayyidi radhiyallahu 'anhu juga menyebutkan dari gurunya, Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas; bahwa ia berkata, "Said Ahmad bin Ali Al-Bahr Al-Qodimi sering berkumpul dengan saya dalam keadaan terjaga." Ia berkata: "Wahai Rasulullah, saya ingin mendengar hadits dari Anda tanpa perantara." Ia menjawab, "Aku akan memberitahumu tiga hadits. Pertama, selama aroma kopi masih ada di mulut seseorang, ia akan diampuni oleh para malaikat. Kedua, siapa yang mengambil pagi untuk mengingat Allah, ia akan dicatat sebagai orang yang banyak mengingat Allah, baik ia mengingatnya atau tidak. Ketiga, siapa yang berdiri di hadapan wali Allah, baik hidup atau mati, seolah-olah ia telah beribadah kepada Allah di seluruh penjuru bumi, hingga bumi terbelah-belah.

Sayyidi berkata: "Dan Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas berkata: 'Tempat yang dibiarkan kosong dihuni oleh jin, sedangkan tempat yang digunakan untuk membuat kopi tidak dihuni oleh jin dan mereka tidak mendekatinya.' Sayyidi radhiyallahu 'anhu ketika menyelesaikan wiridnya di akhir malam dan kopi disajikan di hadapannya, ia membaca (Al-Fatihah), 'Semoga Allah melindungi kaum Muslimin dan menjaga mereka; dari depan mereka, dari belakang mereka, dari kanan mereka, dari kiri mereka, dari atas mereka, dan dari bawah kaki mereka, dari segala sesuatu yang menyakiti mereka, dalam agama, dunia, akhirat, kehidupan, dan kebangkitan mereka, pasangan mereka, anak-anak mereka, lahiriah dan batin mereka, rahasia dan yang tampak, dalam semua keadaan mereka, dalam agama, dunia, dan akhirat, dalam keadaan tenang dan sehat. Dan kepada Hadhrat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam (Al-Fatihah) untuk para syaikh kopi yang coklat, dan bagi siapa yang meminumnya dengan niat, dari para shalih sufi, semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunan kepada mereka, dan semoga dengan keberkahan mereka, Allah mengabulkan setiap harapan kami dan menjaga kami dari segala gangguan; memudahkan rezeki kami yang lahir dan batin, serta memperbaiki keadaan kami di Hadhramaut, dan di semua negeri Islam kami, serta menyelaraskan amal dan niat, serta hasil akhir dan keturunan, dengan keberkahan Sayyidina Muhammad sebagai sebaik-baik manusia." (Tadzkir An-Nass karya Habib Ahmad bin Hasan Al-Athas hal.118-119)

Namun kitab Tadzkir An-Naas, ada sejumlah kisah yang saya kuatirkan membentuk alam pikir yang mundur, memuja karomah secara salah dan berlebihan, mengelu-elukan wali secara tidak proporsional.

Kali ini saya akan mengutipkan kisah khurafat terkait kotoran manusia yang berubah menjadi emas permata sebagaimana yang terdapat dalam kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas Kitab Tadzkar An-Naas  hal.48 sebagai berikut,

في آداب دخول الخلاء وما تعلق بها

وقال رضى الله عنه بلغنا أن السيد حاتم الأهدل كان حريصا على مجلس الاخوان في الله ويشق عليه فراقهم ، وكان له مملوك أمره أن يجلس بالباب ، فإذا أراد أحد من إخوانه قضاء الحاجة والخلاء نظر إلى ذلك العبد فينتقل الحدث إليه فيروح العبد إلى الخلاء وينوب عنه . 

ووقع للحبيب هادون إبن هود بن على بن حسن العطاس ، أنه لما زار المدينة المشرفة بات ليلة بالحرم ، فتحركت عليه بطنه ؛ وذهب ليخرج فوجد الأبواب مقفلة ، فراح إلى ناحية في أخريات الحرم ، ووضع الخارج في ثوبه ، فلما كان الصباح ذهب إلى خارج المدينة ليرميه ، فإذا هو ذهب يتلألأ

Tentang adab-adab memasuki toilet dan hal-hal yang terkait dengannya.

Dan dia (syeikh) radhiyallahu 'anhu berkata, kami mendengar bahwa tuan Hatim Al-Ahdal sangat menginginkan suatu majelis persaudaraan di jalan Allah dan merasa berat berpisah dengan mereka. Ia memiliki seorang budak yang diperintahkan untuk duduk di pintu. Jika salah satu saudaranya ingin buang air atau ke toilet, ia melihat budak itu, maka peristiwa itu berpindah kepadanya, dan hamba itu pergi ke toilet dan mewakilinya untuk buang air (menggantikannya)."

Terdapat pula kisah dari Al-Habib Hadun bin Hud bin Ali bin Hasan Al-Attas, bahwa ketika ia mengunjungi Madinah Al-Musyarrafah (kota yang terhormat), ia bermalam di Masjid. Perutnya terasa tidak nyaman; ia pergi keluar dan mendapati pintu-pintu (masjid) tertutup. Ia pun pergi ke sudut belakang masjid dan mengeluarkan kotorannya ke dalam pakaiannya. Ketika pagi tiba, ia pergi keluar kota untuk membuang (kotoran)nya dan ternyata ia pergi dengan membawa emas yang berkilau. (Kitab Tadzkar An-Naas karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas hal.48)

Contoh berikutnya ada kisah Habib Alawi di Maliabar (Malabar - India) sebagai berikut,

وحكى سيدي عن الحبيب عبد الله بن عمر بن يحى أنه لما وصل إلى مليبار دخل على الحبيب علوى بن سهل ، فرأى في بيته تصاوير طيور وديكه وغيرها فقال : يامولانا إن جدكم صلى الله عليه وسلم يقول : يكلف صاحب التصاوير يوم القيامة أن ينفخ فيها الروح ، فقال له الحبيب علوى عاد شيء غير هذا ؟ فقال لا فنفخ الحبيب علوى تلك التصاوير فإذا الديكة تصرخ ، والطيور تفرد ، فسلم الحبيب عبد الله بن عمر له حاله .

"Dan diceritakan oleh Sayyidi tentang Al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya bahwa ketika ia tiba di Malabar, ia menemui Al-Habib Alawi bin Sahal. Ia melihat di rumahnya ada gambar-gambar burung, ayam jantan, dan lainnya. Ia berkata: 'Wahai tuan, sesungguhnya kakekmu (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam),  bersabda: "Orang yang memiliki gambar-gambar akan diminta untuk menghembuskan ruh ke dalamnya pada hari kiamat."' Al-Habib Alawi bertanya: 'Apakah ada yang lain selain ini?' Ia menjawab: 'Tidak.' Maka Al-Habib Alawi pun menghembuskan pada gambar-gambar tersebut, dan tiba-tiba ayam-ayam berkokok, dan burung-burung mengepakkan sayapnya. Al-Habib Abdullah bin Umar pun mengakui keadaannya." (Tadzkir An-Naas karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas hal.154). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Jumat, 15 November 2024

KISAH MI'ROJNYA ABU YAZID AL-BUSTHOMI MELALUI MIMPI








الملحق رقم ۲ 

الباب التاسع 

في رؤيا أبي يزيد : في القصد إلى الله تعالى وبيان قصته .

قال أبو القاسم العارف ، رضى الله عنه : اعلموا معاشر القاصدين إلى الله سبحانه وتعالى أن لأبي يزيد حالات ومقامات لا تحتملها قلوب أهل الغفلة وعامة الناس ، وله مع الله أسرار لو اطلع عليها ، أهل الغرة لبهتوا فيها ، وإلى نظرت في كتاب فيه مناقب أبي يزيد ، فإذا فيه أشياء من حالاته وأوقاته وكلامه ، ماكلت الألسن عن نعته وصفته، فكل من أراد أن يعرف كماله ومنزلته فلينظر إلى نومه ورؤياه التى هى أصح في المعنى ، وأقرب إلى التحقيق من يقظة غيره ، فهذا ما حكى : أن خادم أبي يزيد رضى الله عنه قال : سمعت أبا يزيد البسطامي رضى الله عنه يقول : إنى رأيت فى المنام ، كأني عرجت إلى السموات قاصداً إلى الله ، طالبا لمواصلة الله سبحانه وتعالى ، على أن أقيم معه إلى الأبد ، فامتحنت بامتحان لا تقوم له السموات والأرض ومن فيهما ؛ لأنه بسط لى بساط العطايا نوعا بعد نوع ، وعرض على ملك كل سماء ، ففي ذلك كنت أغض بصرى عنها ؛ لما علمت أنه بها يجربنى ، فكنت لا ألتفت إليها إجلالا لحرمة ربى ، وكنب أقول فى كل ذلك : يا عزيزي ، مرادى غير ما تعرض على . قال : فقلت له : رحمك الله صف لى مما عرض عليك من ملك كل سماء

Lampiran Nomor 2

Bab Kesembilan  

Dalam Mimpi Abu Yazid: Mengenai Tujuan Menghadap kepada Allah dan Penjelasan Kisahnya.

Abu Qasim Al-'Arif, semoga Allah meridhoinya, berkata: "Ketahuilah, wahai orang-orang yang berniat menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bahwa Abu Yazid memiliki keadaan dan derajat yang tidak dapat dipahami oleh hati orang-orang lalai dan kebanyakan manusia. Dia memiliki rahasia dengan Allah yang jika orang-orang yang lalai mengetahuinya, mereka akan terkejut. Dan aku melihat dalam sebuah kitab yang memuat keutamaan Abu Yazid, di mana terdapat banyak hal mengenai keadaan, waktu, dan ucapan-ucapannya yang tidak mampu diungkapkan oleh lidah dalam mendeskripsikannya. Jadi, siapa pun yang ingin mengenal kesempurnaan dan kedudukannya, hendaklah ia memperhatikan tidurnya dan mimpinya, yang lebih benar dalam makna dan lebih dekat kepada kenyataan dibandingkan dengan kesadaran orang lain.

Dikisahkan bahwa seorang pelayan Abu Yazid, semoga Allah meridhoinya, berkata: "Aku mendengar Abu Yazid Al-Bustami, semoga Allah meridhoinya, berkata: 'Aku bermimpi seolah-olah aku diangkat ke langit, menuju Allah, mencarikan persekutuan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar aku dapat tinggal bersamanya selamanya. Aku diuji dengan ujian yang tidak dapat ditanggung oleh langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya; karena Dia membuka untukku karpet pemberian-Nya satu demi satu, dan menawarkan kepadaku kerajaan setiap langit. Dalam hal itu, aku menundukkan pandanganku dari hal-hal tersebut; karena aku tahu bahwa dengan hal itu Dia mengujiku, jadi aku tidak menoleh ke arahnya sebagai penghormatan terhadap keagungan Tuhan-Ku. Dan aku selalu berkata dalam semuanya itu: 'Wahai Tuhanku, keinginanku bukanlah apa yang Engkau tawarkan.' 

Dia berkata: 'Aku bertanya kepadanya: Semoga Allah merahmatimu, jelaskan kepadaku apa yang ditawarkan kepadamu dari kerajaan setiap langit.' (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.129)

قال : رأيت في المنام كأنى عرجت إلى السموات ، فلما أتيت إلى السماء الدنيا فإذا أنا بطير أخضر ، فنشر جناحا من أجنحته ، فحملني عليه وطار بى حتى انتهى بي انتهائى إلى صفوف الملائكة ، وهم قيام متحرقة أقدامهم في النجوم يسبحون الله بكرة وعشيا ، فسلمت عليهم ، فردوا على السلام ؛ فوضعني الطير بينهم ثم مضى : فلم أزل أسبح الله تعالى بينهم ، وأحمد الله تعالى بلسانهم ، وهم يقولون : هذا آدمى لا نورى ، إذ لجا إلينا وتكلم معنا . قال : فألهمت كلمات وقلت : باسم الله القادر على أن يغنيني عنكم ، ثم لم يزل يعرض على من الملك ما كلت الألسن عن نعته وصفته، فعلمت أنه بها يجربني ، ففى ذلك كنت أقول : مرادى غير ما تعرض على ، فلم ألتفت إليها إجلالا لحرمته ، ثم رأيت : كأني

عرجت إلى السماء الثانية فإذا جاءنى فوج فوج من الملائكة ، ينظرون إلى كما ينظر أهل المدينة إلى أمير يدخلها ، ثم جاءنى رأس الملائكة اسمه لاويذ ، وقال : يا أبا يزيد : إن ربك يقرئك السلام ، ويقول : أحبتني فأحببتك . فانتهى بى إلى روضة خضرة فها نهر ، يجرى حولها ملائكة طيارة ، يطيرون كل يوم إلى الأرض مائة ألف مرة ، ينظرون إلى أولياء الله ، وجوههم كضياء الشمس وقد عرفونى معرفة الأرض ؛ أى فى الأرض ، فجاؤنى وحيونى ، وأنزلوني على شط ذلك النهر ، وإذا على حافتيه أشجار من نور ، ولها أغصان كثيرة متدلية في الهواء ، وإذا على كل غصن منها وكر طير ؛ أي من الملائكة ، وإذا في كل وكر . ملك مساجد ، ففى كل ذلك أقول : يا عزيزى مرادى غير ما تعرض على ،كن لى يا عزيزى جارا من جميع المستجيرين ، وجليسا من المجالسين ، ثم هاج من سرى شيء من عطش نار الاشتياق ، حتى إن الملائكة هذه الأشجار صارت مع كالبعوضة في جنب همتى ، وكلهم ينظرون إلى متعجبين مدهوشين من عظم ما يرون منی.

Dia (Abu Yazid Al-Busthomi) berkata: "Aku melihat dalam mimpi seolah-olah aku terbang ke langit. Ketika aku tiba di langit dunia, aku melihat seekor burung hijau. Ia mengembangkan sayapnya dan membawaku terbang hingga aku sampai ke barisan para malaikat, yang berdiri dengan kaki mereka terangkat di bintang-bintang, bertasbih kepada Allah pagi dan sore. Aku memberi salam kepada mereka, dan mereka membalas salamku. Burung itu meletakkanku di antara mereka, kemudian pergi. Aku terus bertasbih kepada Allah di antara mereka, dan memuji Allah dengan lidah mereka, sementara mereka berkata: 'Ini adalah Adam, bukan cahaya kami, karena ia datang kepada kami dan berbicara dengan kami.' Dia berkata: 'Aku diilhami kata-kata dan berkata: 'Dengan nama Allah yang mampu memberiku kecukupan dari kalian.' Kemudian, aku terus ditawarkan oleh raja apa yang diucapkan oleh lidah-lidah tentang sifat dan karakternya, sehingga aku tahu bahwa dia mengujiku. Dalam hal itu, aku berkata: 'Tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku,' dan aku tidak mempedulikannya karena menghormati keagungannya. Lalu aku melihat seolah-olah aku terbang ke langit kedua, dan tiba-tiba datang rombongan malaikat yang memandangiku seperti orang-orang kota melihat seorang raja yang masuk ke kota mereka. Kemudian datanglah kepala para malaikat yang bernama Lawaid, dan berkata: 'Wahai Abu Yazid, Tuhanmu mengucapkan salam kepadamu dan berkata: 'Aku mencintaimu, maka cintailah Aku.' Akhirnya, ia membawaku ke sebuah taman hijau di mana ada sebuah sungai, yang dikelilingi oleh malaikat-malaikat yang terbang, yang terbang ke bumi seratus ribu kali setiap hari, melihat kepada para wali Allah, wajah mereka bercahaya seperti sinar matahari. Mereka mengenalku seperti yang dikenal di bumi, lalu mereka datang dan menyambutku, dan menurunkanku di tepi sungai itu. Di tepi sungai terdapat pohon-pohon dari cahaya, dengan banyak cabang yang menggantung di udara, dan di setiap cabang terdapat sarang burung; yaitu dari para malaikat, dan di setiap sarang terdapat malaikat-malaikat yang bersujud. Dalam semua itu aku berkata: 'Wahai Yang Maha Perkasa, tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku, jadikanlah aku, wahai Yang Maha Perkasa, tetangga bagi semua yang meminta perlindungan, dan teman bagi semua yang duduk bersamaku.' Kemudian, ada sesuatu yang menggugah rasa haus karena api kerinduan, hingga para malaikat dan pohon-pohon ini terasa seperti nyamuk di sampingku, dan mereka semua memandangku dengan takjub dan heran atas kebesaran apa yang mereka lihat dariku." (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir  hal.130)

ثم لم يزل يعرض علي من الملك ما كلت الألسن عن نعته ، ففي كل ذلك. علمت أنه بها يجربنى، فلم ألتفت إليه إجلالا لحرمة ربي ، وكنت أقول : يا عزیری مرادیى غير ما تعرض على ، فلما علم الله تعالى منى صدق الإرادة في القصد إليه ، وتجريدى عمن سواه ، فإذا أنا بملك قد مد يده فجذبني ، ثم رأيت كأبي عرجت إلى السماء الثالثة ، فإذا جميع ملائكة الله تعالى بصفاتهم ونعوتهم قد جاءونى ويسلمون على ، فإذا ملك منهم له أربعة أوجه : وجه يلى السماء ، وهو يبكي لا تسكن دموعه أصلا ، ووجه يلى الأرض ينادى : يا عباد الله اعلموا يوم الفراغ يوم الأخذ والحساب ، ووجه يلى يمينه إلى الملائكة . يسبح ووجه يلى يساره يبعث جنوده في أقطار السموات يسبحون الله تعالى فيها فسلمت عليه ، فرد على السلام ثم قال : من أنت ؟ إذ فضلت علينا ، فقلت عبد الله تعالى عليه من فضله ، قال : تريد أن تنظر إلى عجائب الله ؟ قلت : بلى ، فنشر جناحا من أجنحته ، فإذا على كل ريشة من ريشه قنديل أظلم ضياء الشمس من ضوئها ، ثم قال : تعال يا أبا يزيد ، واستظل في ظل جناحي ، حتى تسبح الله تعالى وتهلله إلى الموت ، فقلت له : الله قادر على أن يغنيني عنك ، ثم هاج من سرى نور من ضياء معرفتى أظلم ضوؤها : أى ضوء القناديل من ضوئى ، فصار الملك كالبعوضة فى جنب كمالى ، ثم لم يزل يعرض على من الملك ما كلت الألسن عن نعته ، ففي ذلك علمت أنه بها يجربني ، فلم ألتفت إلى ذلك إجلالا لحرمته ، وكنت أقول فى كل ذلك : يا عزيزي مرادى غير ما تعرض على ، فلما علم الله تعالى منى صدق الإرادة في القصد إليه، فإذا أنا بملك مد يده فرفعني ، ثم رأيت : كأني عرجت إلى السماء الرابعة ، فإذا جميع بصفاتهم وهيئاتهم ونعوتهم قد جاءونى ويسلمون على ، وينظرون إلى كما ينظر 

Kemudian, ia terus menawarkan kepadaku dari sang Maha Raja apa yang diucapkan oleh lidah-lidah tentang sifat-Nya. Dalam semua itu, aku tahu bahwa Dia mengujiku, jadi aku tidak mempedulikannya karena menghormati keagungan Tuhanku. Aku berkata: "Wahai yang terkasih, tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku." Ketika Allah mengetahui kejujuran niatku untuk menuju-Nya dan pengosonganku dari selain-Nya, tiba-tiba aku melihat seorang malaikat yang mengulurkan tangannya dan menarikku, lalu aku merasa seolah-olah aku terbang ke langit ketiga. Di sana, semua malaikat Allah dengan sifat dan ciri mereka datang menyambutku dan memberi salam. Di antara mereka ada seorang malaikat yang memiliki empat wajah: satu wajah menghadap langit, yang terus-menerus menangis tanpa henti, satu wajah menghadap bumi yang berteriak: "Wahai hamba-hamba Allah, ketahuilah hari penyelesaian (hari perhitungan dan pembalasan)," satu wajah menghadap kanan untuk malaikat yang bertasbih, dan satu wajah menghadap kiri yang mengirimkan tentaranya ke penjuru langit untuk bertasbih kepada Allah. Aku memberi salam kepadanya, dan ia membalas salamku, lalu bertanya: "Siapa kamu? Mengapa kamu lebih unggul dari kami?" Aku menjawab: "Hamba Allah yang diberi karunia-Nya." Ia berkata: "Apakah kamu ingin melihat keajaiban Allah?" Aku menjawab: "Ya." Ia kemudian mengembangkan sayapnya, dan di setiap bulu sayapnya terdapat lampu yang cahayanya lebih gelap daripada cahaya matahari. Lalu ia berkata: "Ayo, wahai Abu Yazid, berteduhlah di bawah sayapku, hingga kamu bertasbih kepada Allah dan mengagungkan-Nya hingga mati." Aku berkata kepadanya: "Allah mampu memberiku kecukupan tanpa kamu." Kemudian, ada cahaya dari pengetahuan yang menyinari, dan cahayanya mengalahkan cahaya lampu-lampu itu. Malaikat itu tampak seperti nyamuk di sisi kesempurnaanku. Ia terus menawarkan kepadaku dari raja apa yang diucapkan oleh lidah-lidah tentang sifatnya, dan aku tahu bahwa dia mengujiku, jadi aku tidak mempedulikannya karena menghormati keagungannya. Aku terus berkata: "Wahai yang terkasih, tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku." Ketika Allah mengetahui kejujuran niatku untuk menuju-Nya, tiba-tiba aku melihat seorang malaikat yang mengulurkan tangannya dan mengangkatku, lalu aku merasa seolah-olah aku terbang ke langit keempat. Di sana, semua malaikat dengan sifat, bentuk, dan ciri mereka datang menyambutku dan memberi salam, serta memandangku seperti malaikat memandang. (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.131)

أهل البلد إلى أمير لهم فى وقت الدخول ، يرفعون أصواتهم بالتسبيح والتهليل ، من عظم ما يرون من انقطاعى إليه ، وقلة التفاتي إليهم ، ثم استقبلنى ملك يقال له : نيائيل ، فمد يده وأقعدنى على كرسى له موضوع على شاطىء بحر عجاج ، لا ترى أوائله ولا أواخره ، فألهمت تسبيحه ، وأنطلقت بلسانه ، ولم التفت إليه ، ثم لم يزل يعرض على من الملك ما كلت الألسن عن نعته ، ففي كل ذلك علمت أنه بها يجربنى، فلم ألتفت إليه إجلالا لحرمته ، وكنت أقول : يا عزیزی مرادی غير ما تعرض على ، فلما علم الله تعالى منى صدق الانفراد به في القصد إليه ، فإذا أنا بملك مد يده فرفعنى إليه ، ثم رأيت كأني عرجت إلى السماء الخامسة ، فإذا أنا بملائكة قيام فى السماء ، رؤسهم في عنان السماء السادسة ، يقطر منهم نور تبرق منه السموات ، فسلموا كلهم على بأنواع اللغات ، فرددت عليهم السلام بكل لغة سلموا على ، فتعجبوا من ذلك ، ثم قالوا : يا أبا يزيد : تعال حتى تسبح الله تعالى وتهلله ونعينك على ما تريد ، فلم ألتفت إليهم من إجلال ربي ، فعند ذلك هاج من سرى عيون من الشوق ، فصار نور الملائكة فيها التمع منى كراج يوضع فى الشمس ، ثم لم يزل يعرض على من الملك ما كات الألسن عن نعته ، ففى كل ذلك علمت أنه بها بجربنى ، وكنت أقول : يا عزيزي مرادى غير ما تعرض على ، فلما علم الله تعالى منى صدق الإرادة في القصد إليه فإذا أنا يملك مد يده فرفضى إليه ، ثم رأيت كأني عرجت إلى السماء السادسة ، فإذا أنا بالملائكة المشتاقين جاءونى يسلمون على ويفتخرون بشوقهم على ، فافتخرت عليهم بشيء من طيران سرى ، تم لم يزل يعرض على من الملك ما كلت الألسن عن نعته ، ففى كل ذلك علمت أنه بها يجربني ، فلم ألتفت إليه ، وكنت أقول : يا عزيزي : مرادى فى غير ما تعرض على ، فلما الله تعالى منى صدق الإرادة فى القصد إليه ، فإذا أنا بملك مديده فرفعنى ، ثم رأيت كأني عرجت إلى السماء السابعة ، فإذا بمائة ألف صف من الملائكة

Penduduk kota menghadap kepada Sang Maha Raja mereka saat ia masuk, mengangkat suara mereka dengan tasbih dan tahmid, karena besarnya apa yang mereka lihat dari ketekunanku kepada-Nya dan sedikitnya perhatianku kepada mereka. Kemudian, aku disambut oleh seorang malaikat bernama Naya'il, yang mengulurkan tangannya dan mengundangku duduk di kursi yang disiapkan di tepi laut yang bergelora, yang tidak terlihat awal maupun akhirnya. Aku terinspirasi untuk bertasbih, dan aku mengucapkannya dengan lidahku, tanpa mengalihkan perhatian kepadanya. Ia terus menawarkan kepadaku dari raja apa yang diucapkan oleh lidah-lidah tentang sifatnya, dan aku tahu bahwa dia mengujiku. Aku tidak mempedulikannya karena menghormati keagungan-Nya, dan aku berkata: "Wahai yang terkasih, tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku." Ketika Allah mengetahui kejujuran ketulusan niatku untuk menuju-Nya, tiba-tiba aku melihat seorang malaikat yang mengulurkan tangannya dan mengangkatku, dan aku merasa seolah-olah aku terbang ke langit kelima. Di sana, aku melihat para malaikat berdiri di langit, dengan kepala mereka menjulang ke langit keenam, dari mereka mengalir cahaya yang menerangi langit. Mereka semua memberi salam kepadaku dalam berbagai bahasa, dan aku membalas salam mereka dalam setiap bahasa yang mereka gunakan, sehingga mereka terkejut. Kemudian mereka berkata: "Wahai Abu Yazid, datanglah agar kamu bertasbih kepada Allah dan mengagungkan-Nya, kami akan membantumu dalam apa yang kamu inginkan." Namun, aku tidak mempedulikan mereka karena menghormati Tuhanku. Pada saat itu, ada sesuatu yang menggugah rasa rindu di dalam diriku, sehingga cahaya para malaikat berkilau dariku seperti cahaya yang diletakkan di bawah sinar matahari. Ia terus menawarkan kepadaku dari raja apa yang diucapkan oleh lidah-lidah tentang sifatnya, dan aku tahu bahwa dia mengujiku. Aku berkata: "Wahai yang terkasih, tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku." Ketika Allah mengetahui kejujuran niatku untuk menuju-Nya, tiba-tiba aku melihat seorang malaikat yang mengulurkan tangannya dan mengangkatku, dan aku merasa seolah-olah aku terbang ke langit keenam. Di sana, aku melihat para malaikat yang merindukanku datang menyambutku dan bangga atas kerinduan mereka kepadaku. Aku pun merasa bangga di atas sesuatu dari terbangnya cahaya yang menyinarkanku. Ia terus menawarkan kepadaku dari raja apa yang diucapkan oleh lidah-lidah tentang sifatnya, dan aku tahu bahwa dia mengujiku. Aku tidak mempedulikannya, dan aku terus berkata: "Wahai yang terkasih, tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku." Ketika Allah mengetahui kejujuran niatku untuk menuju-Nya, tiba-tiba aku melihat seorang malaikat yang mengulurkan tangannya dan mengangkatku, dan aku merasa seolah-olah aku terbang ke langit ketujuh, di mana terdapat seratus ribu barisan para malaikat. (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.132)

استقبلني ، كل صف مثل الثقلين ألف ألف مرة ، مع كل ملك لواء من نور ، تمت كل لواء ألف ألف ملك ، طول كل ملك مسيرة خمسمائة عام ، وكان على مقدمتهم ملك اسمه بريائيل ، فسلموا على بلسانهم ولغتهم ، فرددت عليهم السلام بلسانهم فتعجبوا من ذلك ، فإذا مناد ينادى : يا أبا يزيد : قف قف ، فإنك قد وصلت إلى المنتهى ، فلم ألتفت إلى قوله ثم لم يزل يعرض على من الملك ماكات الألسن عن نعته ، ففي كل ذلك علمت أنه بها يجربني ، وكنت أقول : ياعزيزي مرادى غير ما تعرض على ، فلما علم الله تعالى صدق الإرادة في القصد إليه صيرني طيرا أكان كل ريشة من جناحى أبعد من المشرق إلى المغرب ألف ألف مرة ، فلم أزل أطير فى الملكوت ، وأجول فى الجبروت ، وأقطع مملكة : بعد مملكة وحجبا بعد حجب، وميدانا بعد ميدان ، وبحارا بعد بجار ، وأستارا بعد أستار ، حتى إذا أنا بملك الكرسى استقبلنى ، ومعه عمود من نور ، فسلم على ، ثم قال : خذ العمود ، فأخذته فإذا السموات بكل مافيها قد استظل بظل معرفتي ، واستضاء بضياء شوقى ، والملائكة كلهم صارت كالبعوضة عند كمال همتي في القصد إليه ، ففى كل ذلك علمت أنه بها يجربني ، فلم ألتفت إليها إجلالا لحرمة ربى الله تعالى .

ثم لم أزل أطير وأجول مملكة بعد مملكة ، وحجبا بعد حجب ، وميدانا بعد ميدان ، وبحارا بعد بجار ، وأستارا بعد أستار ، حتى انتهيت إلى الكرسى فإذا قد استقبلنى ملائكة لهم عيون بعدد نجوم السموات ، يبرق من كل عين نور تلمع منه ، فتصير تلك الأنوار قناديل ، أسمع من جوف كل قنديل تسبيحا وتهليلا ، ثم لم أزل أطير كذلك حتى انتهيت إلى بحر من نور تتلاطم أمواجه ، يظلم في جنبه ضياء للشمس، فإذا على البحر سفن من نور ، يظلم في جنب نورها أنوار تلك الأبحر ، فلم أزل أعبر بحارا بعد بحار ، حتى انتهيت إلى البحر الأعظم الذي عليه عرش الرحمن ، فلم أزل أسبح فيه حتى رأيت ما من العرش إلى الثرى

Mereka menyambutku, setiap barisan seperti dua makhluk, beribu ribu kali, dengan setiap malaikat membawa panji dari cahaya, di mana setiap panji dipegang oleh seribu ribu malaikat, dan tinggi setiap malaikat sejauh perjalanan lima ratus tahun. Di depan mereka ada seorang malaikat bernama Bria'il. Mereka memberi salam kepadaku dengan lisan dan bahasa mereka, dan aku membalas salam mereka dengan bahasa mereka, sehingga mereka terkejut. Kemudian ada yang menyeru: "Wahai Abu Yazid, berdirilah, berdirilah, karena kamu telah sampai ke tujuan." Namun, aku tidak menghiraukan ucapannya. Ia terus menawarkan kepadaku dari raja apa yang diucapkan oleh lidah-lidah tentang sifatnya, dan aku tahu bahwa dia mengujiku. Aku berkata: "Wahai yang terkasih, tujuanku bukanlah apa yang ditawarkan kepadaku." Ketika Allah mengetahui kejujuran niatku untuk menuju-Nya, Dia menjadikanku sebagai burung, di mana setiap bulu sayapku lebih jauh dari timur ke barat seribu ribu kali. Aku terus terbang di alam langit, menjelajahi kekuasaan, melintasi kerajaan demi kerajaan, tirai demi tirai, medan demi medan, lautan demi lautan, dan tabir demi tabir, hingga aku sampai kepada singgasana. Di sana, aku disambut oleh seorang malaikat yang membawa tiang dari cahaya. Ia memberi salam kepadaku, lalu berkata: "Ambillah tiang ini." Aku mengambilnya, dan tiba-tiba langit dengan segala isinya berada di bawah naungan pengetahuanku dan bersinar dengan cahaya kerinduanku. Semua malaikat tampak seperti nyamuk di hadapan kesempurnaan niatku untuk menuju-Nya. Dalam semua itu, aku tahu bahwa dia mengujiku, dan aku tidak mempedulikannya karena menghormati keagungan Tuhanku, Allah Yang Maha Tinggi.

Kemudian, aku terus terbang dan menjelajahi kerajaan demi kerajaan, tirai demi tirai, medan demi medan, lautan demi lautan, dan tabir demi tabir, hingga aku tiba di singgasana. Di sana, aku disambut oleh para malaikat dengan mata sebanyak bintang-bintang di langit, dari setiap mata memancarkan cahaya yang berkilau, sehingga cahaya-cahaya itu menjadi lampu. Aku mendengar dari dalam setiap lampu tasbih dan tahmid. Aku terus terbang seperti itu hingga aku sampai di lautan cahaya yang ombaknya saling berdebur, gelap di samping sinar matahari. Di atas lautan itu terdapat kapal-kapal dari cahaya, yang cahayanya lebih gelap daripada cahaya lautan itu. Aku terus melintasi lautan demi lautan hingga aku sampai di lautan yang paling agung, yang di atasnya ada Arsy (singgasana) Allah Yang Maha Pengasih. Aku terus bertasbih di dalamnya hingga aku melihat apa yang ada dari Arsy hingga ke tanah. (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.133)

من الملائكة الكروبيين وحملة العرش وغيرهم ممن خلق الله سبحانه وتعالى في السموات والأرض . أصغر من حيث طيران سرى في القصد إليه ، من خردلة بين السماء والأرض ، ثم لم يزل يعرض على من لطائف بره وكمال قدرته وعظم مملكته ما كلت الألسن عن نعته وصفته ، ففى كل ذلك كنت أقول : يا عزيزى مرادي في غير ما تعرض على ، فلم ألتفت إليها إجلالا لحرمته ، فلما علم الله سبحانه و تعالى منى صدق الإرادة فى القصد إليه فنادى : إلى إلى ، وقال : يا صفى أدن مني ، وأشرف على مشرفات بهائی ، و میادین ضیائی ، واجلس على بساط قدسی حتى ترى لطائف صنعى فى آنائى ، أنت صفي وحبيبي ، وخيرتى من خلقى ، فكنت أذوب عند ذلك كما يذوب الرصاص ، ثم سقاني شربة من عين اللطف بكأس الأنس ، ثم صيرنى إلى حال لم أقدر على وصفه ، ثم قربني منه ، وقربني حتى صرت أقرب منه من الروح إلى الجسد ، ثم استقبلنى روح كل نبي ويسلمون على ويعظمون أمرى ويكلموننى وأكلمهم ، ثم استقبلنى روح صلى الله عليه وسلم ، ثم سلم على ، فقال : يا أبا يزيد : مرحبا وأهلا وسهلا : فقد فضلك الله على كثير من خلقه تفضيلا ، إذا رجعت إلى الأرض أقرىء أمتى

محمد منى السلام ، وانصحهم ما استطعت ، وادعهم إلى الله عز وجل ، ثم لم أزل مثل ذلك حتى صرت كما كان من حيث لم يكن التكوين ، وبقى الحق بلا كون ولا بين ولا أين ، ولا حيث ولا كيف ، جل جلاله وتقدست أسماؤه . الله عليه قال أبو القاسم العارف رضى الله تعالى عنه : معاشر إخواني : عرضت هذه الرؤيا على أجلاء أهل المعرفة ، فكلهم يصدقونها ولا ينكرونها ، بل يستقبلونها عند مراتب أهل الانفراد فى القصد إليه . ثم يحتجون بقول النبي صلى وسلم أنه قال « إن العبد لا يزال من الله والله منه ما لم يجزع فإذا جزع وجب عليه العتاب والحساب » ، وروى أيضا عن النبي صلى الله عليه وسلم «إن من العلم كهيئة المخزون لا يعرفه إلا أهل العلم بالله ولا ينكره إلا أهل الغرة بالله )

"Di antara para malaikat adalah para Kerubiyun (malaikat penjaga taqdir), (malaikat) pembawa Arsy, dan lainnya yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di langit dan bumi. Lebih kecil dari segi terbangnya yang mengarah kepada-Nya, seperti biji sawi antara langit dan bumi. Kemudian, Dia terus-menerus menunjukkan kepada siapa pun dari kehalusan kebaikan-Nya, kesempurnaan kekuasaan-Nya, dan kebesaran kerajaan-Nya yang tidak dapat diungkapkan oleh lisan. Dalam semua itu, aku berkata: 'Wahai Yang Maha Perkasa, keinginanku bukanlah apa yang Kau tunjukkan padaku,' sehingga aku tidak mengalihkan pandanganku dari-Nya karena menghormati keagungannya. Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala mengetahui kejujuran niatku untuk menghadap kepada-Nya, Dia memanggil: 'Ayo mendekatlah,' dan berkata: 'Wahai yang terpilih, dekatlah kepada-Ku, dan lihatlah keindahan-Ku serta padang cahaya-Ku, dan duduklah di atas karpet kesucian hingga kau melihat kehalusan ciptaan-Ku dalam waktu-waktu tertentu. Engkau adalah yang terpilih dan kekasih-Ku, pilihan terbaik dari ciptaan-Ku.' Saat itu, aku meleleh seperti timah yang mencair. Kemudian, Dia memberikanku minuman dari mata air kasih dengan cangkir keakraban, lalu mengubahku ke dalam keadaan yang tidak dapat aku gambarkan. Kemudian, Dia mendekatkanku hingga aku menjadi lebih dekat kepada-Nya daripada jiwa kepada tubuh. Lalu, ruh setiap nabi menyambutku, memberi salam dan menghormati kedudukanku, dan mereka berbicara denganku dan aku berbicara kepada mereka. Kemudian, ruh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyambutku, memberi salam dan berkata: 'Wahai Abu Yazid, selamat datang, aku mengucapkan selamat datang kepadamu; sesungguhnya Allah telah mengutamakanmu di atas banyak ciptaan-Nya. Ketika kau kembali ke bumi, sampaikan salamku kepada umat Muhammad dan nasihatkan mereka semampumu, dan ajaklah mereka kepada Allah Azza wa Jalla.' Lalu, aku terus seperti itu hingga aku menjadi seperti yang ada sebelum penciptaan, dan Allah tetap ada tanpa penciptaan, tanpa tempat, tanpa di mana, dan tanpa bagaimana, Maha Suci Dia dan Maha Tinggi nama-Nya. Abu Al-Qasim Al-Arif berkata: 'Wahai saudara-saudaraku, aku telah menunjukkan visi ini kepada para ulama besar di kalangan orang-orang yang berpengetahuan, dan mereka semua membenarkannya dan tidak mengingkarinya, bahkan mereka menyambutnya di tingkat orang-orang yang sendirian dalam menghadap kepada-Nya.' Mereka juga mengutip sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:  'Sesungguhnya seorang hamba terus mendekat kepada Allah selama dia tidak berputus asa; jika dia berputus asa, maka dia harus mendapatkan teguran dan pertanggungjawaban.' Juga diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:  'Sesungguhnya sebagian ilmu adalah seperti harta yang tersembunyi, tidak diketahui kecuali oleh para ahli ilmu tentang Allah, dan tidak diingkari kecuali oleh orang-orang yang terpedaya oleh Allah.'" (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.134). Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Selasa, 12 November 2024

KAJIAN TENTANG BENARKAH KAROMAH PARA WALI ALLAH BISA MI'RAJ


Cek and kroscek; Viralnya karomah wali dari kalangan ba'alawi mendapat pertentangan dari banyak kalangan yang menginspirasi saya membuat artikel terkait masalah mi'rojnya Al-Faqih Muqaddam 70 kali dalam satu malam yang kemudian sebagian muslimin memperbandingkan dengan karomah dan mi'rojnya para wali Allah yang lainnya semisal mi'rojnya Imam Al-Qusyairi (Abu Al-Qosim Abdul Karim bin Hauzan Al-Qusyairi) dan mi'rojnya Imam Abu Yazid Al-Busthomi sebagai penyeimbang kisah mi'rojnya Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali.

Pertanyaannya, apakah ada selain dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang bisa mi'roj? Jawabnya sebagaimana yang saya dapatkan dari penjelasan kitab berikut ini,

مسألة: فإن قيل : فهل كان لغير نبينا صلوات الله عليه وسلامه معراج ؟

قيل : الطريق إلى إثبات ذلك النقل دون العقل ، وليس في الخبر ما يوجب القطع ، إلا قوله تعالى في قصة إبراهيم عليه السلام : « وَكَذَلِكَ نرِى إِبْرَاهِيمَ مَلَكُونَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ (۱) جاء في التفسير : أنه حمل صخرة بيت المقدس ورفعت الصخرة في الهواء حتى شاهد إبراهيم عليه السلام الملكوت

وقيل : إنه شاهد ذلك الوقت إنساناً يعصى ، فدعا الله عز وجل حتى أهلكه ، فاستجاب دعاءه فيه ، ثم رأى ثانياً ثم ثالثاً ثم رابعاً وهو يدعو عليهم ، فأوحى الله تعالى إليه : يا إبراهيم ، مهلاً فلو أهلكنا كل من رأيناه يعصى لم يمس الخلق إلا وقد هلك أكثرهم وقال بعض العلماء : لم يرسل الله رسولاً إلى الخاق إلا وكان له معراج على قدر رتبته ، قالوا : وقد كان معراج موسى عليه السلام حين أفاق من صعقته بعد سؤال رؤيته ، فحمل إلى السماء الدنيا فشاهد الملائكة وقالوا له : يا ابن الخيض ، مثلك من يسأل الرؤية ، فاثبت لرؤيتنا ، فغشى عليه ، ثم رفع إلى السماء الثانية ، فشاهد ملائكة ، فداخله من رؤيتهم ما داخله من رؤية من قبلهم ، كذلك رفع إلى سبع سموات ، ولكن لم يكن لأحدٍ من الرسل ما لنتينا صلى الله عليه وسلم في معراجهم من الخصائص والرتب .

________

(1) سورة الانعام : ٧٥

Masalah: Jika ditanya: Apakah ada mi'raj bagi selain Nabi kita, semoga salawat dan salam-Nya atasnya?

Dijawab: Jalan untuk membuktikannya adalah dengan nash (teks) dan bukan dengan akal, dan tidak ada dalam berita yang mengharuskan kepastian, kecuali firman-Nya dalam kisah Ibrahim as.: "Dan demikianlah Kami menunjukkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi." (1) Dalam tafsirnya disebutkan: bahwa Ibrahim mengangkat batu Rumah Suci dan batu itu terangkat di udara hingga Ibrahim as. menyaksikan kerajaan.

Dikatakan juga: Ia melihat pada saat itu seorang yang berbuat maksiat, lalu ia berdoa kepada Allah agar menghancurkannya, dan Allah mengabulkan doanya. Kemudian ia melihat yang kedua, ketiga, dan keempat, sambil berdoa atas mereka. Maka Allah berfirman: "Wahai Ibrahim, sabarlah. Jika Kami menghancurkan setiap orang yang kami lihat berbuat maksiat, maka tidak akan tersisa dari makhluk ini kecuali sebagian besar dari mereka akan hancur."

Dan beberapa ulama mengatakan: Allah tidak mengutus seorang rasul kepada makhluk kecuali memiliki mi'raj sesuai dengan derajatnya. Mereka berkata: Mi'raj Musa as. terjadi ketika ia pulih dari pingsannya setelah meminta untuk melihat (Allah), sehingga ia dibawa ke langit dunia dan melihat para malaikat. Mereka berkata kepadanya: "Wahai anak Khidr, seperti dirimu yang meminta untuk melihat, tetaplah untuk melihat kami." Ia pun pingsan, lalu diangkat ke langit kedua, dan menyaksikan malaikat. Rasa yang masuk ke dalam dirinya dari penglihatan mereka sama dengan yang ia rasakan dari penglihatan sebelumnya. Begitu seterusnya hingga ia diangkat ke tujuh langit, tetapi tidak ada salah satu dari para rasul yang memiliki keistimewaan dan derajat dalam mi'raj mereka seperti yang dimiliki oleh Nabi kita, semoga salawat dan salam-Nya atasnya." (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.74-75)

_________

(1) Surah Al-An'am : 75

هل يجوز أن يكون لهم معراج ، إذا قلتم بجواز الكرامات ؟ وما تقولون فيما يطلقه الناس من هذه الطائفة من معراج أبي يزيد البسطامي وغيره ؟

قيل : أما المعراج بالبدن فلم يُنقل عن واحدٍ ، ولم يُخبر عنه أنه كان له ، ولا يبعد أن يقال : إن ذلك لا يكون لغير المصطفى بالإجماع

"Apakah diperbolehkan bagi mereka untuk memiliki mi'raj, jika kalian mengatakan bahwa karamah itu diperbolehkan? Dan apa pendapat kalian tentang apa yang diucapkan orang-orang mengenai mi'raj Abu Yazid al-Busthami dan lainnya?

Dikatakan: Adapun mi'raj dengan tubuh, tidak ada satu pun yang diriwayatkan tentangnya, dan tidak ada yang mengabarkan bahwa dia memilikinya. Tidaklah mengherankan jika dikatakan bahwa hal itu tidak terjadi bagi selain Nabi yang terpilih, berdasarkan kesepakatan." (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.75-76)

الملحق رقم ۲

الباب التاسع 

في رؤيا أبي يزيد : في القصد إلى الله تعالى وبيان قصته .

قال أبو القاسم العارف ، رضى الله عنه : اعلموا معاشر القاصدين إلى الله سبحانه وتعالى أن لأبي يزيد حالات ومقامات لا تحتملها قلوب أهل الغفلة وعامة الناس ، وله مع الله أسرار لو اطلع عليها ، أهل الغرة لبهتوا فيها ، وإلى نظرت في كتاب فيه مناقب أبي يزيد ، فإذا فيه أشياء من حالاته وأوقاته وكلامه ، ماكلت الألسن عن نعته وصفته، فكل من أراد أن يعرف كماله ومنزلته فلينظر إلى نومه ورؤياه التى هى أصح في المعنى ، وأقرب إلى التحقيق من يقظة غيره ، فهذا ما حكى : أن خادم أبي يزيد رضى الله عنه قال : سمعت أبا يزيد

البسطامي رضى الله عنه يقول : إنى رأيت في المنام ، كأني عرجت إلى السموات قاصداً إلى الله ، طالبا لمواصلة الله سبحانه وتعالى ، على أن أقيم معه إلى الأبد ، فامتحنت بامتحان لا تقوم له السموات والأرض ومن فيهما ؛ لأنه بسط لى بساط العطايا نوعا بعد نوع ، وعرض على ملك كل سماء ، ففي ذلك كنت أغض بصرى عنها ؛ لما علمت أنه بها يجربنى ، فكنت لا ألتفت إليها إجلالا لحرمة ربى ، وكنب أقول فى كل ذلك : يا عزيزي ، مرادى غير ما تعرض على . قال : فقلت له : رحمك الله صف لى مما عرض عليك من ملك كل سماء

Lampiran Nomor 2

Bab Kesembilan  

Dalam Mimpi Abu Yazid: Mengenai Tujuan Menghadap kepada Allah dan Penjelasan Kisahnya.

Abu Qasim Al-'Arif, semoga Allah meridhoinya, berkata: "Ketahuilah, wahai orang-orang yang berniat menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bahwa Abu Yazid memiliki keadaan dan derajat yang tidak dapat dipahami oleh hati orang-orang lalai dan kebanyakan manusia. Dia memiliki rahasia dengan Allah yang jika orang-orang yang lalai mengetahuinya, mereka akan terkejut. Dan aku melihat dalam sebuah kitab yang memuat keutamaan Abu Yazid, di mana terdapat banyak hal mengenai keadaan, waktu, dan ucapan-ucapannya yang tidak mampu diungkapkan oleh lidah dalam mendeskripsikannya. Jadi, siapa pun yang ingin mengenal kesempurnaan dan kedudukannya, hendaklah ia memperhatikan tidurnya dan mimpinya, yang lebih benar dalam makna dan lebih dekat kepada kenyataan dibandingkan dengan kesadaran orang lain.

Dikisahkan bahwa seorang pelayan Abu Yazid, semoga Allah meridhoinya, berkata: "Aku mendengar Abu Yazid Al-Bustami, semoga Allah meridhoinya, berkata: 'Aku bermimpi seolah-olah aku diangkat ke langit, menuju Allah, mencarikan persekutuan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar aku dapat tinggal bersamanya selamanya. Aku diuji dengan ujian yang tidak dapat ditanggung oleh langit dan bumi serta semua yang ada di dalamnya; karena Dia membuka untukku karpet pemberian-Nya satu demi satu, dan menawarkan kepadaku kerajaan setiap langit. Dalam hal itu, aku menundukkan pandanganku dari hal-hal tersebut; karena aku tahu bahwa dengan hal itu Dia mengujiku, jadi aku tidak menoleh ke arahnya sebagai penghormatan terhadap keagungan Tuhan-Ku. Dan aku selalu berkata dalam semuanya itu: 'Wahai Tuhanku, keinginanku bukanlah apa yang Engkau tawarkan.' 

Dia berkata: 'Aku bertanya kepadanya: Semoga Allah merahmatimu, jelaskan kepadaku apa yang ditawarkan kepadamu dari kerajaan setiap langit.' (Kitab Al-Mi'raj Imam Al-Qusyairi Wa Yalihi Mi'raj Abu Yazid Al-Busthomi karya Ali Hasan Abdul Qadir hal.129)

Dari penjelasan kitab yang saya paparkan tentu mi'rojnya Faqih Muqaddam dengan mi'rojnya Imam Qusyairi dan Imam Abu Yazid Al-Busthomi dimana mi'rojnya melalui mimpi seolah-olah diangkat kelangit sangatlah berbeda karena dalam Syarhul 'Ainiyah dijelaskan bahwa Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali dengan mengatakan, عرج بي الى سدرة المنتهى "Aku di-mi'raj-kan ke Sidratul Muntaha" dan tidak menyebutkan رأيت فى المنام "Aku melihat dalam (mimpi) tidurku." Wallahu a'lam bis-Shawab

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Senin, 11 November 2024

KAJIAN TENTANG KAROMAH SYEIKH FAQIH MUQADDAM (MUHAMMAD BIN ALI)




Cek and kroscek; Ketika viral video seorang dari habaib menyampaikan kisah tentang karomah Faqih Muqaddam mi'raj 70 kali dalam satu malam muncul berbagai tanggapan yang menolak bahkan mencelanya. Namun tidak banyak yang mencari tahu darimana maroji' kisah tersebut didapatkan.

Meski termasuk salah satu yang menolak kisah karomah Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali yang melebihi mi'rajnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak serta merta menyalahkan begitu saja sebelum mencari tahu kitab rujukannya, dan akhirnya saya menemumukan Syarah Al-'Ainiyah adalah buku yang berisi riwayat dan wasiat dari para wali dan shalihin, termasuk Ahlul Bait Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Tabi'in, Para Imam Madzhab, Tokoh-tokoh Sufi, Para Imam Ahli Thariqah, dan Para Ulama Dari Kalangan Saadah Bani Alawi. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai nasehat dan wasiat mereka. 

Al-Faqih Muqaddam adalah julukan yang ditujukan kepada Syeikh Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath, pendiri Tarekat Alawiyyin dan leluhur dari para keturunan Alawiyyin yang tersebar di Indonesia. Al-Faqih Muqaddam dilahirkan di Tarim, Hadramaut, Yaman Selatan, pada 574 H/1176 M dan wafat tahun 653 H.

Terkait kisah mi'rajnya Al-Faqih Muqaddam 70 kali dalam satu malam dan karomah lainnya terdapat dalam kitab diantaranya Al-Jauhar Asy-Syafaf, Syarh Al-'Ainiyah dan Al-Ustadz Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam sebagai berikut,

رواية الخطيب في الجوهر الشفاف: ومن جملة ما كتب إليه شيخ شيوخنا محمد بن علي بن أبي علوي أنه عرج بي إلى سدرة المنتهى سبع مرات في ليلة واحدة، وفي رواية سبع وعشرين، وفي رواية سبعين مرة، وذكر أن رجلًا من أهل السريات الصادقات، والكرامات الخارقات أتى من دمشق يقال له الفضل، فلما قدم أتى إلى الشيخ الجليل شيخ شيوخنا الفقيه محمد بن علي بن أبي علوي وقال له: ما أتيت إليك إلا لأعلمك أني ما وجدت جاثمًا على قلبك إلا الشيخ عبدالرحمن المقعد، وأنت تحكم له، فهو رجل مكتسب، وأنت صاحب نسبة، فقال شيخ شيوخنا: وما هذه النسبة؟ قال: سدرة المنتهى، وقال أيضًا: لو اجتمع أهل المشرق والمغرب على أن يفكوا قفلك لما قدروا«

Dalam riwayat Al-Khatib di Al-Jauhar Asy-Syafaf: "Di antara yang ditulis kepada kami oleh Syekh Syekh kami, Muhammad bin Ali bin Abi Alawi, adalah bahwa aku diangkat ke Sidrat Al-Muntaha tujuh kali dalam satu malam. Dalam riwayat lain disebutkan tujuh puluh kali, dan dalam riwayat lain lagi tujuh puluh kali. Ia menyebutkan bahwa seorang laki-laki dari kalangan para wali yang ikhlas dan memiliki karamah luar biasa datang dari Damaskus, yang dikenal dengan nama Al-Fadhil. Ketika ia tiba, ia mendatangi syekh yang mulia, Syekh Syekh kami, Faqih Muhammad bin Ali bin Abi Alawi, dan mengatakannya: 'Aku datang kepadamu hanya untuk memberitahumu bahwa aku tidak menemukan sesuatu yang menghalangimu kecuali Syekh Abdul Rahman yang terkurung, dan kamu harus memberikan keputusan untuknya, karena dia adalah orang yang berusaha, dan kamu adalah orang yang memiliki nasab.' Maka Syeikh-Syeikh kami bertanya: 'Apa nasab ini?' Ia menjawab: 'Sidrat Al-Muntaha,' dan ia juga berkata: 'Seandainya orang-orang dari timur dan barat berkumpul untuk membukakan kunci hatimu, mereka tidak akan mampu.'" (Jauhar Asy-Syafaf juz 1 hal. 79)

وكان يقول، يعني الفقيه محمدا : أنا فيكم كمحمد في قومه . وروى غير السقاف : أنا فيكم كعيسى في قومه وردها الشيخ عبد الرحمن السقاف. وقال الشيخ الكبير أبو الغيث ابن الجميل : ماوصلنا إلى درجة عن الفقيه محمد بن علي باعلوي حتى نصفها. قال ذلك ابتداء كشفا . حال بعض المشائخ الحضرميين، أراد أن يسأله عن حال سيدنا الفقيه .

وقال الشيخ الكبير عبد الله بن محمد عباد: ماتمضي على الفقيه محمد بن علي ساعة إلا وهو فيها سكران من حميا محبة الله الرحيم الرحمن . وقال الشيخ الجليل الفقيه محمد بن أبي بكر عباد : الذي يغلب على الظن أن الشيخ محمد بن علي يشفع بن علي يشفع حتى في نهد وكانوا سلطنة حضرموت .

ولما وقف الشيخ سفيان اليمني على كتاب سيدنا الفقيه الذي أرسله إليه،

قال في جوابه مامعناه هذا شيء لم نعرفه ومقام لم نبلغه . وكان من جملة ماكتب به إلى الشيخ سعد، أنه قال : عرج بي إلى سدرة المنتهى سبع مرات. وفي رواية سبعة وعشرين مرة في ليلة واحدة. وفي رواية سبعين مرة. 

ومن جملة ماكتب إليه الشيخ سعد بن علي، بعد ماعرف تمكينه وتأييده وحراسته عن الزيغ أني أقول قول ناصح محب مشفق فلايكون قلبك متعلقا بالكرامات ولا غيرها، ولا تلتفت إليها، ولوظهرت لك أي ظهور، وليكن قلبك متعلقا بمحبة الله ، والزم حالك الذي أنت عليه، ولو قامت عليك القيامة، ولو رأيت أي هول فلا يهولنك . وكلما عرض عليك شيء، فزنه بميزان الشرع وكتاب الله ، فما

وافق الحق ، فاتبعه ومالم يوافق الحق فاتركه . وأنت يافقيه ! أهدى من أن تهدى إن شاء الله ، وأعلم بالشريعة والحقيقة .

Ia, yakni Faqih [Muqaddam] Muhammad [bin Ali] berkata: "Saya di antara kalian seperti Muhammad (Shallallahu 'alaihi wa sallam) diantara kaumnya." Dan dikatakan oleh selain As-Seqaf: "Saya di antara kalian seperti Isa ('alaihissalam) diantara kaumnya," yang dibantah oleh Syekh Abdul Rahman As-Seqaf. Dan Syeikh besar Abu Al-Ghaith Ibnu Al-Jamil berkata: "Kami tidak sampai pada derajat Faqih (Muqaddam) Muhammad bin Ali Ba'alawi untuk dapat mengukurnya." Hal ini diungkapkan sebagai pembuka untuk menjelaskan keadaan beberapa ulama Hadramaut, yang ingin menanyakan tentang keadaan Sayid Faqih (Muqaddam).

Dan Syeikh besar Abdullah bin Muhammad Abbad berkata: "Tidak ada satu jam pun berlalu bagi Faqih (Muqaddam) Muhammad bin Ali kecuali ia berada dalam keadaan mabuk dari cinta kasih Allah yang Maha Pengasih." Dan Syekh yang mulia, Faqih Muhammad bin Abu Bakar Abbad berkata: "Yang paling mungkin adalah bahwa Syeikh Muhammad bin Ali akan memberikan syafaat."

Ketika Syekh Sufyan Al-Yamani menghadapi kitab Tuan Faqih yang dikirimkan kepadanya, ia berkata dalam jawabannya yang artinya: "Ini adalah sesuatu yang tidak kami ketahui dan kedudukan yang belum kami capai." Diantara yang ditulisnya kepada Syeikh Sa'ad adalah bahwa ia berkata: "Saya (di-mi'raj-kan) diangkat ke Sidratul Muntaha tujuh kali. Dalam riwayat lain, dua puluh tujuh kali dalam satu malam. Dalam riwayat lain, tujuh puluh kali."

Dan di antara yang ditulis oleh Syeikh Sa'ad bin Ali, setelah ia mengetahui kemampuannya, dukungannya, dan penjagaannya dari penyimpangan, adalah: "Saya berkata dengan penuh kasih dan perhatian, jangan biarkan hatimu terikat pada karamah atau hal lainnya, dan jangan berpaling kepadanya, meskipun itu muncul di hadapanmu. Biarkan hatimu terikat pada cinta Allah, dan tetaplah pada keadaanmu yang sekarang, meskipun kiamat terjadi, atau meskipun kamu melihat sesuatu yang menakutkan, jangan biarkan itu menakutkanmu. Setiap kali sesuatu muncul di hadapanmu, timbanglah dengan timbangan syariat dan kitab Allah; apa pun yang sesuai dengan kebenaran, ikutilah, dan apa pun yang tidak sesuai, tinggalkanlah. Dan engkau, wahai fakih! Lebih terarah daripada yang bisa diarahkan, insya Allah, dan lebih mengetahui tentang syariat dan hakikat." (Syarh Al-'Ainiyah karya Al-Habib Ahmad bin Zain bin Alawi Al-Habsyi hal.158)

روى المشايخ رضي اللّه عنهم أن شيخ شيوخنا الفقيـه المقـدممحمد بن علي رضي اللّه عنه خرج ذات يوم من الأيام إلى شـارع من شوارع تريم وكان ذلك الشارع مطروقا، فوقف الشيخ فيه فمَرَّ به بدويٌّ معه جملٌ عليه سعف،ٌ فساومه الشيخ في الـسعف فـأبى البدوي أن يبيع السعف للشيخ بالذي أراد، فقال له الحاضرون : بِعِالسعفَ للشيخ بالذي أراد، فأتى إليه الفقيه الأجل الإمام الأكمـل أحمد بن عبد الرحمن أبو علوي وقال له : بِعِ الشيخَ السعفَ بما أرادفإن الشيخ كذا وكذا، وذكر شيئا من مناقب الشيخ، فقـال لـه البدوي : هو الشيخ محمد بن علي اللّه ؟ فلما سمع الشيخُ ذِكْرَ اللّه قال بأعلى صوته : نعم.. أنا اللّه.. وسقط مغشياً عليه .. إلخ .

Diceritakan oleh para ulama, semoga Allah meridhoi mereka, bahwa seorang ulama terkemuka, Muhammad bin Ali, keluar suatu hari ke salah satu jalan di Tarim. Jalan tersebut ramai, dan sang ulama berhenti di situ. Lewatlah seorang Badui yang mengendarai unta yang membawa daun palma (daun palem hias). Sang ulama menawar daun palma tersebut, namun Badui menolak untuk menjualnya dengan harga yang diminta. Orang-orang di sekitarnya berkata: "Jual daun palma itu kepada sang ulama dengan harga yang diminta." Lalu datanglah seorang ulama terhormat, Imam Ahmad bin Abdul Rahman Abu Alawi, dan berkata: "Jual daun palma itu kepada sang ulama dengan harga yang diminta, karena beliau adalah demikian dan demikian," dan menyebutkan beberapa keutamaan sang ulama. Badui itu pun bertanya: "Apakah dia Sheikh Muhammad bin Ali, Allah?" Ketika sang ulama mendengar penyebutan nama Allah, ia berteriak dengan suara keras: "Ya, saya Allah!" dan kemudian pingsan karena terkejut mendengar pernyataan Badui tersebut. (Al-Ustadz  Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam [574-653 H] karya Abu Bakar Al-Adni bin Abu Bakar Al-Masyhur hal.92-93)

Meski karomah yang dimiliki Al-Faqih Muqaddam ada sebagian saya menolaknya, namun doa beliau saya amalkan karena sangat bagus maknanya sebagaimana berikut,

بسم اللّه الرحمن الرحيم

اللهم انقلنا والمسلمين من الشقاوة إلى السعادة ، ومن النـار إلى الجنة ، ومن العذاب إلى الرحمة ، ومن الذنوب إلى المغفرة ، ومـن الإساءة إلى الإحسان ، ومن الخوف إلى الأمان ، ومن الفقـر إلى الغنى ، ومن الذل إلى العز ، ومن الإهانة إلى الكرامة ، ومن الضيق إلى السعة ، ومن الشر إلى الخير، ومن العسر إلى اليـسر ، ومـن الإدبار إلى الإقبال ، ومن السقم إلى الصحة ، ومـن السخط إلى الرضى ، ومن الغفلة إلى العبادة ، ومن الفترة إلى الاجتهاد ، ومـن الخذلان إلى التوفيق ، ومن البدعة إلى السنة ، ومن الجور إلى العدل. اللهم أعنّا على ديننا بالدنيا ، وعلى الدنيا بـالتقوى ، وعلـى التقوى بالعمل، وعلى العمل بالتوفيق ، وعلى جميع ذلك بلطفـك المفضي إلى رضاك، المُنْهِي إلى جنتك ، المصحوب ذلك بـالنظر إلىوجهك الكريم.

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

"Ya Allah, pindahkanlah kami dan umat islam dari kesengsaraan ke kebahagiaan, dari api neraka ke surga, dari siksaan ke rahmat, dari dosa ke pengampunan, dari keburukan ke kebaikan, dari ketakutan ke keamanan, dari kemiskinan ke kekayaan, dari kehinaan ke kemuliaan, dari penghinaan ke kehormatan, dari kesempitan ke kelapangan, dari kejahatan ke kebaikan, dari kesulitan ke kemudahan, dari penolakan ke penerimaan, dari sakit ke kesehatan, dari kemarahan ke keridhaan, dari kelalaian ke ibadah, dari keterpurukan ke usaha yang gigih, dari keputusasaan ke keberhasilan, dari bid'ah ke sunnah, dan dari ketidakadilan ke keadilan. Ya Allah, bantu kami dalam agama kami dengan dunia ini, dan bantu dunia ini dengan ketakwaan, serta bantu ketakwaan dengan amal, dan bantu amal dengan keberhasilan, dan semua itu dengan kelembutan-Mu yang mengantarkan kepada keridhaan-Mu, yang mengarah ke surga-Mu, disertai dengan pandangan kepada wajah-Mu yang mulia." (Al-Ustadz  Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam [574-653 H] karya Abu Bakar Al-Adni bin Abu Bakar Al-Masyhur hal.113-115)

Lantas bagaimana dalam mensikapi kisah karomah para wali? Terdapat penjelaskan dalam kitab Al-Ustadz Al-A'zhom Al-Faqih Muqaddam sebagai berikut,

ليس من شرط الايمان ان أصدق بكرمة فلان او خريقة علان, وان شرط الايمان ان لا اكذب بحصول لمن اتقى الله عموما

"Bukan syarat iman untuk mempercayai karamah seseorang atau keajaiban dari orang lain, tetapi syarat iman adalah tidak berdusta tentang apa yang terjadi bagi orang yang bertakwa kepada Allah secara umum." (Al-Ustadz  Al-A'zham Al-Faqih Al-Muqaddam [574-653 H] karya Abu Bakar Al-Adni bin Abu Bakar Al-Masyhur hal.90). Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Jumat, 08 November 2024

VIRAL, KAROMAH YANG TIDAK PATUT DICONTOH DAN DIYAKINI KEBENARANNYA


Cek and kroscek; Berawal dari sebuah postingan di FB dari beberapa teman sebuah video youtube Gus Aziz Jazuli, Lc. MA dimana beliau menyampaikan kandungan sebuah kitab yang di dalamnya menyebutkan sebuah karomah seorang habib yang menurut saya agak membagongkan karena berbau esek-esek, dan saya termasuk orang yang tidak langsung percaya dengan berita yang saya dengar dan ketahui, terlebih bila berita tersebut menyebutkan referensi kitabnya sebelum mengkroscek kebenaran tulisan kitabnya.

Prosesnya menulis artikel ini sangat rumit karena setelah saya temukan videonya di youtube dan disana beliau menyebutkan sebuah kitab bernama Kunuz As-Sa'adah Al-Abadiyah karya Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi kemudian membaca sebuah lembaran kitab yang ditayangkan dalam video tentang karomah habib Ahmad tanpa menyebutkan habib ahmad bin siapa juga tanpa menyebutkan halamannya. 

Setelah saya berhasil mendownload kitabnya dan melihat daftar isinya tambah bingung karena ternyata banyak nama habib Ahmad disana yang akhirnya saya harus baca lembar demi lembar untuk mendapatkan teks yang dikutip oleh Gus Aziz Jazuli, Lc. MA dan habib Ahmad yang memiliki karomah yang nyeleneh tersebut dan akhirnya saya dapatkan teksnya.

Pada halaman 236 jelas disebutkan bahwa habib Ahmad ini bernama lengkap habib Ahmad Al-Haddar dan kemudian karomahnya yang berbau esek-esek terdapat dihalaman 237-238 sebagai berikut,

وذكروا ان الحبيب احمد المذكور كان إذا رأي امرأة في الطريق قبصها في ثديها والحكمة في ذلك أنه يخرج شهوة الزنا منها فقال بعض الساده لزوجته أن خليتي عمي أحمد يقبص ثديك فعلت بك وفعلت فلما كان في بعض الأيام أقبلت تلك المرأة تسير وزوجها يمشي في تلك الطريق فاذا الحبيب أحمد واصل اليها فأسرعت المشي وخبت خوفا من الحبيب أحمد ومن زوجها فخب الحبيب أحمد و راءها وقال لها مالك عذر من قبصة عمك أحمد وان حبيبتي فلحقها وقبصها في ثديها و زوجها ينظر وقال لها تأتي بسبعة أولاد كلهم پر کبون الخيل على رغم أنف زوجك فقال زوجها اذا كان هكذا فلا بأس فولدت الأولاد السبعة وركبوا الخيل كما ذكر الحبيب.

"Disebutkan bahwa Al-Habib Ahmad yang dimaksud (Al-Habib Ahmad Al-Haddar lihat hal.236), ketika melihat seorang wanita di jalan, dia akan meremas dadanya (payudaranya). Hikmahnya (tujuannya) adalah untuk menghilangkan dorongan (nafsu) zina dari wanita tersebut. Kemudian, berkatalah seorang lelaki kepada istrinya, 'Kalau aku izinkan paman Ahmad meremas dadamu, maka kamu akan melihat apa yang terjadi padamu.' Suatu hari, wanita itu berjalan di jalan tersebut, dan suaminya juga berada di sana. Ketika wanita itu melihat bahwa paman Ahmad mendekatinya, dia mempercepat langkahnya karena takut pada paman Ahmad dan suaminya. Namun, paman Ahmad mempercepat langkahnya dan berkata kepadanya, 'Kamu tidak bisa menghindar (uzur) dari remasan paman Ahmad.' Lalu dia meremas dadanya di hadapan suaminya, dan berkata bahwa dia akan memiliki tujuh anak yang semuanya akan menjadi penunggang kuda yang hebat. Suaminya pun menerima hal tersebut. Benar saja, wanita itu melahirkan tujuh anak dan mereka semua menjadi penunggang kuda yang mahir, seperti yang dikatakan habib Ahmad." (Kunuz As-Sa'adah Al-Abadiyah karya Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, cet. Tarim Li Ad-Dirasat wa An-Nasyr hal.237-238)

#Catatan: Teks diatas memiliki unsur cerita yang mungkin merupakan bagian dari kisah atau cerita rakyat yang mengandung kepercayaan tradisional tertentu. 

Singkatnya, keberadaan karomah para wali Allah harus kita yakini, hanya saja karomah yang model esek-esek seperti ini tidak harus diyakini karena hanya akan menambah halusinasi dan khayalan liar semata. Ambil hikmah yang baik dan tinggalkan yang kurang dan tidak baik dari kisah-kisah yang terdapat dalam kitab-kitab ulama salaf. Wallahu a'lam bis-Shawab 🙏

Demikian Asimun Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Jumat, 11 Oktober 2024

KAJIAN TENTANG KISAH NABI MUHAMMAD SAW BELAJAR ILMU NAHWU KEPADA HABIB ALI AL-HABSYI



Dalam sebuah video ada kisah yang disampaikan bahwa konon katanya Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu dan putranya Hasan bin Ali radhiyallahu 'anhu selalu menghadiri kajian ilmu nahwu yang diajarkan oleh Habib Ali Al-Habsyi ketika beliau tengah membuka majelis ilmu di masjid Hanbal, di tanah Hadhramaut. 

Di tempat itu, beliau memiliki banyak murid, karena banyak yang menyukai cara penyampaiannya. 

Para muridnya senantiasa mendengarkan majelis yang ia gelar dengan duduk tenang seraya menyandarkan badan mereka pada tiang-tiang yang ada di dalam masjid.

Suatu ketika, salah satu dari muridnya tersebut merasa sangat mengantuk, lalu datanglah sekelompok orang yang menarik perhatiannya. 

Mereka berjumlah tiga orang, wajah-wajah mereka bagaikan rembulan. Yang berada di depan adalah pemimpin mereka.

Karena keterpanaannya, Habib Ali membiarkan orang pertama dan kedua lewat begitu saja. 

Beliau pun segera menggenggam ujung pakaian yang dikenakan oleh orang yang terakhir kali melewatinya.

Habib Ali bertanya padanya, “Siapakah kalian bertiga?”

“Orang yang pertama melewatimu tadi adalah Nabi Muhammad saw. dan orang yang setelahnya adalah Ali bin Abi Tholib.”

“Lalu, siapakah dirimu?”

“Saya adalah Hasan bin Ali.”

Habib Ali pun bertanya lagi, “Ke mana kalian ingin pergi?”

“Kami datang untuk menghadiri suatu majelis yang diampu oleh Habib Ali.”

Ketika mendengar pernyataan Hasan bin Ali tersebut, Habib Ali pun berkata, “Selama Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menghadiri majelisku, aku tak pernah memperhatikannya.” Demikian kira-kira kisah yang disampaikan dalam video. 

Namun ternyata kisah yang sebenarnya yang dijelaskan dalam sebuah kitab Fuyudhat Al-Bahr Al-Mali karya Thaha bin Hasan Assegaf Ba'alawi hal.162-163 adalah sebagai berikut, 

وقال أيضاً : رأى الأخ حسن بن أحمد العيدروس سيدنا علي بن أبي طالب رضي الله عنه يقول له : كل العلوم كلها اجتمعت في علم النحو ، وعلم النحو مرجعه إلى الفاعل والمفعول .

وأنا كنت مولعاً بعلم النحو كثيراً ، ولا أبتدىء التدريس كل يوم بعد صلاة الصبح إلا في علم النحو ، حتى قامت عندي الأشياء ، وقلت : كل يوم أبتدىء من الصبح قام زيد جاء زيد ، وكان بعض المحبين(۱) جالساً في الدرس في مسجد حنبل متكئاً بسارية وأخذته سنة فإذا هو بثلاثة أقمار ، وجوههم كالأقمار ، متقدمهم أكبرهم قال : فمر عَلَيَّ الأول والثاني ، وقبضت بذيل الأخير ، وقلت له : من أنتم ؟ فقال لي : الأول هو النبي صلى الله عليه وآله وسلم ، والثاني : علي بن أبي طالب ، فقلت له : وأنته من ؟ فقال : أنا الحسن بن علي ، فقلت له : تريدون إلى أين ؟ فقال : جينا نحضر مدرس الولد علي ، فلما قصها عَلَيَّ .. قلت : من يوم النبي صلى الله عليه وآله وسلم يحضر درسي في النحو معاد بانبالي

_________

(۱) هو الشيخ طيب بن احمد بابهير ، الجد الثاني للعم أحمد بن علوي الحبشي لأمه .

"Dan dia juga berkata, Melihat saudara Hasan bin Ahmad Alaydrus, Sayyidina Ali bin Abi Talib radhiyallahu 'anhu berkata kepadanya, "Semua ilmu berkumpul dalam ilmu nahwu, dan ilmu nahwu merujuk kepada fa'il (subjek) dan maf'ul (objek)."

Saya (Al-Habib Ali bin Al-Habib Muhammad bin Al-Husain bin Abdullah Al-Habsyi) sangat menyukai ilmu nahwu, dan saya tidak memulai pengajaran setiap hari setelah shalat subuh kecuali dalam ilmu nahwu, hingga segala sesuatu menjadi jelas bagi saya. Saya berkata: "Setiap hari saya mulai dari pagi, Qama Zaidun (Zaid berdiri), Ja'a Zaidun (Zaid datang)." Dan ada seorang dari muhibbin/(pecinta habib Ali Al-Habsyi)(1) yang duduk di kelas di masjid Hanbal bersandar pada tiang dan terlelap. Tiba-tiba, dia melihat tiga bulan, wajah mereka bagaikan bulan. Pemimpin mereka adalah yang tertua, lalu yang pertama dan kedua lewat, dan saya memegang ujung baju yang terakhir dan bertanya, "Siapa kalian?" Dia menjawab: "Yang pertama adalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang kedua adalah Ali bin Abi Talib." Saya (muhibbin) bertanya, "Dan kamu siapa?" Dia menjawab, "Saya Hasan bin Ali." Saya bertanya lagi, "Kalian mau pergi kemana?" Dia menjawab, "Kami datang untuk menghadiri pengajaran anak, Ali (Habib Ali Al-Habsyi dzurriyah Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, pent)." Ketika dia menceritakannya kepada saya, saya berkata, "Sejak di hari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau hadir dalam pelajaran saya tentang ilmu nahwu, maka tidak ada yang lebih utama bagiku." (Fuyudhat Al-Bahr Al-Mali hal.162-163)

_________

(1) Dia adalah Sheikh Thayyib bin Ahmad Babahir, kakek kedua dari paman Ahmad bin Alawi Al-Habsyi dari pihak ibunya. 

Kisah yang mencengangkan ini diperoleh salah satu murid Habib Ali Al-Habsyi dalam alam tidak sadarnya karena lagi tertidur saat tersandar di tiang masjid Hanbal. Anehnya kisah-kisah seperti ini banyak dimuat di dalam kitab karya Habaib/Ba'alawi boleh dipercaya boleh tidak terserah pembaca yang budiman saja.

Demikian halnya dijelaskan pula dalam kitab tersebut di halaman 160 sebagai berikut,

ويذكر الحبيب علي عن أيامه الأولى في مسجد حنبل فيقول : أيام أنا في مسجد حنبل الذين يحضرون مدرسنا نحو أربع مئة نفر ، وفي ( مجموع كلامه ) قال : ولما سمع مؤذن مسجد حنبل للعشاء .. ذكر وقت إقامته بمسجد حنبل و محلته بجواره ، فقال رضي الله عنه : مضت لي ثلاثون سنة في هذه البقعة في مسجد حنبل ، يظلي ويبيت مسجد حنبل حي بالذكر والتلاوة والمذاكرة العلمية

وجيراني كانوا في هذه المحلة إلا أهل أسباب ، ولكنهم كلهم صلحاء ،لهم قدم في الأعمال الصالحة ، وتلاوة القرآن ، وقيام آخر الليل كان صاحب هذا الدار عبد الله بن زين باسلامة (۱) رجل صالح عابد ورع ، باشر الأسباب بورع حاجز ، كان يطيب الجفل (۳) بيده ، ويخرج الغش منه ،وكان له قدم في قضاء حاجة المحتاج ، وإنظار المعسر

، وكان يحب الصالحين ويحبونه ، ومحضرته - منزله - هذه ، كم من عارف جلس فيها ، وكم من قطب جلس فيها ؟! وكم من ولي جلس فيها ، مثل الحبيب عبد الله بن حسين بن طاهر وإخوانه وأولاده، والحبيب حسن بن صالح البحر ، وكثير من أهل الله

__________

(۱) عبد الله بن زین با سلامه (۱۲۱۱ / ۱۲۸۰ هـ ) ترجم له في ( تاريخ الشعراء ) ( ۳/ ۲۱۳ ) ، ولد بسيؤون سنة ( ١٢١١هـ ) ، وتوفى بها سنة ( ۱۲۸۰ هـ ) من ذوي السيرة للحميدة ، والصلاح والنسك والتقوى ، له اتصال كبير بالعلماء والأولياء ، منهم : الحبيب حسن بن صالح البحر ، والحبيب عبد الله بن حسين بن طاهر ، والحبيب محسن بن علوى السقاف ، وغيرهم ، وقد أثنى عليه الحبيب علي كما هو مذكور أعلاه، وله يد فى الإصلاح والمساعي الحميدة ، في استفرار الأمن ، والوقوف ضد الظلمة ، وحصلت بينه وبين المذكورين رسائل ومكاتبات

(۲) الجفل : البن للقهوة داخل الحبوب ، ويُخرج قشره

"Dan Al-Habib Ali menyebutkan tentang hari-harinya yang pertama di Masjid Hanbal, ia berkata, "Pada masa saya di Masjid Hanbal, yang hadir di pengajian kami sekitar empat ratus orang. Dalam Majmu' Kalamuh (kumpulan ucapannya) ia mengatakan, "Ketika muadzin Masjid Hanbal mengumandangkan adzan untuk shalat Isya', ia menyebutkan waktu pelaksanaannya di Masjid Hanbal dan tempatnya di sebelahnya. Ia berkata, 'Saya telah menghabiskan tiga puluh tahun di tempat ini di Masjid Hanbal, di mana Masjid Hanbal selalu hidup dengan dzikir, tilawah, dan diskusi ilmiah.'

Tetangga saya di kawasan ini hanyalah orang-orang yang baik, tetapi semua mereka adalah orang-orang shalih, yang memiliki langkah dalam amal-amal baik, tilawah Al-Qur'an, dan bangun di akhir malam. Pemilik rumah ini adalah Abdullah bin Zain Basalamah, seorang yang shalih, ahli ibadah, dan wara'. Sebab ia menjalani wara' dengan penuh kehati-hatian. Ia membersihkan jafal (biji-bijian kopi) dengan tangannya dan mengeluarkan kulitnya, serta memiliki peran dalam memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan dan memberi waktu kepada orang yang kesulitan. Ia mencintai orang-orang shalih dan mereka juga mencintainya. Rumahnya ini telah menjadi tempat berkumpul bagi banyak orang yang berilmu, dan berapa banyak pemimpin spiritual yang pernah duduk di sini?! Dan berapa banyak wali yang pernah duduk di sini, seperti Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir dan saudara-saudaranya serta anak-anaknya, Al-Habib Hasan bin Shalih Al-Bahr, dan banyak dari kalangan ahlullah (keluarga Allah yaitu orang-orang yang membaca firman-firman Allah)." (Fuyudhat Al-Bahr Al-Mali hal.160)

___________

(1) Abdullah bin Zain Basalamah  (1211-1280 H) dicatat dalam Tarikh Asy-Syu'ara (Sejarah Penyair) (3/213), lahir di Sai'un pada tahun (1211 H) dan meninggal di sana pada tahun (1280 H). Ia memiliki akhlak yang baik, shalih, serta tekun dan bertakwa. Ia memiliki hubungan yang besar dengan para ulama dan wali, di antaranya: Al-Habib Hasan bin Shalih Al-Bahr, Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thahir, Al-Habib Muhsin bin Alawi Assegaf, dan lainnya. Al-Habib Ali memujinya seperti yang disebutkan diatas, dan ia memiliki peran dalam perbaikan (ekonomi) dan usaha-usaha yang baik, dalam menjaga keamanan dan melawan kezaliman. Ia juga memiliki korespondensi dan surat menyurat dengan orang-orang yang disebutkan.

(2) Jafal: adalah biji kopi yang terdapat dalam biji-bijian, dan mengeluarkan kulitnya. 

Dalam kisah inipun terdapat kejanggalan terkait penyebutan para nama wali dari kalangan Habaib dalam kisah-kisah kehebatan dan keramat para wali Habaib dalam kitab karya kalangan mereka sendiri Ba'alawi. Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Rabu, 02 Oktober 2024

KAJIAN TENTANG BAHAYA MEMPELAJARI KITAB-KITAB KHURAFAT KARAMAH PARA WALI

Secara bahasa, Al-Khurafat berarti “cerita bohong”, “dongeng”, dan “takhayul” atau suatu hal yang tidak masuk akal. Secara terminologis, semua kepercayaan, keyakinan, atau kegiatan yang tidak memiliki dasar dan atau tidak bersumber dari ajaran agama tetapi diyakini sebagai yang berasal dan memiliki dasar dari agama disebut khurafat.

Dalam sebuah hadits dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anha, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengenai makna khurafat terkait pertanyaan salah satu istri beliau terkait kisah khurafat, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bertanya balik sekaligus menjelaskan,

اتدرون ما خرافة, إن خرافة كان رجلا من عذرة أسراته الجن فى الجاهلية, فمكث فيه دهرا طويلا, ثم ردوه الى الانس, فكان يحدث الناس بما رأى فيهم من الاعاجيب, فكان الناس حديث خرافة

"Apakah kalian tahu apa itu khurafat? khurafat adalah seorang laki-laki dari Udzrah yang ditawan oleh para jin di masa jahiliyyah, ia tinggal bersama mereka dalam jangka waktu sekian lama, kemudian para jin tersebut mengembalikannya kepada wujud manusia, lalu khurafat bercerita kepada orang-orang tentang hal-hal yang mengherankan yang ia lihat di alam jin, hingga akhirnya orang-orang berkata, cerita khurafat." (HR. Ahmad no.24085 Kutub At-Tis'ah)

Dr. Ghalib bin Ali 'Awaji mendefinisikan khurafat adalah,

الخرافة هي الاعتقاد بما لاينفع ولايضر ولايلتئم من المنطق الساليم والوقيع الصحيح

"Khurafat adalah keyakinan tentang sesuatu yang sebenarnya tidak bermanfaat dan tidak berbahaya, tidak sesuai dengan akal yang sehat dan realita yang ada." (Madzahib Al-Fikriyah Al-Mu'aahirah hal.1186)

Bukan rahasia umum bahwa akhir-akhir ini penyampaian dari kalangan habaib cerita khurafat beredar luas dan viral menjadi perbincangan di medsos maupun dunia nyata, dan setelah penulis telusuri ternyata kisah-kisah khurafat tersebut terdapat di kitab-kitab karya habaib. Menjadi catatan bahwa kisah khurafat yang dianggap sebagai karamah para wali ini berasal dari kalangan habaib yaman. Diantara kitab-kitab yang menjelaskan karamah wali yang mengandung kisah khurafat semisal Jami' Karamah Al-Auliya', Syarh Al-Ainiyah, Tadzkar An-Naas, As-Sanatir, An-Nahr Al-Maurud min Bahr Al-Fadhl wa Al-Karam wa Al-Jud dan lainnya.

Kali ini saya akan menyampaikan kisah khurafat terkait kotoran manusia yang berubah menjadi emas permata sebagaimana yang terdapat dalam kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas Kitab Tadzkar An-Naas  hal.48 sebagai berikut,

في آداب دخول الخلاء وما تعلق بها

وقال رضى الله عنه بلغنا أن السيد حاتم الأهدل كان حريصا على مجلس الاخوان في الله ويشق عليه فراقهم ، وكان له مملوك أمره أن يجلس بالباب ، فإذا أراد أحد من إخوانه قضاء الحاجة والخلاء نظر إلى ذلك العبد فينتقل الحدث إليه فيروح العبد إلى الخلاء وينوب عنه . 

ووقع للحبيب هادون إبن هود بن على بن حسن العطاس ، أنه لما زار المدينة المشرفة بات ليلة بالحرم ، فتحركت عليه بطنه ؛ وذهب ليخرج فوجد الأبواب مقفلة ، فراح إلى ناحية في أخريات الحرم ، ووضع الخارج في ثوبه ، فلما كان الصباح ذهب إلى خارج المدينة ليرميه ، فإذا هو ذهب يتلألأ

Tentang adab-adab memasuki toilet dan hal-hal yang terkait dengannya.

Dan dia (syeikh) radhiyallahu 'anhu berkata, kami mendengar bahwa tuan Hatim Al-Ahdal sangat menginginkan suatu majelis persaudaraan di jalan Allah dan merasa berat berpisah dengan mereka. Ia memiliki seorang budak yang diperintahkan untuk duduk di pintu. Jika salah satu saudaranya ingin buang air atau ke toilet, ia melihat budak itu, maka peristiwa itu berpindah kepadanya, dan hamba itu pergi ke toilet dan mewakilinya untuk buang air (menggantikannya)."

Terdapat pula kisah dari Al-Habib Hadun bin Hud bin Ali bin Hasan Al-Attas, bahwa ketika ia mengunjungi Madinah Al-Musyarrafah (kota yang terhormat), ia bermalam di Masjid. Perutnya terasa tidak nyaman; ia pergi keluar dan mendapati pintu-pintu (masjid) tertutup. Ia pun pergi ke sudut belakang masjid dan mengeluarkan kotorannya ke dalam pakaiannya. Ketika pagi tiba, ia pergi keluar kota untuk membuang (kotoran)nya dan ternyata ia pergi dengan membawa emas yang berkilau. (Kitab Tadzkar An-Naas kitab karya Al-Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas hal.48)

Syahdan, sungguh kisah di luar nalar sehat dan kisah diatas jelas khurafatnya, manalah mungkin seseorang bisa mewakili buang hajat orang lain, dan mana mungkin kotoran manusia yang najis berubah menjadi emas permata. 

Singkatnya, jika sebuah kisah tidak merujuk pada dalil syar'i dan tidak masuk akal seperti ini haruskah dipercaya, dan layakkah kisah-kisah konyol khurafat kelas dewa harus disampaikan dan dipelajari kitabnya? Wallahu a'lam bis-Shawab 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Kamis, 26 September 2024

EDISI KHUTBAH JUM'AT (Agama itu Memudahkan Bukan Memberatkan)

*Khutbah Pertama*

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلَيْنَا الْفُرْقَانَ وَأَنْعَمَ عَلَيْنَا الْعِرْفَانَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا. اَشْهَدُ اَنْ لَآاِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. ‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً

أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا، ويَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبُ

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,

إنَ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا ، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ  (رواه البخاري)

"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidak ada seorang pun yang mempersulit agama kecuali dia akan kalah (tak mampu), maka bersikap luruslah, mendekatlah pada kesempurnaan, dan bergembiralah. Serta mintalah pertolongan dengan beribadah di pagi hari, sore hari, dan sebagian dari waktu malam." (HR. Bukhari)

Terkait beragama itu harus memudahkan sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah marah terhadap imam yang memanjangkan bacaan shalatnya sebagaimana riwayat berikut,

وعن أبي مسعود عقبة بن عمرو البدري رضي الله عنه قال: (جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: إني لأتأخر عن صلاة الصبح من أجل فلان مما يطيل بنا .فما رأيت النبي صلى الله عليه وسلم غضب في موعظة قط أشد مما غضب يومئذ، فقال: يا أيها الناس! إن منكم منفرين، فأيكم أم الناس فليوجز؛ فإن من ورائه الكبير والصغير وذا الحاجة).

“Dari Abu Mas'ud yaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Badri ra, berkata, ‘Ada seorang lelaki datang kepada Nabi ﷺ, lalu berkata, ‘Sesungguhnya saya pasti tidak ikut shalat subuh berjamaah karena si Fulan itu, karena ia memanjangkan bacaan suratnya untuk kita.’ Maka saya (Abu Mas'ud) sama sekali tidak pernah melihat Nabi ﷺ marah dalam nasihatnya lebih daripada marahnya pada hari itu.” “Beliau ﷺ bersabda, ‘Hai sekalian manusia, sesungguhnya di antara engkau semua ada orang-orang yang menyebabkan orang lain lari. Maka siapa saja di antara kalian yang menjadi imam shalat untuk orang banyak, hendaklah ia mempersingkat bacaannya, sebab sesungguhnya di belakangnya itu ada orang yang sudah tua, anak kecil, dan ada pula orang yang segera hendak mengurus keperluannya.’" (HR. Muttafaq 'alaih)

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

Demikian halnya Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menegur Mu'adz bin Jabar radhiyallahu ‘anhu,

عن جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu pernah salat (di belakang) Rasulullah ﷺ, kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami shalat bersama mereka dengan membaca surah Al-Baqarah, Jabir melanjutkan, "Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia salat dengan shalat yang agak ringan, ternyata hal itu sampai kepada Mu'adz, ia pun berkata, "Sesungguhnya dia adalah seorang munafik." Ketika ucapan Mu'adz sampai ke laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi ﷺ sambil berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Mu'adz shalat mengimami kami dengan membaca surah Al-Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik." Maka Nabi ﷺ bersabda, "Wahai Mu'adz, apakah kamu hendak membuat fitnah." -Beliau mengucapkannya hingga tiga kali- bacalah Was syamsi wadluhaaha dan wasabbih bismirabbikal a'la atau yang serupa dengannya." (HR. Bukhari no.5641)

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

Oleh karenanya, dalam mengajak kebaikan hendaklah dengan cara yg memudahkan dan bukan menyulitkan sehingga jasadnya diharamkan masuk api neraka sebagaimana riwayat berikut,

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ،ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻻَ ﺃُﺧْﺒِﺮُﻛُﻢْ ﺑِﻤَﻦْ ﺗُﺤَﺮَّﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭُ؟ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﻫَﻴِّﻦٍ، ﻟَﻴِّﻦٍ، ﻗَﺮِﻳﺐٍ، ﺳَﻬْﻞٍ

“Maukah kalian aku tunjukkan orang yg haram (tersentuh api) neraka?” tanya Rasulullah.

Para sahabat berkata:

“Iya,Wahai Rasulallah!”

Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “(Haram tersentuh api neraka) orang yg hayyin, layyin, qorib, dan sahl” (HR Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Hiban).

*Jama'ah shalat jum'at rahimakumullah*

1. Hayyin

Ialah orang yang memiliki ketenangan dan keteduhan lahir maupun batin. Tidak labil dan gampang marah, penuh pertimbangan. Tidak mudah memaki, melaknat, serta teduh jiwanya.

2. Layyin

Adalah orang yang lembut dan santun, baik dalam bertutur-kata atau berbuat. Tidak kasar, tidak semaunya sendiri . Tidak galak, tidak suka memarahi orang yang berbeda pendapat dengannya. Tidak suka melakukan pemaksaan pendapat. Lemah lembut dan selalu menginginkan kebaikan untuk sesama manusia.

3. Qorib

Yaitu pribadi yang akrab, ramah diajak bicara, menyenangkan diajak bicara. Biasanya murah senyum jika bertemu.

4. Sahl

Mereka tidak mempersulit sesuatu. Selalu ada solusi bagi setiap permasalahan. Tidak suka berbelit-belit, tidak menyusahkan orang lain.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.

*Khutbah kedua*

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَآاِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَبِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. ‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰

اَمَّابَعْدُ  فَيَاعِبَادَ ﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ  إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا:  ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ. ‎اَللّٰهُمَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁله وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن ‎اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْن وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، ‎اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  ‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  ‎اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ