(Menjawab Pertanyaan Ikhwan)
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan dalam beragama, persatuan dan kesatuan warga negara khususnya umat islam adalah sebuah hal yang mutlak. Persatuan dan kesatuan ini sudah pasti merupakan dorongan faktor kesetiaan akan janji yang sudah pernah dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai bersama, yaitu kemakmuran dan keselamatan dunia akhirat. Tanpa faktor pendorong ini, sulit rasanya untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan apalagi di tengah banyaknya pihak yang tidak menyadari akan bahaya pecah belahnya suatu bangsa dan negara khusnya umat islam.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْداءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْواناً وَكُنْتُمْ عَلى شَفا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْها كَذلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آياتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kalian kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan amarah hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran : 102-103)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai." (QS. Ali Imran: 103)
Adapun tafsir penggalan ayat surat Ali Imran ayat 103,
وَلا تَفَرَّقُوا
"Dan jangan kalian bercerai-berai." (Ali Imran: 103)
Allah memenntahkan kepada mereka untuk menetapi jamaah (kesatuan) dan melarang mereka bercerai-berai. Banyak hadits yang isinya melarang bercerai-berai dan memerintahkan untuk bersatu dan rukun. Seperti yang dinyatakan di dalam kitab Sahih Muslim melalui hadits Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda,
«إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»
"Sesungguhnya Allah ridha kepada kalian dalam tiga perkara dan murka kepada kalian dalam tiga perkara. Allah ridha kepada kalian bila kalian menyembah-Nya dan kalian tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, bila kamu sekalian berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan bila kalian saling menasihati dengan orang yang dikuasakan oleh Allah untuk mengurus perkara kalian. Dan Allah murka kepada kalian dalam tiga perkara, yaitu qil dan qal (banyak bicara atau berdebat), banyak bertanya dan menyia-nyiakan (menghambur-hamburkan) harta." (HR. Bukhari dan Muslim)
Bilamana mereka hidup dalam persatuan dan kesatuan, niscaya terjaminlah mereka dari kekeliruan, seperti yang disebutkan oleh banyak hadits mengenai hal tersebut. Sangat dikhawatirkan bila mereka bercerai-berai dan bertentangan (karena berbeda pendapat) menjadikan mereka lemah.
Dalam Tafsir Al-Baghawi menurut Abu Muhammad al-Husayn ibn Mas'ud ibn Muhammad al-Farra' al-Baghawi (w. 516 H) juz 2, halaman 103, beliau menjelaskan mengenai urgensi persatuan sebagaimana tersirat dari Surat Ali Imran : 103 di atas. Didalam penafsirannya yang memgambil riwayat dari Ibnu Mas'ud, bahwa bersatu dan menjaga kekompakan (jama'ah) merupakan perkara yang ditekankan oleh syariat.
(واعتصموا بحبل الله جميعا) الحبل : السبب الذي [ يتوصل ] به إلى البغية وسمي الإيمان حبلا لأنه سبب يتوصل به إلى زوال الخوف واختلفوا في معناه هاهنا ، قال ابن عباس : معناه تمسكوا بدين الله ، وقال ابن مسعود : هو الجماعة ، وقال : عليكم بالجماعة فإنها حبل الله الذي أمر الله به ، وإن ما تكرهون في الجماعة والطاعة خير مما تحبون في الفرقة
“(wa’tashimu bi habli al-lahi jami’an). Makna al-hablu (dalam ayat ini) adalah suatu sebab yang bisa mengantarkan pada tercapainya cita-cita. Iman dinisbatkan maknanya dengan tali karena iman merupakan sebab bagi tercapainya tujuan, yaitu hilangnya rasa takut/kekhawatiran. Para ulama tafsir bersilang pendapat mengenai maknanya dalam hal ini. Ibnu Abbas berkata: “berpegang teguhlah kalian kepada agama Allah”. Ibnu Mas’ud berkata: “al-habl itu adalah jama’ah. Lebih jauh ia menjelaskan: (seolah ayat bermakna) Wajib atas kalian berjama'ah (bersatu). Karena sesungguhnya jama'ah merupakan tali Allah yang dengannya Allah menyampaikan perintah. Sesungguhnya sesuatu yang kalian benci bersama jama’ah dan ketaatan adalah lebih baik dibanding dengan sesuatu yang kalian benci dalam kondisi perpecahan/tercerai berai” (Abu Muhammad al-Husayn ibn Mas'ud ibn Muhammad al-Farra' al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, Tanpa Nama Kota: Dar al-Taybah, 1997, juz 2, halaman 103).
Dalam Tafsir Al-Qurthubi menurut Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi (w. 671 H) beliau lebih menyinggung pentingnya berada di dalam ikatan jama'ah (persatuan) itu. Di dalam kitab tafsirnya, yang sering dikenal dengan nama Tafsir al-Qurthubi, Juz 4, halaman 159, ia menukil sebuah riwayat tafsir yang juga disandarkan periwayatannya pada Ibnu Mas’ud. Berikut penjelasannya,
عن عبد الله بن مسعود واعا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا قال : الجماعة ; روي عنه وعن غيره من وجوه ، والمعنى كله متقارب متداخل ; فإن الله تعالى يأمر بالالفة وينهى عن الفرقة فإن الفرقة هلكة والجماعة نجاة
“Dari Abdullah ibn Mas’ud, ayat wa’tashimu bi habli al-lahi jami’an wa la tafarraqu. Menurut Ibnu Mas’ud: ayat ini bermakna jamaah. Makna senada diriwayatkan oleh Taqi ibn Mukhallid dari banyak jalur lain selain Ibn Mas’ud. Namun dari sisi makna, seluruhnya menunjukkan makna yang saling mendekati dan saling mendukung satu sama lain. [Substansinya ayat seolah menunjukkan, bahwa] sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan agar bersikap lunak/toleran (ulfah) dan melarang sikap cerai-berai/ perpecahan. Karena sikap suka perpecahan adalah condong pada kerusakan, sementara sikap berjama'ah (bersatu) adalah condong pada keselamatan.” (Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, Riyadl: Dar al-’Alam al-Kutub, Tanpa Tahun, Juz 4, halaman 159)
Lebih lanjut, Imam Syamsudin al-Qurthubi (w. 671 H), menukil sebuah ungkapan dari Ibn al-Mubarak sebagai berikut,
ورحم الله ابن المبارك حيث قال إن الجماعة حبل الله فاعتصموا منه بعروته الوثقى لمن دانا
“Semoga Allah merahmati Ibn Mubarak yang berpendapat bahwa sesungguhnya jama'ah itu adalah talinya Allah. Maka dari itu, berpeganglah kalian darinya dengan ikatan yang kokoh khususnya bagi orang yang mendekat.” (Tafsir al-Qurthubi, Riyadl: Dar al-’Alam al-Kutub, Tanpa Tahun, Juz 4, halaman 159)
Singkatnya, maksud firman Allah,
وَلا تَفَرَّقُوا
"Dan jangan kalian bercerai-berai." (Ali Imran: 103)
Pertama, mengandung perintah agar kita mengikuti suara (pendapat) mayoritas. Kedua, ketika ada perbedaan pendapat jangan sampai dijadikan ajang perdebatan yang saling menyalahkan, karena sesuai hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim diatas ada tiga hal yang dimurkai Allah Ta'ala yaitu perderbatan, banyaknya pertanyaan yang tidak berfaedah hanya akan mempersulit diri sendiri serta boros dalam menghamburkan harta benda. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar