Dalam video berikut seorang ustadz ingin mengajarkan masyarakat Indonesia yang mayoritas bermadzhab Imam Syafi'i tidak wajib mengikuti madzab beliau dikarenakan menurutnya Imam Syafi'i rahimahullah mengajarkan cara adzan shalat tidak mengikuti adzannya Bilal radhiyallahu 'anhu, tetapi mengikuti adzannya Abu Mahdzurah Al-Jumahi. Dia menyampaikan kisah seorang sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang bernama Abu Mahdzurah Al-Jumahi.
Abu Mahdzurah radhiyallahu 'anhu namanya adalah Aus bin Mughirah al-Jumahi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkannya untuk mengumandangkan adzan di Mekah sekembalinya beliau dari perang Hunain.
Ketika Mekah berhasil ditaklukkan kaum muslimin, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka’bah. Sebagian pemuda Quraisy, yang masih belum lapang dada menerima Islam, menirukan suara Bilal. Mereka marah dan bermaksud mengejeknya. Sampai salah seorang pemuda yang bernama Abu Mahdzurah Al-Jumahi pun meniru-niru adzan Bilal.
Abu Mahdzurah, pemuda 16 tahun, termasuk orang Quraisy yang paling merdu suaranya. Saat ia mengangkat suara mengumandangkan adzan dengan maksud ejekan, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendengarnya. Nabi memanggilnya dan mendudukkannya di hadapan beliau. Abu Mahdzurah menyangka inilah akhir riwayat hidupnya karena ulahnya itu. Tapi, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam malah mengusap dada dan ubun-ubun pemuda itu dengan tangan beliau yang mulia. Abu Mahdzurah mengatakan, “Demi Allah, hatiku terasa dipenuhi keimanan dan keyakinan. Dan aku meyakini bahwa ia adalah utusan Allah.”
Setelah Abu Mahdzurah beriman, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarinya adzan. Jadilah ia orang pertama yang mengumandakan adzan setelah Rasulullah meninggalkan Mekah menuju Madinah. Ia terus menjadi muadzin di Masjid al-Haram hingga akhir hayatnya. Kemudian dilanjutkan oleh keturan-keturunannya hingga waktu yang lama. Ada yang mengatakan hingga masa Imam asy-Syafi’i.
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Siyar A'lam An-Nubala juz 3 hal. 117-119 terbitan Muassah Ar-Risalah sebagai berikut,
أبو محذورة الجمحي ، مؤذن المسجد الحرام ، وصاحب النبي - صلى الله عليه وسلم وقيل : اسمه سمير بن عمير بن لوذان بن وهب بن سعد بن جمح . وأمه خزاعية
قال ابن جريج : أخبرني عثمان بن السائب ، عن أم عبد الملك بن أبي محذورة ، عن أبي محذورة ، قال : لما رجع النبي - صلى الله عليه وسلم - من حنين ، خرجت عاشر عشرة من مكة نطلبهم ، فسمعتهم يؤذنون للصلاة ، فقمنا [ ص: 118 ] نؤذن نستهزئ . فقال النبي - صلى الله عليه وسلم - : لقد سمعت في هؤلاء تأذين إنسان حسن الصوت ، فأرسل إلينا ، فأذنا رجلا رجلا ، فكنت آخرهم ، فقال حين أذنت : تعال ، فأجلسني بين يديه ، فمسح على ناصيتي ، وبارك علي ثلاث مرات ، ثم قال : اذهب فأذن عند البيت الحرام ، قلت : كيف يا رسول الله ؟ فعلمني الأولى كما يؤذنون بها ، وفي الصبح الصلاة خير من النوم وعلمني الإقامة مرتين مرتين الحديث .
Ibnu Juraij berkata, telah mengabarkan kepadaku Ustman bin As-Sa'ib dari Ummu Abdul Malik bin Abi Mahdzurah, dari Abu Mahdhurah, dia berkata, Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kembali dari Hunain, sepuluh orang meninggalkan Mekah, kami menghendaki mereka (para sahabat) memperdengarkan adzan untuk shalat dan kami pun mengumandangkan adzan untuk mengejek. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Aku mendengar mereka para muadzin ini ada seseorang dengan suara yang merdu dan bagus, beliau memerintahkan kepada kami (adzan), dan kami pun beradzan seorang demi seorang, dan aku (Abu Mahdzurah) adalah yang terakhir dari mereka. Beliau memanggil ketika aku mengumandangkan adzan dan berkata, "Kemarilah, dan mempersilahkanku duduk di depannya," lalu beliau mengusap dahiku, dan memberkahiku (mengusap kepalaku) tiga kali. Kemudian beliau berkata, "Pergi dan adzanlah di Masjidil Haram." Aku berkata, "Bagaimana (cara adzan) wahai Rasulullah?" Beliau mengajariku adzan sebagaimana mereka (para sahabat) mengumandangkan adzan, dan pada saat shalat shubuh ditambah kalimat, "As-Shalatu khairun minan naum," (Shalat itu lebih baik daripada tidur), dan beliau mengajariku saat iqamah (diulang) dua kali dua kali." (Siyar A'lam An-Nubala' oleh Imam Adz-Dzahabi juz 3 hal. 117-119 terbitan Muassasah Ar-Risalah).
Tahukah kita bahwa dimasa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ada 5 sahabat sebagai muadzin di Makkah, Madinah dan sekitarnya yaitu,
1. Bilal bin Rabah Muadzin Masjid Nabawi Madinah.
2. Ibnu Ummi Maktum. Namanya adalah Amr bin Qays bin Zaidah bin al-Asham Muadzin Masjid Nabawi Madinah.
3. Abu Mahdzurah. Namanya adalah Aus bin Mughirah al-Jumahi Muadzin Masjidil Haram.
4. Saad al-Qarazh adalah mantan budak Ammar bin Yasir. Ia muadzin Rasulullah di Masjid Quba.
5. Ziyad bin al-Harits ash-Shuda'i. Sebagian ahli fikih menyatakan bahwa Ziyad juga termasuk muadzin Rasulullah berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya bahwa Ziyad pernah adzan di hadapan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Sebagaimana Syaikh at-Tawudi bin Saudah menuturkan dalam syairnya,
عمرو بلال و أبو محذورة
سعد زياد خمسة مذكورة
قد أذنوا جميعهم للمصطفى
نالوا بذاك رتبة و شرفا
Amr, Bilal, dan Abu Mahdzurah
Saad, Ziyad, lima orang yang disebut
Semuanya beradzan atas perintah baginda Rasulullaah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Mereka mencapai derajat dan kemuliaan karena amalan tersebut.
Ada satu yang terkesan disengaja diplesetkan dalam ucapan ustadz dalam video dimana masyarakat Indonesia yang mayoritas bermadzab Imam Syafi'i agar beralih madzab lain karena beliau mengikuti adzannya Abu Mahdzurah Al-Jumahi. Lantas pertanyaannya, salahkah jika Imam Syafi'i rahimahullah mengikuti cara adzannya salah satu dari 5 muadzin dimasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam? Bagi yang berakal tentu jawabnya beliau tidak salah. Wallahu a'lam
Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga penjelasan ini bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar