MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Selasa, 12 November 2019

BANTAHAN TERHADAP ANGGAPAN BAHWA KEDUA ORANG TUA ROSULULLOH ADALAH MUSYRIK


SALAFI WAHABI MENGATAKAN:

Kedua orang tua Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bernama Abdullah dan Aminah. Keduanya meninggal sebagai musyrik sehingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dilarang memintakan ampun dan memohonkan rahmat untuk keduanya.

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menziarahi kubur ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang-orang yang ada di sekitar beliau-pun ikut menangis. Karenanya beliau bersabda, “Aku telah meminta izin kepada Rabb-ku untuk saya beristighfar (memintakan ampun) baginya, namun Dia tidak mengizinkan. Dan aku meminta izin untuk menziarahi (mengunjungi) kuburnya, maka Dia mengizinkan untukku. Karenanya, lakukan ziarah kubur, sebab hal itu bisa mengingatkan kepada kematian.”

Dalam riwayat lain yang disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, dari hadits Ibnu Mas’ud bahwa kisah ini menjadi sebab turunnya firman Allah,

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.” (QS. Al-Taubah: 113) dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengutarakan bahwa kesedihan ini merupakan naluri sayang seorang anak terhadap orang tuanya. (Lihat: Al-Hakim dalam Mustadrak: 2/336 beliau mengatakan, “Shahih sesuai syarat keduanya –Bukhari dan Muslim-; Al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwah: 1/189)

KAMI PUNYA ARGUMEN YG BERBEDA DGN PEMAHAMAN DIATAS YG MEMAHAMI HADITS TANPA DIBARENGI HUJJAH ULAMA. ADAPUN HUJJAH KAMI SBB:

وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ

“Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun.” [QS. Saba’: 44]

IMAM IBNU KATSIR MENJELASKAN AYAT DIATAS SBB:

قال الله تعالى "وما آتيناهم من كتب يدرسونها وما أرسلنا إليهم قبلك من نذير " أي ما أنزل الله على العرب من كتاب قبل القرآن وما أرسل إليهم نبيا قبل محمد صلى الله عليه وسلم

Firman Alloh Ta’ala: “Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun.” [QS. Saba’: 44] Yaitu Alloh tidak menurunkan kpd bangsa arab dari kitab-kitab suci sebelum al-Qur’an dan tdk pula Alloh mengutus kpd mereka seorang Nabi sebelum Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam. [Tafsir Ibnu Katsir juz 6 hal. 524]

هذه الآيات تدل على ما يعتقده أهل الحق أهل السنة والجماعة، أن الله برحمته وفضله لا يعذب أحدًا حتى يُرسل إليه نذيرًا، وقد يقول قائل لعل أبوي النبي صلى الله عليه وسلم أرسل إليهم نذير، وهم أشركوا بعد بلوغ الحجة، فهذا لا يسعفه نقل، بل جاءت النصوص تنفيه، وتؤكد عكس ذلك، قال تعالى : { وَمَا آتَيْنَاهُم مِّن كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِن نَّذِيرٍ }( سبأ : 44)، وقال سبحانه : { لِتُنذِرَ قَوْماً مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ }( القصص : 46)، وقال عز وجل : { وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ القُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولاً يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي القُرَى إِلاَّ وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ }( القصص : 59).

Ayat2 ini menunjukkan apa yg diyakini ahli kebenaran yaitu ahlussunnah wal jama’ah, bhw sesungguhnya Alloh memberikan rohmat dan karunianya dan tdk mengadzab seorang pun sehingga diutus kepadanya seorang utusan [rosul], dan sungguh seorang telah mengatakan bhw telah datang kpd kedua org tua Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam seorang rosul dan mereka musyrik setelah sampai kpdnya hujjah. Ini ucapan tdk relevan, bahkan telah datang nash [referensi] yg meniadakannya dan menguatkan kebalikannya [membantah] akan ucapan itu. {Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun}[QS. Saba: 44]. Dan firman Alloh Ta’ala: {Supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat} [QS Qoshosh: 46]. Dan firman Alloh Ta’ala: {Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kelaliman}[QS Qoshosh: 59].

فدلت النصوص السابقة على أن أبوي النبي صلى الله عليه وسلم غير معذبين، لا لأنهما أبويه صلى الله عليه وسلم؛ بل لأنهما من جملة أهل الفترة التي علمنا من هم، وحكمهم بما استقر عند المسلمين، قال الشاطبي: «جرت سنته سبحانه فيخلقه : أنه لايؤاخذ بالمخالفة إلا بعد إرسال الرسل ، فإذا قامت الحجة عليهم؛ فمنشاء فليؤمن، ومن شاء فليكفر، ولكل جزاء مثله»( الموافقات، للشاطبي، ج3 ص 377)،

Nash-nash diatas menunjukkan atas kedua org tua Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah TIDAK DISIKSA, tidak [disiksa] bukan krn mereka org tua Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam; akan tetapi karena keduanya termasuk hitunga org2 dlm periode [sebelum diutusnya Rosul] yg kita ketahui siapa mereka dan hukum mereka dgn periode pada umat islam. Imam Syathibi berkata: Hukum [sunnah] dan ketetapan Alloh telah berlaku, sesungguhnya tdk ada pertentangan kecuali setelah diutusnya seorang rosul [utusan], maka apabila telah ditegakkan hujjah atas mereka, maka boleh beriman jg boleh kafir mana saja yg dikehendaki, bagi keduanya ada balasannya masing2. [Kitab Al-Muwafiqot Imam Syathibi juz III hal. 377]

قال ابن تيمية : «إن الكتاب والسنة قد دلت على أنالله لايعذب أحدًا إلا بعد إبلاغ الرسالة»
( مجموع الفتاوى، ج13 ص 493.).

Ibnu Taimiyah berkata: Sesungguhnya al-Qur’an dan as-Sunnah telah menunjukkan sesungguhnya Alloh Ta’ala TDK MENGADZAB seorang pun kecuali setelah disampaikanya risalah [dakwah rosul] [Majmu’ Fatawa, juz 13 hal. 493] Wallohu a’lam bish-Showab

Demikian Asimun Mas'ud memyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar