MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 10 Mei 2018

EDISI KHUTBAH JUM'AT (Puasa; Membentengi Diri Dari Nafsu)


*Khutbah Pertama*

اَلْحَمْدُ لله على نعمه فى شهر شعبان, الذى جعلنا من المسلمين الكاملين, وأمرنا باتباع سبيل المؤمنين, وأشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الحق المبين وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصادق الوعد الأمين, اللهم صَلَّى عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ أجمعين, وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد-

فيا عباد الله، اوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

*Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,*

Sekarang kita sudah berada di penghujung bulan Sya’ban. Setiap memasuki akhir bulan Sya’ban, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kepada para sahabatnya bahwa yang akan datang adalah bulan yang mulia.

Hadits diatas diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah dengan sanad dan matan yang panjang :

ثنا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ السَّعْدِيُّ، ثنا يُوسُفُ بْنُ زِيَادٍ، ثنا هَمَّامُ بْنُ يَحْيَى، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدِ بْنِ جُدْعَانَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَعْبَانَ، فَقَالَ: ” أَيُّهَا النَّاسُ، قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيمٌ، شَهْرٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، جَعَلَ اللَّهُ صِيَامَهُ فَرِيضَةً، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَنْ تَقَرَّبَ فِيهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ، كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فِيهِ فَرِيضَةً، كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِينَ فَرِيضَةً فِيمَا سِوَاهُ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ ثَوَابُهُ الْجَنَّةُ، وَشَهْرُ الْمُوَاسَاةِ، وَشَهْرٌ يَزْدَادُ فِيهِ رِزْقُ الْمُؤْمِنِ، مَنْ فَطَّرَ فِيهِ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ، وَعِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْءٌ “. قَالُوا: لَيْسَ كُلُّنَا نَجِدُ مَا يُفَطِّرُ الصَّائِمَ. فَقَالَ: ” يُعْطِي اللَّهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ، أَوْ شَرْبَةِ مَاءٍ، أَوْ مَذْقَةِ لَبَنٍ، وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ، مَنْ خَفَّفَ عَنْ مَمْلُوكِهِ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ، وَأَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ، وَاسْتَكْثِرُوا فِيهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ: خَصْلَتَيْنِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ، وَخَصْلَتَيْنِ لا غِنًى بِكُمْ عَنْهُمَا، فَأَمَّا الْخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تُرْضُونَ بِهِمَا رَبَّكُمْ: فَشَهَادَةُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَتَسْتَغْفِرُونَهُ، وَأَمَّا اللَّتَانِ لا غِنًى بِكُمْ عَنْهَا: فَتُسْأَلُونَ اللَّهَ الْجَنَّةَ، وَتَعُوذُونَ بِهِ مِنَ النَّارِ، وَمَنْ أَشْبَعَ فِيهِ صَائِمًا، سَقَاهُ اللَّهُ مِنْ حَوْضِي شَرْبَةً لا يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الْجَنَّةَ

Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Hujr As-Sa’diy, telah menceritakan kepada kami Yuusuf bin Ziyaad, telah menceritakan kepada kami Hammaam bin Yahyaa, dari ‘Aliy bin Zaid bin Jud’aan, dari Sa’iid bin Al-Musayyib, dari Salmaan -radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berkhutbah kepada kami pada hari terakhir di bulan Sya’ban. Beliau bersabda :

“Wahai sekalian manusia, sungguh senantiasa hadir di hadapan kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, bulan yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada bulan tersebut sebagai ibadah wajib dan shalat malamnya sebagai ibadah sunnah tathawwu’. Barangsiapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) didalamnya dengan suatu perbuatan yang baik (ibadah sunnah) maka ia akan diberi pahala bagaikan pahala ibadah wajib dan yang semisalnya, dan barangsiapa yang beribadah wajib didalam bulan tersebut maka ia akan diberi pahala bagaikan 70 kali pahala ibadah wajib dan yang semisalnya. Bulan tersebut adalah bulan kesabaran dan kesabaran akan diganjar surga, bulan penuh perenungan dan bulan ditambahkannya rizqi seorang mu’min.

Barangsiapa yang memberikan makan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa maka baginya ampunan untuk dosa-dosanya dan dibebaskan lehernya dari api neraka dan baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa tersebut dengan tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.

Para sahabat berkata, “Tidak semua dari kami dapat menemukan makanan untuk memberi makan orang yang berpuasa.”

Rasulullah bersabda, “Allah memberikan pahala bagi mereka yang memberi makan orang yang berpuasa (walaupun) dengan sebiji kurma, seteguk air atau dengan segelas susu. Bulan tersebut adalah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Barangsiapa yang berlemah lembut terhadap budaknya, Allah akan memberikan ampunan baginya dan membebaskannya dari neraka.

Perbanyaklah melakukan 4 hal didalam bulan tersebut, 2 diantaranya dapat membuat Rabb kalian ridha dan 2 diantaranya janganlah terluput darinya. Adapun 2 perbuatan yang membuat Rabb kalian ridha adalah bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan banyak memohon ampun kepadaNya. Dan adapun 2 perbuatan yang jangan terluput darinya adalah mohonlah surga kepada Allah dan berlindunglah kepadaNya dari siksa neraka. Barangsiapa yang mengenyangkan orang yang berpuasa, Allah akan memberinya minum dari haudh-ku dengan minuman yang membuatnya tidak akan merasakan haus hingga ia memasuki surga.”
[Shahiih Ibnu Khuzaimah 3/191, Al-Maktab Al-Islaamiy]

Diriwayatkan pula oleh Al-Husain bin Ismaa’iil Al-Mahaamiliy (Amaaliy no. 293); Al-Baghawiy (Ma’aalimut Tanziil no. 81); Al-Waahidiy (Tafsiir Al-Wasiith 1/277); Ibnu Abid Dunyaa (Fadhaa’il Syahru Ramadhaan no. 41); As-Samarqandiy (Tanbiihul Ghaafiliin 1/185); Ibnu Syaahiin (Fadhaa’il Syahru Ramadhaan no. 15, 16); Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 3608; Fadhaa’ilul Auqaat no. 37), semua bersumber dari ‘Aliy bin Zaid bin Jud’aan, dari Ibnul Musayyib, dari Salmaan, secara marfuu’.

*Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,*

Allah Subhanahu wa Ta'ala  membekali manusia dengan 3 hal, yaitu nafsu, akal, dan hati. Nafsu selalu mengajak manusia kepada keburukan dan akal selalu menuntun manusia kepada kebaikan. Maka terjadilah pertarungan yang dahsyat antara keduanya. Jika nafsu menjadi pemenangnya, maka hati akan menjadi jahat dan menjadi jahatlah manusia itu. Namun jika akal menjadi pemenangnya, maka hati akan menjadi baik dan menjadi baiklah manusia itu.

Oleh karena itu, manusia mempunyai dua jalan dalam kehi-dupan ini, yaitu jalan untuk ingkar (fujur) dan jalan untuk taat (taqwa). Firman Allah dalam Q.S. asy-Syams (91): 7-10,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)

"Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Rasulullah Shallallahu 'alaihi esa sallam bersabda,

«يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ»

"Allah Ta'ala berfirman, 'Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif/lurus (menghindari kebatilan dan cenderung kepada perkara haq). Kemudian datanglah setan-setan yang menyesatkan mereka dari agamanya.'" (HR. Bukhari Muslim)

Manusia adalah makhluk dinamis, yaitu makhluk yang kondisi ruhaninya selalu berubah-ubah, kadang baik dan kadang jahat. Manusia bukan malaikat, makhluk statis yang selalu taat kepada Allah, dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi bagaimanapun. Manusia juga bukan iblis yang selalu membangkang kepada Allah Ta'ala. Namun dengan nafsunya, manusia dapat berubah melebihi ketaatan malaikat, bahkan dengan nafsunya pula manusia dapat berubah melebihi kedurhakaan iblis kepada Allah Ta'ala. Semua itu kembali kepada diri manusia itu sendiri, jikalau ia mampu menundukkan nafsunya, maka ia akan berada di jalan Allah menuju surga, akan tetapi jika ia jadi budak nafsunya, maka ia berada di jalan iblis menuju neraka. Tinggal pilih, mau surga atau neraka?

*Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,*

Diceritakan dalam kitab Durrotun Nasihin, ketika Allah menciptakan nafsu, kemudian Allah bertanya kepadanya,

يَا نَفْسُ, مَنْ أَنْتَ وَمَنْ أَنَا؟ أَنْتَ أَنْتَ أَنَا أَنَا

“Wahai nafsu, siapa Engkau dan siapa Aku?” Nafsu menjawab, “Engkau adalah Engkau dan aku adalah aku”.

Dengan sombong dan angkuhnya, nafsu tidak mau mengakui Allah sebagai Penciptanya. Kemudian nafsu tersebut direndam oleh Allah selama 100 tahun dalam neraka. Nafsu inilah yang kemudian dikenal dengan *"An-Nafsul Ammarah,"*

Nafsul Ammarah adalah jiwa manusia yang ingin memenuhi kehendak hawa nafsu dalam segala bidang kehidupan, sehingga tidak menghiraukan kaidah-kaidah agama. Artinya nafsu yang cenderung kepada sifat sombong, angkuh, dengki, senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Firman Allah,

إِنَّ النَّفْسَ َلأَمَّارَةٌ بِالسُّوْءِ.

“Sesungguhnya nafsu benar-benar memerintahkan perbuatan buruk.”

Setelah direndam dalam neraka, kemudian Allah bertanya kembali,

يَا نَفْسُ, مَنْ أَنْتَ وَمَنْ أَنَا؟ أَنْتَ رَبٌّ وَ أَنَا عَبْدٌ

“Wahai nafsu, siapa Engkau dan siapa Aku? ” Nafsu menjawab, “Engaku adalah Tuhan, dan Aku adalah hamba.”

Dari jawabannya tersebut, ternyata nafsu masih tetap dengan sifat egoisnya. Merasa malu di hadapan manusia, namun sombong di hadapan Allah Ta'ala karena masih belum mau tunduk kepada Allah 100%. Nafsu inilah yang disebut dengan *“An-Nafsul Lawwamah.”*

Nafsul Lawwamah adalah jiwa yang masih cacat cela. Walaupun dia menerima hidayah (petunjuk dari Tuhan, patuh kepada-Nya, dan selalu ingin berbuat kebajikan, namun sang pemilik terkadang melakukan perbuatan maksiat atau sewaktu-waktu tak dapat menguasai hawa nafsunya, yakni godaan setan.

Kemudian nafsu tersebut disiksa lagi oleh Allah Ta'ala di dalam neraka Ju’i wal Athsy, yaitu neraka lapar dan haus. Setelah itu, Allah bertanya kembali kepada nafsu,

يَا نَفْسُ, مَنْ أَنْتَ وَمَنْ أَنَا؟ أَنْتَ رَبِّيْ وَ أَنَا عَبْدُكَ

“Wahai nafsu, siapa Engkau dan siapa Aku?” Nafsu menjawab, “Engkau adalah Tuhanku dan aku adalah hamba-Mu”.

Ternyata nafsu dapat dikalahkan oleh neraka lapar dan haus. Setelah nafsu dapat ditundukkan oleh lapar dan haus, maka nafsu itu menjadi tenang dan terkendali, sehingga ia mampu mengenal Allah dengan baik sebagai Penciptanya. Nafsu inilah yang disebut dengan *“An-Nafsul Muthmainnah”*, yaitu nafsu yang jinak, tenang, stabil, serta mudah untuk dikendalikan, sehingga mudah untuk mentaati perintah Allah Ta'ala. Manusia dengan nafsu yang terkendali inilah yang nanti akan menghadap Allah dengan penuh keridhoan dari-Nya, sehingga dia diakui oleh Allah sebagai hamba-Nya dan telah disediakan surga untuknya. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)

*Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,*

Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir menyatakan bahwa ayat ini menerangkan tentang jiwa yang tenang yang diseru oleh Allah dan akan ditunaikan janji pada mereka untuk masuk surga. Mereka ridha pada jiwanya dan Allah pun ridha pada mereka. Mereka diajak masuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang shalih dan mereka pun diajak untuk masuk surga.

Jadi demikianlah bahwa melalui ibadah puasa umat islam telah mampu mengendalikan jiwanya menjauhi dan meninggalkan ajakan hawa nafsu buruknya, dan semoga khutbah yang singkat ini bisa memberi manfaat bagi kita semua. Aamiin ya Robbal ‘Aalamiin

بارك الله لى ولكم فى القرن العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكرالحكيم وتقبل منى ومنكم تلاوته انه هوالسميع العليم اقولوقولى هذاواستغفرالله العظيم لى ولكم ولسا ئرالمسلمين والمسلمات فستغفروه انه هوالغفوررحيم

*Khutbah Kedua*

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْد ؛ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar