Kamis, 29 November 2018
KAJIAN TENTANG SIFAT PROVOKATIF (TAHRISY)
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan tahun 2018 dan 2019 merupakan tahun politik. Para calon anggota DPR, DPRD dan calon presiden-wakil presiden saling berloma merebut suara dan memenangkan pemilihan.
Namun saat ini ada hal-hal yang memprihatinkan. Itu tak lain karena adanya oknum tertentu dari para pelaku politik dan pendukungnya, melontarkan kata-kata panas yang sangat mengganggu dan merusak. Seperti adanya ajakan untuk melawan dan melibas musuh dan lawan politik mereka.
MUI juga menghimbau agar menghindarkan klaim-klaim sepihak, yang akan menambah runyam situasi. MUI meminta semua pihak agar berlaku dewasa dan menghormati nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia dan menjauhi sifat-sifat tercela yang mengotori rasa persaudaraan.
Di antara perbuatan tercela yang merusak persaudaraan, merusak persatuan, mengganggu stabilitas dan merupakan perbuatan setan, adalah tahrisy atau provokasi sesama Muslim.
*Definisi Tahrisy*
Imam Al Baghawi mengatakan,
التحريش : إيقاع الخصومة والخشونة بينهم
“Tahrisy adalah memicu adanya saling bertengkar dan saling berbuat kasar antara sesama Muslim” (Syarhus Sunnah, 13/104).
Imam Ibnu Atsir mengatakan,
التحريش : الإغراء بين الناس بعضهم ببعض
“Tahrisy adalah memancing pertengkaran antara orang-orang satu sama lain” (Jami’ Al Ushul, 2/754).
Tahrisy adalah perbuatan setan
Provokasi antara sesama Muslim atau tahrisy adalah perbuatan setan. Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّيْطَانَ قد أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ في جَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ في التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah putus asa membuat orang-orang yang shalat menyembahnya di Jazirah Arab. Namun setan masih bisa melakukan tahrisy di antara mereka” (HR. Muslim no. 2812).
Beliau Shallallahu ’alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ على الْمَاءِ، ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ منه مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فيقول: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، فيقول: ما صَنَعْتَ شيئا، قال ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فيقول: ما تَرَكْتُهُ حتى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ، قال: فَيُدْنِيهِ منه، وَيَقُولُ: نِعْمَ أنت فَيلتَزمُهُ
“Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air. Kemudian ia mengutus para tentaranya. Tentara iblis yang paling bawah adalah yang paling besar fitnah (kerusakan) nya. Salah satu tentara iblis berkata: saya telah melakukan ini dan itu. Maka iblis mengatakan: kamu belum melakukan apa-apa. Kemudian tentara iblis yang lain datang dan berkata: Aku tidak meninggalkan seseorang kecuali setelah ia berpisah dengan istrinya. Maka tentara iblis ini pun didekatkan kepada iblis. Lalu iblis berkata: kamulah yang terbaik, teruslah lakukan itu” (HR. Muslim no. 2813).
Dalam hadits ini juga setan melakukan tahrisy sehingga suami dan istri saling berpisah.
*Tahrisy termasuk Namimah*
Al Imam Ibnu Katsir mengatakan,
النميمة على قسمين: تارة تكون على وجه التحريش بين الناس وتفريق قلوب المؤمنين فهذا حرام متفق عليه
“Namimah ada dua macam: terkadang berupa tahrisy (provokasi) antara orang-orang dan mencerai-beraikan hati kaum Mu’minin. Maka ini hukumnya haram secara sepakat ulama” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/371, Asy Syamilah).
*Apa itu namimah?*
Imam Adz Dzahabi mengatakan,
والنمام هو الذي ينقل الحديث بين الناس وبين اثنين بما يؤذي أحدهما أو يوحش قلبه على صاحبه أو صديقه بأن يقول له قال عنك فلان كذا وكذا
“Nammam (pelaku namimah) adalah orang yang menukil perkataan dari satu orang ke orang lain atau antara dua orang untuk menimbulkan gangguan pada salah satunya, atau memprovokasi salah satu dari mereka terhadap yang lain atau terhadap temannya. Yaitu dengan mengatakan: ‘si Fulan mengatakan tentang kamu demikian dan demikian'” (Al Kabair, 217).
Contohnya, si A berkomunikasi dengan B via whatsapp, lalu B menyebutkan sesuatu yang kurang bagus tentang C. A lalu screenshot chat dari B tersebut kemudian di kirim kepada C, ini namimah!! Allahul musta’an.
Dan namimah ini merupakan dosa besar. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُطِع كل حلاف مهين هماز مشاء بنميم
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,yang banyak mencela, yang kian ke mari menebar namimah” (QS. Al Qalam: 10-11).
Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak masuk surga pelaku namimah” (HR. Muslim no. 105).
Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam pernah mendengar rintihan orang yang disiksa dalam kuburnya, beliau bersabda,
فقال يعذبان وما يعذبان في كبير وإنه لكبير كان أحدهما لا يستتر من البول وكان الآخر يمشي بالنميمة
“Dua orang ini sedang diadzab dalam kubur. Dan mereka tidak diadzab karena sesuatu yang mereka anggap besar, namun besar (di sisi Allah). Yang pertama di adzab karena tidak menutupi auratnya ketika buang air kecil, yang kedua diadzab karena melakukan namimah” (HR. Bukhari no. 216, Muslim no. 292).
Beliau juga bersabda,
إنَّ شرارَ عبادِ اللهِ من هذه الأُمَّةِ المشَّاؤونَ بالنميمةِ ، المُفرِّقون بين الأحبَّةِ الباغونَ للبُرآءِ العنتَ
“Seburuk-buruk hamba Allah adalah orang yang suka melakukan namimah. Ia memisahkan orang-orang yang saling mencintai, pengkhianat terhadap orang-orang yang baik” (HR. Ahmad).
Ahlul hikmah mengatakan,
النَّمَّامُ شُؤْمٌ لَا تَنْزِلُ الرَّحمة على قوم هو فيهم
“Tukang namimah (adu domba) adalah racun yang membuat suatu kaum tidak mendapat rahmat Allah selama masih ada mereka”.
Maka hendaknya jauhkan diri kita dari tahrisy dan juga namimah, karena ini perbuatan yang sangat busuk dan tercela.
*Dekatkan bukan jauhkan*
Maka ketika dua pihak dari kaum Muslimin sedang bertikai, maka wajib mengusahakan perdamaian antara keduanya bukan malah memprovokasi. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ
“Dan damaikanlah orang yang berselisih di antara kalian” (QS. Al Anfal: 1).
Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ألا أُخبِرُكم بأفضلَ من درجةِ الصيامِ والصلاةِ والصدقةِ ؟ قالوا : بلى . قال : صلاحُ ذاتِ البَيْنِ ، فإنَّ فسادَ ذاتِ البَيْنِ هي الحالقةُ
“Maukah kalian aku kabarkan amalan yang menyamai derajat puasa, shalat dan sedekah? Para sahabat menjawab: tentu wahai Rasulullah. Beliau bersabda, "Mendamaikan orang-orang yang berseteru. Karena orang semakin merusak keadaan orang-orang yang berseteru, dialah pembuat kebinasaan” (HR. At Tirmidzi no. 2509, ia berkata: “shahih”).
Maka ketika ada saudara seiman yang berselisih, berbeda pendapat atau pilihan politik, damaikan bukan provokasi, dekatkan bukan jauhkan. Semoga Allah meridhoi dan memberi taufik kepada kita semua.
Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin
*والله الموفق الى أقوم الطريق*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar