MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Rabu, 11 Januari 2023

KAJIAN TENTANG VIDEO VIRAL PENAFSIRAN NGACO QS. AS-SAJDAH AYAT 21

Astaghfirullah, viral sebuah VT (Video TikTok) seorang Ustadz yang kita kenal pengobatannya melalui ruqyah yaitu Ust. Danu dimana dalam menjelaskan penafsiran QS. As-Sajdah : 21 terlihat serampangan tanpa mengutip penafsiran para ulama ahli tafsir dan justru menafsirkan dengan pemahamannya sendiri yang jika tidak ditanggapi bisa meresahkan masyarakat khususnya umat islam yang masih awam.

Dia mengatakan dalam video tersebut diantaranya, *"orang yang nanti di dunia sakit itu, menurut ayat As-Sajdah : 21 ini orang itu akan masuk neraka, jadi jangan membicarakan orang ini non-muslim, engga!? Non-muslim itu langsung masuk. Inilah orang muslim sebenarnya. "*

Dia juga menjelaskan, *"disinilah yang seharusnya diketahui, jika ada orang, oh saya takdirnya, takdir kamu itu sejak kamu sakit itu sudah kena sakit harus kamu benahi dirimu sendiri. Sebelum nanti kamu di akhirat akan masuk neraka sudah dijelaskan oleh Allah Ta'ala."* Kemudian dia mengutip ayat, 

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعونَ

Sudah jelas disitu, "sungguh akan ditimpakan kepada mereka siksa kecil di dunia sebelum siksa besar di akhirat." Semua orang yang sakit di dunia ini ya nanti di akhirat dia akan masuk neraka. (baca : dia memaknai ayat Al-Qur'an dengan asal). 

Dia melanjutkan, "ini Allah yang bercerita, jangan bilang ini untuk orang yang non-muslim, jangan !? Terus yang muslim itu kalau sakit kenapa?"

Sahabat yang dirahmati Allah Ta'ala, ketahuilah bahwa manusia menanggung segala perbuatan yang dilakukannya di dunia. Terkadang malapetaka menimpa manusia di dunia itu akibat ulahnya sendiri. Terkait hal itulah maka Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعونَ. وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ

“Dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar ( di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah: 21-22) 

Dalam Tafsir Al-Jalalain Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan terkait ayat diatas sebagai berikut, 

"(Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat) yakni azab di dunia, seperti dibunuh, ditawan, ditimpa kekeringan dan paceklik serta dilanda wabah penyakit (selain) yakni sebelum (azab yang lebih besar) yaitu azab di akhirat (mudah-mudahan mereka) yaitu sebagian dari mereka yang masih ada (kembali) ke jalan yang benar, yaitu beriman."

Di antara azab yang dirasakan oleh orang-orang kafir di dunia adalah mereka pernah mengalami kemarau dan kelaparan yang berkepanjangan. Diantaranya juga adalah kekalahan mereka ketika berperang melawan pasukan kaum muslimin, seperti yang terjadi di dalam perang Badr di mana mereka terkalahkan, binasa lagi terhina, ataupun mereka ditaklukan ketika Fathu Makkah. Jika yang dimaksud dengan azab yang dekat adalah kematian sebagian mereka dalam perang Badar atau karena sebab-sebab yang lain, maka firman Allah لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ “agar mereka kembali” adalah agar sebagian mereka yang selamat bisa sadar." (Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 14/107)

Para ulama berselisih pendapat dalam mengartikan azab yang dekat sebagaimana disampaikan oleh Imam al-Thabari dalam karyanya Tafsir al-Thabari: Pertama, sebagian ulama mengartikanya musibah di dunia, baik musibah yang menimpa jiwa maupun harta. Kedua, ulama lain mengartikanya dengan makna terbunuh dengan pedang. Ketiga, diartikan sebagai kelaparan yang melanda. Keempat, ulama lainya memahaminya dengan arti siksa kubur. Kelima, siksa dunia adalah makna yang dipahami oleh sebagian ulama.

Dari beberapa pendapat di atas, Imam al-Thabari berkata,

وأولى الأقوال في ذلك  —والعذاب: هو ما كان في الدنيا من بلاء أصابهم، إما شدّة من مجاعة، أو قتل، أو مصائب يصابون بها، فكل ذلك من العذاب الأدنى، ولم يخصص الله تعالى ذكره، إذ وعدهم ذلك أن يعذّبهم بنوع من ذلك دون نوع

“Pendapat yang paling utama bahwa azab (yang dimaksud) adalah musibah yang menimpa mereka di dunia, baik itu kelaparan, terbunuh atau bencana yang melanda, semua itu merupakan azab yang dekat. Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menjelaskan satu persatu (dari musibah tersebut) sebab janji-Nya ialah menyiksa mereka dengan berbagai siksaan”

Imam Ibnu Katsir dalam karyanya Tafsir Ibnu katsir menyampaikan riwayat Ibnu Abbas dalam mengartikan azab yang dekat sebagai berikut,

وقال ابن عباس -في رواية عنه -: يعني به إقامة الحدود عليهم

“Ibnu Abbas dalam riwayatnya berpendapat tentang azab yang dekat yakni didirikanya had kepada mereka.”

Abu Hayan Al-Andalusi dalam karyanya al-Bahru al-Muhith menyampaikan riwayat Ubay,

وقال أبيّ أيضا : هو البطشة واللزام والدخان

 “Ubay berkata bahwa (azab yang dekat merupakan) kehancuran, keputusan dan (keluarnya) asap.”

Ja’far bin Muhammad mengartikanya dengan makna lain sebagaimana disampaikan oleh Imam Al-Qurthubi dalam karyanya Tafsir al-Qurthubi,

والأدنى غلاء السعر

“Azab yang dekat (menurut Ja’far) adalah mahalnya barang dagangan”

Imam Ath-Thabari mengarahkan azab yang lebih besar pada makna siksaan di hari kiamat. Lain halnya dengan Ath-Thabari, ulama lain memberikan pandangan berbeda sebagaimana penyampaian Abu Hayan al-Andalusi dalam karyanya Al-Bahru Al-Muhith,

قال ابن عطية : لا خلاف أنه عذاب الآخرة — وقيل : هو القتل والسبي والأسر. وعن جعفر بن محمد : أنه خروج المهدي بالسيف

“Ibnu ‘Athiyah menyampaikan bahwa tidak ada perselisihan tentang artinya, yaitu siksaan akhirat. Disampaikan oleh pendapat lain, artinya ialah terbunuh, menjadi tawanan. Ja’far bin Muhammad mengartikanya dengan makna keluarnya Imam Mahdi.”

Imam Al-Qurthubi dalam karyanya memberikan penyampaian yang hampir senada,

ولا خلاف أن العذاب الأكبر عذاب جهنم إلا ما روي عن جعفر بن محمد أنه خروج المهدي بالسيف والأدنى غلاء السعر

“Dan tidak ada perselisihan bahwa sesungguhnya azab yang lebih besar adalah siksa neraka Jahannam kecuali riwayat dari Ja’far bin Muhammad adalah keluarnya Imam Mahdi dengan membawa pedang.

Maksud Orang-orang yang berdosa ialah umum untuk siapa saja yang berbuat dosa, namun Yazid bin Rafi’ mengartikanya kedalam makna kaum Qadariyah, sebagaimana disampaikan oleh Abu Hayan Al-Andalusi dalam karyanya Al-Bahru Al-Muhith,

وقال يزيد بن رفيع : هي في أهل القدر

“Yazid bin Rafi’ berpendapat bahwa mereka adalah ahli Qadar (kaum Qadariyah)”.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan siksaan yang dekat kepada mereka orang-orang kafir dan para hali maksiat, minimal dari siksaan tersebut adalah musibah dan berbagai macam malapetaka yang melanda mereka di dunia sebelum siksaan yang lebih besar menimpa mereka kelak di akhirat, hal ini tidak lain agar mereka bertaubat kembali kejalan yang benar serta berada pada petunjuk-Nya. Ibnu Abas berkata,

مصائب الدنيا وأسقامها وبلاياها يبتلي الله بها العباد كي يتوبوا

“Musibah, berbagai penyakit dan pagebluk di dunia yang melanda para hamba ialah agar mereka bertaubat.”

Sebuah siksaan muncul sebab adanya kezaliman. Sebagaimana disampakan oleh Wahbah Al-Zuhaili dalam karyanya Al-Tafsir Al-Munir,

ذكر اللّه تعالى سببا عاما للعقاب وهو ظلم الناس

“Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan adanya sebab sebuah siksaan adalah kezaliman manusia”.

Kezaliman terbesar ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyebutkan ayat-ayat dan mu’jizat para utusan-Nya serta menjelaskanya dengan jelas dan luas namun mereka meninggalkannya dan mengingkari serta berpaling darinya. Ibnu Katsir menyampaikan apa yang telah disampaikan oleh Qatadah,

قال قتادة، رحمه الله: إياكم والإعراض عن ذكر الله، فإن مَنْ أعرض عن ذكره فقد اغتر أكبر الغرَّة، وأعوز أشد العَوَز وعظم من أعظم الذنوب.

“Qatadah berkata: Takutlah dan jauhilah berpaling untuk menyebut Allah Subhanahu wa Ta'ala Barang siapa berpaling dari menyebut-Nya maka dia tertipu dengan tipuan yang besar dan sangat kesulitan serta (berada pada) dosa yang sangat besar.”

Dari kezalimanya mereka semua berdosa dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengancam kepada mereka para pendosa. Dalam hadits disampaikan,

روى ابن جرير وابن أبي حاتم عن معاذ بن جبلقال: سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم يقول: «ثلاث من فعلهن فقد أجرم: من عقد لواء في غير حق، أو عقّ والديه، أو مشى مع ظالم ينصره، فقد أجرم، يقول اللّه تعالى: إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ»

Ibnu Jarir dan Abi Hatim meriwayatkan dari Mu’ad bin Jabal, dia berkata: saya mendengar rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga hal, barang siapa melakukanya maka benar-benar berdosa. (Mereka) adalah orang yang mengikat panji tanpa hak, durhaka kepada kedua orang tua atau berjalan menolong orang yang zalim  maka benar-benar berdosa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa." (QS.As-Sajdah : 22)

Jadi, tidak ada hubungannya sakit dengan masuk neraka, karena masuk surga atau neraka itu karena amal perbuatan dan bukan karena sakit. Justru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam beberapa hadist mengenai sakit sebagai penggugur dosa, diantaranya adalah sebagai berikut :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari no. 5660).

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةً

“Tidak ada satupun musibah (cobaan) yg menimpa seorang muslim berupa duri atau yg semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya.” [HR.Muslim no. 2572 b]

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Al-Bukhari no. 5641,5642)

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

“Bencana senantiasa menimpa orang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya”. (HR. Tirmidzi no. 2399, Ahmad II/450, Al-Hakim I/346 dan IV/314, Ibnu Hibban no. 697). Wallahu a'lam 

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar