MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 28 April 2022

KAJIAN TENTANG HUKUM MENYAMBUNG RAMBUT ATAU BULU MATA BAGI WANITA

Setiap manusia secara naluri ingin selalu terlihat menarik di hadapan orang lain terlebih bagi wanita yang masih gadis atau yang sudah bersuami. Salah satunya memiliki bulu mata yang indah dan menawan di mata suami atau orang lain.

Tidak sedikit wanita yang menghabiskan waktu dan biaya untuk dapat memiliki bulu mata yang panjang dan lentik.

Tren yang saat ini sangat digemari oleh para wanita adalah menyambung bulu mata atau yang lebih dikenal dengan Eyelash Extension.

Memasang atau menyambung rambut atau bulu mata asli dengan rambut atau bulu mata palsu biasanya bertujuan untuk memperpanjang, mempertebal dan memperlentik bulu mata. Memasang bulu mata palsu ini umumnya dilakukan oleh para wanita saat acara tertentu, seperti menghadiri kondangan, menjadi pengantin, dan lain sebagainya.

Umumnya, memasang bulu mata palsu ini dihukumi haram. Adapun hujjahnya sebagai berikut,

Dari Abu Hurairah radliyallah ‘anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَعَنَ اللهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ، وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ

“Allah melaknat wanita penyambung rambut dan yang disambung rambutnya, wanita pembuat tato dan yang bertato.” (HR. Bukhari No. 5589 dan 5602 )

Ancaman laknat, menunjukkan bahwa menyambung rambut merupakan dosa besar. Sebagaimana dijelaskan oleh para ulama,

كل ما لعن الله ورسوله فهو كبيرة

"Setiap dosa yang diancam laknat Allah dan RasulNya adalah dosa besar." (Lihat : Ad-Da’wad Dawa’ hal. 293)

Sebuah riwayat dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ’anhu ditegaskan,

زَجَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَصِلَ الْمَرْأَةُ بِرَأْسِهَا شَيْئًا

"Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melarang wanita untuk menyambung rambut/bulu dengan sesuatu apapun." (HR. Muslim)

Kata “شَيْئًا” pada hadits diatas, dalam gramatikal bahasa Arab disebut sebagai kata nakiroh (indefinitif). Yaitu kata (isim) yang mengandung makna yang tidak ditentukan (mutlak) atau makna umum (‘aam). Cirinya adalah dapat berharokat tanwin.

Saat ada kata nakiroh yang berada dalam konteks kalimat positif, maka kata tersebut mengandung makna mutlak (makna yang tidak ditentukan). Sebagaimana dijelaskan dalam Kaidah Ushul Fikih,

منـكر إن بعـد إثبـات يرد فمـطلـــــق

"Isim nakiroh yang terdapat setelah kalimat positif, bermakna mutlak."

Dari sinilah kita bisa menyimpulkan, bahwa larangan menyambung rambut/bulu yang dimaksud dalam hadits diatas, berlaku untuk jenis rambut/bulu apa saja, alami maupun sintesis.

Imam Nawawi rahimahullah beliau  mengatakan,

وفي هذا الحديث أن الوصل حرام، سواء كان لمعذورة أو عروس أو غيرهما

"Di dalam hadits ini (hadits diatas) menunjukkan haramnya menyambung rambut/bulu, baik karena udzur, acara pernikahan atau alasan lainnya. (Al-Minhaj juz 14 hal.105-106)

Namun dalam masalah diatas menurut ilmu fiqih terdapat beberapa perincian hukum mengenai Eyelash Extension ini. Berikut perincian dan pandangan ulama fiqih hukum mengenai memasang bulu mata palsu sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab mereka.

*Pertama,* dihukumi haram jika bulu mata palsu terbuat dari benda najis, seperti terbuat dari bulu binatang yang haram dimakan.

*Kedua,* dihukumi haram jika bulu mata palsu tersebut berasal dari bulu manusia, meskipun bulu milik diri sendiri. Misalnya, menyambung bulu mata dengan bulu mata sendiri yang sudah lepas. Begitu juga haram menyambung bulu mata dengan bulu mata milik orang lain.

*Ketiga,* boleh jika bulu mata palsu tersebut terbuat dari benda suci, seperti terbuat dari plastik dan mendapat izin dari suami.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiah Al-Bujairimi 'Ala Syarh Minhaj Ath-Thullab berikut,

حاصله أن وصل المرأة شعرها بشعر نجس أو شعر آدمي حرام مطلقا سواء كان طاهرا أم نجسا من شعرها أو شعر غيرها بإذن الزوج أو السيد أم لا وأما وصلها بشعر طاهر من غير آدمي فإن أذن فيه الزوج أو السيد جاز وإلا فلا

"Intinya, perempuan menyambung rambut/bulunya dengan rambut/bulu yang najis atau bulu anak adam (manusia) adalah haram secara mutlak, baik bulu manusia itu suci atau najis, bulu milik diri sendiri atau orang lain, seizin suami dan tuannya atau tidak. Adapun jika perempuan menyambung bulunya dengan bulu yang suci dari selain bulu manusia, jika mendapat izin dari suami atau tuannya, maka hukumnya boleh. Jika tidak mendapat izin suami atau tuannya, maka tidak boleh."

*Keempat,* jika belum punya suami dan ingin memasang bulu mata palsu yang terbuat dari benda suci, maka menurut Syaikh Abu Hamid Al-Isfirayini makruh, tidak haram. Sementara menurut sebagian ulama adalah haram. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Asy-Syarh  Al-Kabir berikut,

أما شعر غير الادمى فينظر فيه الي حال المرأة ان لم يكن لها زوج ولا سيد فلا يجوز لها وصله للخبر ولانها تعرض نفسها للتهمة ولانها تغر الطالب وذكر الشيخ ابو حامد وطائفة انه يكره ولا يحرم

"Adapun bulu selain bulu anak adam (manusia), maka perlu dilihat kondisi seorang perempuan. Jika dia tidak punya suami, maka dia tidak boleh menyambungnya karena hadits diatas. Juga hal itu akan memunculkan prasangka negative pada dirinya dan akan menipu calon (orang yang hendak meminangnya). Dan Syaikh Abu Hamid dan sekelompok ulama menyebutkan bahwa hal itu hanya makruh, tidak haram." 

Dalam Fathul Jawwad Halaman 27 juga disebutkan,

كوصل المرأة شعرها بشعر نجس حاصل مسئلة وصل الشعر كما قال شيخ مشايخنا الشيخ عطية الاجهوري انه ان كان بنجس حرم مطلقا وإن كان بطاهر فإن كان من أدمي ولو من نفسها حرم مطلقا وإن من غير أدمي فيحرم مطلقا بغير إذن الزوج ويجوز بإذنه.

"Seperti perempuan yang menyambung rambut/bulunya dengan rambut/bulu yang najis menjadikan masalah (haramnya)  menyambung rambut/bulu, sebagaimana dikatakan oleh Syeikh Athiyah Al-Ajhuri bahwa sesungguhnya menyambung rambut/bulu dengan benda najis hukumnya haram mutlak, dan jika dengan benda suci dari anak adam (manusia) meskipun dari dirinya sendiri adalah haram mutlak, dan jika dengan (benda lain) selain benda dari anak adam (manusia) haram mutlak jika tanpa seizin suami dan  jika mendapat izin suami maka boleh." (Fath Al-Jawwad hal. 27).

Namun bila yang dipakai sebagai penyambung rambut tersebut bukan sesuatu yang menimbulkan kesan penipuan karena bentuk sambungannya bukan rambut atau hal yang menyerupai rambut, hukumnya boleh.

ووصل شعر الآدمي بشعر نجس أو شعر آدمي حرام للخبر السابق ولأنه في الأول مستعمل للنجس العيني في بدنه وفي الثاني مستعمل لشعر آدمي والآدمي يحرم الانتفاع به وبسائر أجزائه لكرامته وكالشعر الخرق والصوف كما قاله في المجموع قال : وأما ربط الشعر بخيوط الحرير الملونة ونحوها مما لا يشبه الشعر فليس بمنهي عنه

"Menyambung rambut/bulu dengan menggunakan rambut/bulu najis atau rambut anak adam hukumnya haram berdasarkan hadits diatas dan karena memakaikan barang najis dalam dirinya (dalam masalah pertama) serta mengambil keuntungan dari bagian tubuh (rambut) orang lain yang kemuliaannya haram dimanfaatkan. Seperti halnya rambut juga tidak boleh disambung dengan memakai sobekan kain, bulu wool. Sedang mengikat rambut memakai benang-benang sutera yang di warnai dan benang lain yang tidak menyerupai rambut hukumnya tidaklah di larang." (Mughni Al-Muhtaj juz 1 hal.191). Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar