Kamis, 14 Desember 2017
EDISI KHUTHBAH JUM'AT (Pesan Sejarah Dalam Ibadah)
*Khuthbah Pertama*
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلِه الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ . أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَحُجُوْبِيْنَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ :
فَاتَّقُوْا اللهَ يَا عِبَادَ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتُمْ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىَ نَبِيِّكُمْ صلى الله عليه وسلم وَاشْكُرُوْا اللهَ تَعَالىَ عَلىَ مَا مَنَّ عَلَيْنَا بِهِ مِنْ طُلُوْعِ هَذَا الْبَدْرِ الْمُنِيْرِ فِي هَذِهِ الدَّارِ الْفَانِيَةِ فَبِمُتَابَعَتِهِ وَوَسِيْلَتِهِ وَمَحَبَّتِهِ حَصَلَ النَّجَاةُ فِي تِلْكَ الدَّارِ الْآخِرَةِ الْخَالِدَةِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
*Hadirin sidang Jum'at yg dirahmati Allah*
Saat ini kita memasuki bulan Rabiul Awal, pada bulan ini tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah atau bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Lahirlah seorang bayi yang kelak akan membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban dunia. Ayahnya bernama Abdullah meninggal -+ 7 bulan sebelum Ia lahir. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya Abdul Mutthalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka’bah.
Di tempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, sebuah nama yang tidak mentradisi di kalangan kaum Quraisy. Banyak peristiwa-peristiwa besar saat kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Di antaranya yang terjadi di Persia (Iran). Api yang menjadi simbol ketuhanan, sesembahan pemeluk agama Majusi pada malam kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam padam seketika.
Tidak dapat menyala meskipun pengikut Majusi berusaha untuk menyalakannya kembali. pedahal 1000 tahun sudah api sesembahan mereka tidak pernah mati. Dan sebuah danau yang tidak pernah surut airnya tiba-tiba kering atau kejadian di kerajaan Qishra yang tiba –tiba tergoncang dahsyat hingga porak poranda. Semua fenomena yang menimpa kerajaan Persia di malam itu menunjukan keagungan baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Tanpa harus mendatangi negeri itu beliau mampu memperingatkan penghuninya agar menyudahi kemusyrikan mereka.
*Hadirin sidang Jum'at yg dirahmati Allah*
Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Muslim disebutkan :
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ “
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Senin. Lalu beliau menjawab “ Itu adalah hari di mana aku dilahirkan, hari di mana aku diutus atau diturunkannya wahyu kepadaku”. (HR. Muslim).
*Hadirin sidang Jum'at yg dirahmati Allah*
Selain anjuran berpuasa di hari Senin, ada beberapa pesan petunjuk yang dapat diambil di dalam hadits tersebut.
*1. Menunjukan keagungan hari dan bulan kelahiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.*
Anjuran ibadah dengan mengaitkan sebuah peristiwa besar merupakan salah satu metode dakwah Rasulullah. Anjuran memperbanyak ibadah di hari Jum’at dikaitkan dengan peristiwa yang menimpa Nabi Adam. Beliau diciptakan, dimasukan dan dikeluarkan dari surga pada hari Jum’at. Anjuran puasa hari Asyura’ dikaitkan dengan peristiwa Nabi Musa beserta kaumnya. Begitu juga anjuran berpuasa hari Senin.
Dikaitkan dengan sejarah besar berupa hari kelahiran Sang Manusia terbaik sepanjang masa, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Anjuran mengaitkan ibadah dengan sebuah peristiwa tersebut menunjukan keagungan waktu dan hari terjadinya peristiwa itu.
Syaikh Yusuf Khatar mengatakan :
وَإِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وآله وسلم كَانَ يُلَاحِظُ اِرْتِبَاطَ الزَّمَانِ بِالْحَوَادِثِ الدِّيْنِيَّةِ الْعُظْمَى الَّتِي مَضَتْ وَانْقَضَتْ فَإِذَا جَاءَ الزَّمَانُ الَّذِيْ وَقَعَتْ فِيْهِ كَانَ فُرْصَةً لِتَذَكُّرِهَا وَتَعْظِيْمِ يَوْمِهَا لِأَجْلِهَا وَلِأَنَّهُ ظَرْفٌ لَهَا. وَقَدْ أَصَّلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وآله وسلم هَذِهِ الْقَاعِدَةَ بِنَفْسِهِ كَمَا صَحَّ فِي الْحَدِيْثِ أَنَّهُ صلى الله عليه وآله وسلم : لَمَّا وَصَلَ إِلَى الْمَدِيْنَةِ وَرَأَى الْيَهُوْدَ يَصُوْمُوْنَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ سَأَلَ عَنْ ذَلِكَ فَقِيْلَ لَهُ: إِنَّهُمْ يَصُوْمُوْنَهُ لِأَنَّ اللهَ نَجَّى فِيْهِ نَبِيَّهُمْ وَأَغْرَقَ عَدُوَّهُمْ فَهُمْ يَصُوْمُوْنَ شُكْرًا لِلِه عَلىَ هَذِهِ النِّعْمَةِ فَقَالَ صلى الله عليه وآله وسلم «نَحْنُ أَوْلىَ بِمُوْسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ» “
Sesungguhnya Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memperhatikan keterkaitan antara sejarah besar di masa lampau dengan persoalan-persoalan keagamaan. Jika telah datang masa itu, maka hal tersebut menjadi kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya. Rasulullah sendiri yang mendasari prinsip ini. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih bahwa ketika Rasul sampai di Madinah dan melihat orang Yahudi berpuasa di hari Asyura’ Lalu beliau bertanya atas latar belakang ritual orang yahudi tersebut. Maka disampaikan kepada Rasul bahwa mereka berpuasa sebab pada hari itu Allah telah menyelamatkan Nabi mereka dan menenggelamkan musuh mereka.
Mereka berpuasa sebagai wujud syukur atas nikmat Allah ini. Kemudian Rasulullah bersabda kepada sekelompok yahudi tersebut ; Kami lebih pantas mengikuti Musa dari pada kalian. Selanjutnya Rasul berpuasa dan memerintahkan para Sahabat untuk berpuasa pada hari Asyura’ tersebut”. Maka dari itu, hari kelahiran Rasulullah merupakan peristiwa besar yang memiliki nilai lebih dibandingkan hari-hari yang lain. Begitu juga bulan Rabiul Awal, memiliki sisi kemuliaan dengan dilahirkannya Rasulullah pada waktu itu.
Al-Syaikh Ibnu al-Haj mengatakan :
أَشَارَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ إلَى فَضِيلَةِ هَذَا الشَّهْرِ الْعَظِيمِ بِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لِلسَّائِلِ الَّذِي سَأَلَهُ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ لَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ فَتَشْرِيفُ هَذَا الْيَوْمِ مُتَضَمِّنٌ لِتَشْرِيفِ هَذَا الشَّهْرِ الَّذِي وُلِدَ فِيهِ .فَيَنْبَغِي أَنْ نَحْتَرِمَهُ حَقَّ الِاحْتِرَامِ وَنُفَضِّلَهُ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ الْأَشْهُرَ الْفَاضِلَةَ وَهَذَا مِنْهَا “
Rasulullah memberi isyarat atas keutamaan bulan Rabiul Awal ini dengan sabda beliau saat ditanya tentang puasa di hari Senin, beliau menjawab ; Itu adalah hari kelahiranku. Maka, memuliakan hari Senin tersebut secara tidak langsung juga memuliakan bulan Rabiul Awal ini, bulan di mana Rasulullah dilahirkan. Sudah seharusnya bagi kita untuk memuliakannya dengan sebaik-baiknya memuliakan seperti kita memuliakan bulan-bulan utama lainnya. Dan bulan Rabiul Awal ini salah satu di antara bulan-bulan mulia itu”.
*Hadirin sidang Jum'at yg dirahmati Allah*
*2. Rasulullah memperingati hari kelahirannya.*
Memperingati hari kelahiran Rasul adalah sebuah ungkapan dari suka cita dan luapan kegembiraan atas kehadiran Rasulullah di muka bumi. Dari situ dapat dipahami bahwa rutinitas puasa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada hari Senin pada hakikatnya merupakan wujud dari peringatan hari kelahiran beliau sendiri. Rasulullah melakukannya sebagai wujud ta’zhim dan rasa syukur beliau telah dijadikan Allah sebagai Rahmat bagi seluruh alam semesta.
Al-Syaikh al-Muhaddits al-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengatakan :
إِنَّ أَوَّلَ الْمُحْتَفِلِيْنَ بِالْمَوْلِدِ هُوَ صَاحِبُ الْمَوْلِدِ وَهُوَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ الَّذِيْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ لَمَّا سُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ الْإِثْنَيْنِ قَالَ صلى الله عليه وسلم ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ فَهَذَا أَصَحُّ وَأَصْرَحُ نَصًّ فِي مَشْرُوْعِيَّةِ الْإِحْتِفَالِ بِالْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ وَلَا يُلْتَفَتُ اِلَى قَوْلِ مَنْ قَالَ إِنَّ أَوَّلَ مَنِ احْتَفَلَ بِهِ الْفَاطِمِيُّوْنَ لِأَنَّ هَذَا إِمَّا جَهْلٌ أَوْ تَعَامٍ عَنِ الْحَقِّ “
Sesungguhnya pertama kali yang merayakan maulid adalah Sang empunya maulid itu sendiri, yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih riwayat imam Muslim ketika Rasul ditanya tentang anjuran puasa di hari Senin, beliau menjawab; “Itu adalah hari di mana aku dilahirkan”. Ini adalah sekuat dan sejelas-jelasnya nash dalil yang menjelaskan anjuran maulid Nabi yang mulia. Tidak dapat dijadikan pijakan pendapat yang mengatakan bahwa pertama kali yang merayakan maulid adalah dari dinasti Fathimiyyah. Sebab pendapat tersebut tidak lepas dari ketidak tahuan atau berpura-pura tidak tahu akan fakta yang sebenarnya”.
*Hadirin sidang Jum'at yg dirahmati Allah*
*3. Anjuran memperingati hari kelahiran Rasulullah.*
Allah memerintahkan kita untuk bersyukur bahagia atas setiap rahmat-Nya yang menimpa kita. Di dalam surat Yunus ayat 57-58 dikatakan :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
قُلْ بِفَضْلِ اللِه وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا “
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus: 57-58)
Tidak diragukan lagi jika Rasulullah adalah lebih agung-agungnya rahmat Allah kepada umat manusia, bahkan seluruh alam semesta. Anjuran bersyukur-bahagia pada ayat tersebut tidak dibatasi waktu dan tempat. Kapanpun, kita dianjurkan mensyukuri wujudnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dunia. Setiap saat kita dianjurkan untuk melakukannya. Rahmat wujudnya Rasulullah dapat dirasakan sampai kapanpun dan tidak akan terputus habis dimakan zaman. Jika di hari-hari biasa saja kita dianjurkan bersyukur atas wujudnya Rasulullah, lebih-lebih di hari atau bulan kelahiran beliau. Anjuran tersebut menjadi sangat dikukuhkan.
Al-Syaikh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menegaskan :
فَالْفَرَحُ بِهِ صلى الله عليه وسلم مَطْلُوْبٌ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَفِي كُلِّ نِعْمَةٍ وَعِنْدَ كُلِّ فَضْلٍ وَلَكِنَّهُ يَتَأَكَّدُ فِي كُلِّ يَوْمِ اثْنَيْنِ وَفِي كُلِّ شَهْرِ رَبِيْعْ لِقُوَّةِ الْمُنَاسَبَةِ وَمُلَاحَظَةِ الْوَقْتِ وَمَعْلُوْمٌ أَنَّهُ لَا يَغْفَلُ عَنِ الْمُنَاسَبَةِ وَيُعْرِضُ عَنْهَا عَنْ وَقْتِهَا اِلَّا مُغَفَّلٌ أَحْمَقُ “
Berbahagia dengan kehadiran Rasulullah di dunia dianjurkan pada setiap waktu. Setiap mendapat kenikmatan dan karunia-Nya. Akan tetapi, anjuran tersebut menjadi sangat dikukuhkan pada setiap hari Senin dan bulan Rabiul Awal karena korelasi yang kuat dan momen waktu yang selayaknya diperhatikan. Sudah menjadi kemakluman bersama tidak akan melupakan dan berpaling dari sebuah momen peristiwa besar kecuali orang yang lalai dan bodoh”. Memperingati hari kelahiran Rasulullah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Misalkan membaca sejarah hidup Rasul, berkumpul berdzikir, membaca shalawat bersama, bersedekah, mengadakan walimah, menyantuni anak yatim, memberi makan fakir miskin dan lain sebagainya.
Al-Syaikh Yusuf Khatar mengatakan :
وَإِنَّهُ صلى الله عليه وآله وسلم كَانَ يُعَظِّمُ يَوْمَ مَوْلِدِهِ وَيَشْكُرُ اللهَ تعالى فِيْهِ عَلَى نِعْمَتِهِ الْكُبْرَى عَلَيْهِ إِذْ سَعِدَ بِهِ كُلُّ مَوْجُوْدٍ وَكَانَ يُعَبِّرُ عَنْ ذَلِكَ التَّعْظِيْمِ بِالصِّيَامِ كَمَا جَاءَ فِي الْحَدِيْثِ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وآله وسلم سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْاِثْنَيْنِ؟ فَقَالَ: «فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ» وَهَذَا فِي مَعْنَى الْاِحْتِفَالِ بِهِ إِلَّا أَنَّ الصُّوْرَةَ مُخْتَلِفَةٌ وَلَكِنَّ الْمَعْنَى مَوْجُوْدٌ سَوَاءٌ كَانَ ذَلِكَ بِصِيَامٍ أَوْ إِطْعَامِ طَعَامٍ أَوِ اجْتِمَاعٍ عَلَى ذِكْرٍ أَوْ صَلَاةٍ عَلىَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وآله وسلم أَوْ سَمَاعِ شَمَائِلِهِ الشَّرِيْفَةِ . “
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengagungkan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah pada hari itu atas kenikmatan besar yang menimpanya. Sebab dengan wujudnya beliau di bumi seluruh makhluk yang wujud berbahagia. Rasulullah melakukan bentuk penghormatan ini dengan cara berpuasa. Sebagaimana disampaikan dalam sebuah hadits bahwa ketika beliau ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab; Itu hari kelahiranku dan hari di mana aku mendapatkan wahyu. Yang demikian itu termasuk dalam substansi merayakan maulid Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Meskipun dalam bentuk yang berbeda, namun secara substansi sama. Baik dengan cara berpuasa, memberi makanan, berkumpul berdzikir, membaca shalawat kepada baginda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau mendengarkan perangai-perangai belia yang mulia”.
*Hadirin sidang Jum'at yg dirahmati Allah*
Al-Syaikh Ibnu al-Haj mengatakan :
يَنْبَغِي إذَا دَخَلَ هَذَا الشَّهْرُ الْكَرِيمُ أَنْ يُكَرَّمَ وَيُعَظَّمَ وَيُحْتَرَمَ الِاحْتِرَامَ اللَّائِقَ بِهِ وَذَلِكَ بِالِاتِّبَاعِ لَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي كَوْنِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كَانَ يَخُصُّ الْأَوْقَاتَ الْفَاضِلَةَ بِزِيَادَةِ فِعْلِ الْبِرِّ فِيهَا وَكَثْرَةِ الْخَيْرَاتِ “
Sudah selayaknya ketika memasuki bulan Rabiul Awal ini, agar kita mengagungkan dan memuliakannya. Yaitu dengan cara mengikuti jejak langkah Rasulullah, di mana beliau mengkhususkan beberapa waktu utama dengan menambahkan beberapa amal kebajikan dan memperbanyak kebaikan di dalamnya”.
فَتَعْظِيمُ هَذَا الشَّهْرِ الشَّرِيفِ إنَّمَا يَكُونُ بِزِيَادَةِ الْأَعْمَالِ الزَّاكِيَاتِ فِيهِ وَالصَّدَقَاتِ إلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ الْقُرُبَاتِ فَمَنْ عَجَزَ عَنْ ذَلِكَ فَأَقَلُّ أَحْوَالِهِ أَنْ يَجْتَنِبَ مَا يَحْرُمُ عَلَيْهِ وَيُكْرَهُ لَهُ تَعْظِيمًا لِهَذَا الشَّهْرِ الشَّرِيفِ وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ مَطْلُوبًا فِي غَيْرِهِ إلَّا أَنَّهُ فِي هَذَا الشَّهْرِ أَكْثَرُ احْتِرَامًا كَمَا يَتَأَكَّدُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ وَفِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ “
Mengagungkan bulan Rabiul Awal ini hanya dapat dihasilkan dengan bertambahnya amal-amal kebaikan, bersedekah dan segala bentuk ibadah di dalamnya. Barang siapa tidak mampu melakukan hal tersebut, maka paling tidak dengan cara menjauhi keharaman dan kemakruhan untuk memuliakan bulan ini. Meskipun juga dituntut di selain bulan maulid ini, hanya saja perlu untuk lebih ditekankan lagi pada bulan maulid ini sebagaimana anjuran pada bulan Ramadlan dan bulan-bulan mulia lainnya.” Mari memuliakan bulan Rabiul Awal ini dengan sebaik-baiknya memuliakan. Mengagungkannya dengan memperbanyak shalawat, shalat, sedekah, puasa, dan segala bentuk amal kebajikan lainnya. Mari berusaha sekuat tenaga meninggalkan kemakshiatan dan perbuatan tak berguna demi kemuliaan bulan maulid ini. Semoga kita semua diakui sebagai umat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mendapat syafa'at beliau kelak di hari pembalasan.
Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi hati kita semakin cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sebagaimana sabda beliau yang artinya: “Orang-orang yang telah menghidupkan sunnahku maka dia berarti cinta kepadaku, dan orang-orang yang cinta padaku nanti akan bersamaku disurga.”
Semoga kita dikumpulkan bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kelak disurga nanti. Amiin, ya rabbal alamin.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتِلَاوَتِهِ إِنَّهُ تَعَالَى هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
*Khuthbah Kedua*
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar