MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Senin, 22 Oktober 2018

BENARKAH MEMBELA KALIMAH TAUHID, ATAU MEMBELA KEPENTINGAN?







Bukan saya anti pada kalimat Tauhid. Sebab setiap selesai shalat kami membaca La Ilaha Illa Allah dengan suara keras. Jika ada orang wafat kami kami antar ke pemakaman dengan La Ilaha Illa Allah. Malamnya kami Tahlili dengan La Ilaha Illa Allah. Dzikir Thariqah pun ratusan kali kami baca La Ilaha Illa Allah.

Tapi kami tidak pernah menggunakan kalimat Tauhid untuk politik, merebut kekuasaan dan mengganti negara dengan simbol Tauhid. Terlebih dari mereka menginjak-injak kalimat Tauhid.

Imam An-Nawawi berkata dalam Minhajut Thalibin:

ﻭاﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﻜﻔﺮ ﻣﺎ ﺗﻌﻤﺪﻩ اﺳﺘﻬﺰاء ﺻﺮﻳﺤﺎ ﺑﺎﻟﺪﻳﻦ ﺃﻭ ﺟﺤﻮﺩا ﻟﻪ ﻛﺈﻟﻘﺎء ﻣﺼﺤﻒ ﺑﻘﺎﺫﻭﺭﺓ

“Perbuatan yang dapatkan menyebabkan kufur adalah kesengajaan melakukan perbuatan tersebut dengan bentuk menghina secara terang-terangan dengan agama atau mengingkari terhadap agama, seperti melempar kotoran terhadap Al-Qur’an”

Kemudian diberi penjelasan lebih gamblang oleh Syekh Al-Qulyubi:

ﻭﺃﻟﺤﻖ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﻪ ﻭﺿﻊ ﺭﺟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻧﻮﺯﻉ ﻓﻴﻪ ﻭاﻟﻤﺮاﺩ ﺑﺎﻟﻤﺼﺤﻒ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻗﺮﺁﻥ، ﻭﻣﺜﻠﻪ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﻛﻞ ﻋﻠﻢ ﺷﺮﻋﻲ ﺃﻭ ﻣﺎ ﻋﻠﻴﻪ اﺳﻢ ﻣﻌﻈﻢ، ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ اﻟﺮﻣﻠﻲ ﻭﻻ ﺑﺪ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻣﻦ ﻗﺮﻳﻨﺔ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ اﻹﻫﺎﻧﺔ ﻭﺇﻻ ﻓﻼ

“Sebagian ulama menyamakan bentuk meletakkan kaki di atas Al-Qur’an (namun) pendapat ini dibantah oleh ulama lain.
Yang dimaksud Mushaf adalah lembaran yang berisikan Al-Qur’an. Demikian halnya kitab hadits, ilmu agama atau sesuatu yang tertulis nama yang diagungkan. Guru kami (Ar-Ramli) berkata: “Untuk selain Qur’an harus ada bukti yang menunjukkan bentuk penghinaan, jika tidak maka tidak sampai kufur” (Hasyiyah Qulyubi 4/177)

Saya yakin di gambar-gambar yang saya sertakan tidak ada yang berniat melecehkan kalimat Tauhid, namun paling tidak berada di ambang yang amat sangat mengkhawatirkan.

Contoh kalimah tauhid yang seharusnya kita bela dan selamatkan dari TINDAK PENISTAAN oleh orang-orang bodoh atas nama agama demi KEPENTINGANNYA adalah kalimah tauhid di kaos, di topi, di bola, di bendera, di baju, di sepatu dan lainnya

Manusia mulia bukan karena jabatan, bukan karena harta, bukan karena wanita. Namun karena satu hal yaitu tauhid.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui." (QS. Al Munafiqun: 8).

Umar bin Khattab pun mengingatkan hal ini, beliau berkata:

نَحْنُ قَوْمٌ أَعَزَّنَا اللهُ بِالإِسْلاَمِ فَمَهْمَا اِبْتَغَيْنَا العِزَّةَ بِغَيْرِهِ أَذَلَّنَا اللهُ

“Kita adalah bangsa yang dimuliakan dengan Islam, maka ketika kita mencari kemuliaan dengan selainnya maka Allah akan hinakan kita.”

Maraknya penggunaan simbol-simbol keagamaan sebagai sablon pakaian, atribut maupun aksesoris lainnya, disayangkan oleh sejumlah tokoh islam. Selain melanggar aturan syar'i, tindakan seperti itu juga menunjukkan sikap berlebih-lebihan dalam beragama yang pada dasarnya dilarang oleh agama.

Dalam hadis riwayat Imam Abu Dawud dijelaskan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ وَضَعَ خَاتَمَه

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya.”

Hal itu untuk menjaga kagungan lafadz Allah yang terdapat dalam cincin tersebut. Bahkan saking hati-hatinya para ulama untuk menjaga keagungan nama Allah tersebut, penulis kitab fikih ternama: Nihayatul Muhtaj Ilaa Syarh al-Minhaj, Syihabuddin ar-Ramli (w. 1004 H) melarang bahkan mengharamkan membawa tulisan nama Allah ke dalam kamar mandi, bahkan jika nama Allah tersebut tertulis di mata uang sekalipun, apalagi sekedar kaos dan topi.

Lalu, bagi orang-orang yang menggunakan kaos atau topi yang bertuliskan kalimat tauhid, yakin mereka akan melepas atributnya sebelum masuk ke toilet? Yakin, saat di tempat umum mereka mau melepas kaosnya sebelum masuk toilet? Apalagi toilet mall.

Bayangkan kalau orang memakai kaos, topi, sepatu, atau lainnya bersablon tulisan kalimat tauhid seperti itu, apakah kemudian kalau dia ke kamar mandi untuk buang air juga sempat melepas atau meninggalkannya. Hal-hal seperti itu apakah sudah diperhitungkan benar-benar ketika membuatnya.

*Kalimat Tauhid Bukan sekedar Atribut*

Kalimat tauhid merupakan salah satu representasi dari Iman. Berdasarkan definisi yang dicetuskan oleh para ulama ahlus sunnah wal jamaah, iman adalah mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota

(الإيمان قول باللسان وتصديق بالقلب وعمل بالجوارح)

Dari definisi tersebut, tidak ada sama sekali penulisan asma Allah atau kalimat tauhid atribut dalam kaos atau topi menjadi bagian dari iman. Tentunya dari definisi iman tersebut, yang diinginkan adalah kita senantiasa memperbaharui iman kita dengan senantiasa menggunakan kalimat tauhid tersebut untuk berdzikir kepada Allah dengan lisan dan hati kita, juga memanifestasikannya dengan sikap dan perbuatan kita sehari-hari, bukan menyablonnya di kaos atau topi, atau malah menjualnya semurah barang dagangan.

Bisa menjamin, orang yang menggunakan atribut tauhid perilakunya mencerminkan unsur keimanan? atau justru sebaliknya, malah memalukan Islam?

Lalu, apa yang masih kalian banggakan dengan atribut kalimat tauhid?

Designnya?

Ah, designnya juga tidak kreatif, nyontek design benderanya HTI, kok! hehehe.....

Loh, bendera HTI kan bendera Rasul?

Yakin, bendera rasul, khat-nya pake khat tsuluts, seperti bendera HTI?

Bisa jadi, design khat di bendera rasul lebih bagus dari design khatnya benderanya HTI, bukan?

Lalu, benderanya HTI itu bendera Rasul, bukan sih? Wallahu A’lam.

Demikian Asimun Ibnu Mas'ud menjelaskan semoga bermanfaat. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar