MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Rabu, 09 Februari 2022

KAJIAN TENTANG HIKMAH BELAJAR ILMU BAHASA ARAB (ILMU NAHWU)


Imam Ibnu Manzhur (711 h) berkata dalam kitabnya yang terkenal lisaanul-‘arab, di dalam isi muqqaddimahnya menyebutkan, 

فإن الله سبحانه قد كرم الإنسان وفضله بالنطق على سائر الحيوان، وشرف هذا اللسان العربي بالبيان على كل لسان، وكفاه شرفا أنه به نزل القران، وأنه لغة أهل الجنان. روى عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " أحبوا العرب لثلاث : لأني عربي، والقران عربي، وكلام أهل الجنة عربي".

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuliakan manusia, memberikan kelebihan dari seluruh hewan dengan berbicara, dan memuliakan bahasa Arab sebagai bahasa paling indah. Dan cukuplah sebagai keutamaan bahasa Arab karena dengan bahasa tersebut Al-Qur'an itu turun, serta sebagai bahasa penduduk Surga. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas ra. Rasulullah Shallallahu ''alaihi wa sallam bersabda, “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yang pertama karena aku berasal dari bangsa Arab, kedua Al-Qur'an berbahasa Arab, dan yang ketiga obrolan penduduk Surga dengan bahasa Arab”.

Berangkat dari sini, kita akan menggali sisi keistimewaan bahasa arab, sehingga Allah memilihnya sebagai bahasa Al-Qur'an.

Sebelum melihat sisi keistimewaan bahasa arab, satu hal penting yang perlu kita tanamkan, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dan Allah Ta'ala yang paling berhak untuk memilih siapa diantara makhluknya yang memiliki keunggulan melebihi yang lain. Ada milyaran manusia. Tentu saja, derajat mereka tidak sama. Allah berhak memilih, siapa diantara mereka yang berhak menjadi nabi dan rasul.

Ada ribuan bahasa di alam ini. dan Allah berhak memilih bahasa mana yang paling layak untuk kitab-Nya.

Kita yang hanya berposisi sebagai hamba, hanya bisa menerima, dan saja sama sekali tidak berhak mengkritik. Semacam ini Allah ajarkan dalam firman-Nya,

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ

“Tuhanmu menciptakan apa saja yang Dia kehendaki dan Dia memilih (sesuai yang Dia kehendaki). Mereka tidak bisa menentukan pilihan.” (QS. Al-Qashas: 68)

Karena itu, alur berfikir yang benar terkait realita Al-Qur'an, bukan bertanya, apa kelebihan bahasa arab, sehingga Allah memilihnya untuk bahasa Al-Qur'an. Akan tetapi, cara berfikir yang tepat, bahwa dengan Allah memilih bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur'an, itu sudah sangat cukup untuk menjadi dasar yang menunjukkan bahasa arab memiliki banyak kelebihan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,

إِنَّا أَنزلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

"Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kalian memahaminya." (QS. Yusuf: 2)

وذلك لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها ، وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس; فلهذا أنزل أشرف الكتب بأشرف اللغات ، على أشرف الرسل ، بسفارة أشرف الملائكة ، وكان ذلك في أشرف بقاع الأرض ، وابتدئ إنزاله في أشرف شهور السنة وهو رمضان ، فكمل من كل الوجوه

"Demikian itu karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling jelas, paling terang, paling luas, dan paling banyak perbendaharaan kata-katanya untuk mengungkapkan berbagai pengertian guna meluruskan jiwa manusia. Karena itulah Allah menurunkan Kitab-Nya yang paling mulia dengan bahasa yang paling mulia di antara bahasa-bahasa lainnya yang disampaikan-Nya kepada rasul yang paling mulia melalui perantaraan malaikat yang paling mulia. Dan penurunannya terjadi di belahan bumi yang paling mulia, serta awal penurunannya (Al-Qur'an) terjadi di dalam bulan yang paling mulia, yaitu bulan Ramadan; sehingga sempurnalah kitab Al-Qur'an ini dari berbagai seginya." (Tafsir Ibnu Katsir)

*Kelebihan Bahasa Arab*

Allah menyebut bahasa arab dengan bahasa yang Al-Mubin, yang artinya bahasa yang bisa menjelaskan.

Allah berfirman,

بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ

“Al-Qur'an itu turun dengan bahasa arab yang mubin.” (QS. As-Syu’ara: 195).

Imam Ibnu Faris (w. 395) (salah satu ulama ahli bahasa) menyatakan,

فلما خَصَّ – جل ثناؤه – اللسانَ العربيَّ بالبيانِ، عُلِمَ أن سائر اللغات قاصرةٌ عنه، وواقعة دونه

"Ketika Allah Ta’ala memilih bahasa arab untuk menjelaskan (firman-Nya), menunjukkan bahwa bahasa-basaha yang lainnya, kemampuan dan tingkatannya di bawah bahasa arab." (As-Shahibi fi Fiqh Al-Lughah, 1/4).

Diantara sisi penunjangnya, bahasa arab merupakan bahasa yang sangat tua dan terjaga. Dan semakin tua sebuah bahasa, akan semakin kaya dengan kosakata, semakin sempurna gramatikalnya dan banyak simbol-simbol makna.

Imam As-Suyuthi memuji kekayaan linguistik dalam bahasa arab,

لأنَّا لو احتجنا إلى أنْ نعبر عن السيفِ وأوصافه باللغةِ الفارسية، لما أمكننا ذلك إلا باسمٍ واحد؛ ونحن نذكرُ للسيفِ بالعربية صفاتٍ كثيرة، وكذلك الأسد والفرس وغيرهما من الأشياءِ المسميات بالأسماء المترادفة، فأين هذا من ذاك؟! وأين سائرُ اللغات من السَّعةِ ما للغةِ العرب؟! هذا ما لا خفاءَ به على ذي نُهية

"Ketika kita hendak mengungkapkan kata pedang dengan bahasa persi, kita tidak akan bisa menceritakannya kecuali hanya dengan satu kata. Sementara kita bisa menyebut kata ‘pedang’ berikut sifat-sifatnya dengan banyak ungkapan dalam bahasa arab. Demikian pula kata ‘singa’ dan ‘kuda’ atau kata lainnya yang memiliki banyak sinonim. Sehingga bagaimana mungkin dua bahasa ini mau dibandingkan?! Bahasa mana yang lebih luas dari pada bahasa arab ?! semua orang yang berilmu mengetahuinya." (Al-Mazhar fi Ulum Al-Lughah, 1/254).

Mengingat Al-Quran berbahasa arab, hadits berbahasa arab, khazanah islam yang menjadi kara para ulama, berbahasa arab, maka bahasa arab menjadi kunci untuk memahami itu semua. Karena itulah, para sahabat menekankan agar umat islam berusaha memahami bahasa arab.

Sahabat Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu pernah berpesan,

تعلَّموا العربيةَ؛ فإنها من دينِكم

“Pelajarilah bahasa arab, karena bahasa ini bagian dari agama kalian.” (Idhah al-Waqf, Ibnul Anbari, 1/31)

Khalifah Umar radhiyallahu 'anhi juga pernah memerintahkan gubernurnya, Abu Musa al-Asy’ari untuk mengajarkan bahasa arab kepada penduduk Iraq,

أمَّا بعد، فتفقهوا في السنةِ، وتفقهوا في العربية، وأَعْرِبُوا القرآنَ فإنه عربي

“Pelajarilah sunah dan pelajarilah bahasa arab. Pahami Al-Qur'an dengan bahasa arab. Karena kitab ini berbahasa arab.” (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, 30534).

Ada jutaan karya ulama yang semuanya berbahasa arab dan belum diterjemahkan. Tidak mungkin anda menunggu terjemahannya untuk bisa anda baca. Bahkan ribuan kitab itu, tidak mungkin diterjemahkan. Karena karya semacam ini, bukan konsumsi mereka yang tidak paham bahasa arab.

Ribuan aliran sesat, salah satu sebabnya, mereka menafsirkan Al-Qur'an dan sunah, tanpa didukung kaidah bahasa yang benar. Ahmadiyah meyakini adanya nabi palsu, karena mereka memahami kata ‘Khatam An-Nabiyin’ dengan cincin para nabi, dan bukan penghujung para nabi. LDII menilai sesat selain anggota kelompoknya, karena kata muttashil dalam periwayatan hadits, dibawa pada pembelajaran dan dakwah, yang itu tidak pada tempatnya. Mu’tazilah dan kelompok penerusnya menolak hadits Ahad, karena salah paham dengan kata ‘zhan’. Da'i MTA menghalalkan anjing, tikus, karena menelan ‘istisna’’ mentah-mentah.

Karena itu, benarlah apa yang disampaikan Imam Ayub As-Sikhtiyani (ulama tabi'in) (w. 131 H),

عامة من تزندق من أهل العراق لجهلهم بالعربية

“Umumnya orang yang menyimpang mengikuti aliran sesat di kalangan penduduk Irak, karena mereka tidak paham bahasa arab.” (Khutbah al-Kitab, Abu Syamah, hlm. 63).

Keterangan lain disampaikan Imam Ibnu Syihab az-Zuhri (ulama tabi'in, muridnya Abu Hurairah),

إنما أخطأ الناس في كثير من تأويل القرآن لجهلهم بلغة العرب

"Banyak masyarakat yang salah dalam mentakwilkan Al-Qur'an, sebabnya adalah karena mereka tidak paham bahasa arab." (Khutbah Al-Kitab, Abu Syamah, hlm. 63).

Imam Hasan Al-Bashri (ulama tabi'in),

أهلكتهم العجمة يتأولون القرآن على غير تأويله

"Mereka sesat karena bahasa selain arab. Mereka mentakwil Al-Qur'an, tidak sesuai takwil yang benar." (Syarh Mukhtashar Ar-Raudhah, At-Thufi).

*Cintailah Bahasa Arab*

Mempelajari ilmu bahasa arab suatu kewajiban bagi setiap muslim. Sebagaimana Imam As-Sya’bi (ulama Tabiin, muridnya Usamah dan Abu Hurairah) mengatakan,

النحو في العلم كالملحِ في الطعام لا يُستغنى عنه

"Nahwu dalam ilmu itu seperti garam dalam makanan. Selalu dibutuhkan." (Jami Bayan al-Ilmi, 2/325).

Keterangan Muhammad bin Hasan (gurunya Imam As-Syafii),

خلَّف أبي ثلاثين ألف درهم، فأنفقتُ نصفَها على النحوِ بالري، وأنفقتُ الباقي على الفقه

"Ayahku meninggalkan warisan untukku 30.000 dirham (sekitar 12,75 kg emas). Separuhnya, saya gunakan untuk belajar nahwu di kota Roy. Sisinya saya gunakan untuk belajar Fiqh." (Al-Ibar fi Khabar, 1/56).

Keterangan Abu Raihan Al-Bairuni,

لأنْ أُشتَم بالعربيةِ خير من أُن أمدحَ بالفارسية

“Saya dihina dengan bahasa arab, lebih baik dari pada saya dipuji pake bahasa persi.”

Karena beliau merasa sangat senang bahasa arab terdengar di telinga beliau, sekalipun bentuknya kelimat celaan.

Ada buanyak keterangan Imam As-Syafi'i terkait bahasa arab. Yang menunjukkan bagaimana beliau sangat mencintai bahasa arab. Kita simak beberapa keterangan beliau bahwa ilmu nahwu adalah kunci,

من تبَحَرَّ فى النحو اهتدى إلى كل العلوم

“Siapa yang menguasai nahwu, dia dimudahkan untuk memahami seluruh ilmu.” (Syadzarat Ad-Dzahab, hlm. 1/321).

Jawaban fiqh dengan kaidah nahwu,

لا أُسأَلُ عن مسألةٍ من مسائل الفقهِ إلا أجَبْتُ عنها من قواعدِ النحو

“Tidaklah aku ditanya tentang satu permasalahan fikih, selain aku jawab dengan kaidah nahwu.” (Syadzarat ad-Dzahab, hlm. 1/321).

Rajin belajar nahwu, agar bisa memahami fiqh,

ما أردتُ بها-يعنى:العربية-إلا الاستعانة على الفقه

“Tidaklah aku serius mempelajari nahwu, selain karena aku gunakan untuk membantu mempelajari fikih.” (Siyar A’lam An-Nubala, 10/75).

Sudah saatnya kita mencintai bahasa arab bukan sekedar bisa baca Al-Qur'an semata, tetapi membuktikan cinta itu dengan mempelajarinya.

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfa'at. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar