MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Rabu, 29 Januari 2025

NASHAIHUL IBAD MAQALAH KE- 19 - 36


(و) المقالة التاسعة عشرة (أوحي الى بعض الأنبياء اطعني فيما امرتك ولا تعصني فيما تصحتك) أى فيما دعوتك الى ما فيه الصلاح ونهيتك عما فيه الفساد . 

*Dan makalah kesembilan belas* (Diwahyukan kepada beberapa nabi, "Taati aku dalam apa yang aku perintahkan kepadamu dan jangan durhaka kepadaku dalam apa yang aku larang") yaitu dalam apa yang aku ajak kamu kepada kebaikan dan aku larang kamu dari keburukan.

(و) المقالة العشرون (قبل إكمال العقل اتباع رضوان الله تعالى واجتناب سخطه) أى فخلاف ذلك جنون .

*Dan makalah kedua puluh* (Sebelum menyelesaikan akal, mengikuti keridhaan Allah Ta'ala dan menjauhi kemurkaan-Nya) yaitu sebaliknya adalah kebodohan.

(و) المقالة الحادية والعشرون (قيل لا غربة للفاضل ولا وطن للجاهل) أي المتصف بالعلم والعمل كان مكرما معظما عند الناس فى أي بلد عنده وطنا ولو كان غريبا والجاهل بخلاف ذلك 

*Dan makalah keduapuluh satu* (Dikatakan tidak ada tempat asing bagi orang yang berilmu dan tidak ada tanah air bagi orang yang bodoh) yaitu orang yang memiliki ilmu dan amal dihormati dan dimuliakan oleh orang-orang di negara mana pun, meskipun dia asing, sedangkan orang bodoh sebaliknya.

(و) المقالة الثانية والعشرون (قيل من كان بالطاعة عند الله قريبا كان بين الناس غريبا أى من استأنس باشتغال طاعة الله تعالى صار مستوحشا عن الناس 

*Dan makalah kedua puluh dua* (Dikatakan siapa yang dekat dengan ketaatan kepada Allah, ia akan asing di antara manusia) yaitu siapa yang merasa nyaman dengan beribadah kepada Allah Ta'ala akan merasa asing dari manusia.

(و) المقالة الثالثة والعشرون (قيل حركة الطاعة دليل المعرفة كما أن حركة الجسم دليل الحياء) والمعنى أن إتيان العبد الطاعة لله تعالى علامة على معرفته لله فاذا كثرت الطاعة كثرت المعرفة وإذا قلت قلت لأن الظاهر مرأة الباطن 

*Dan makalah ketiga puluh tiga* (Dikatakan gerakan ketaatan adalah tanda pengetahuan, sebagaimana gerakan tubuh adalah tanda malu) dan maksudnya adalah bahwa pelaksanaan ketaatan oleh seorang hamba kepada Allah Ta'ala adalah tanda pengetahuannya tentang Allah. Jika ketaatan itu banyak, pengetahuannya juga banyak; jika sedikit, pengetahuannya juga sedikit, karena yang tampak adalah cermin dari yang tersembunyi.

(و) المقالة الرابعة والعشرون (قال النبي صلى الله عليه وسلم: (أصل جميع الخطايا حب الدنيا) وهى ما زاد عن الحاجة (وأصل جميع الفتن منع العشر والزكاة) وهذا من عطف العام على الخاص لأن العشر خاص بالزروع والثمار والزكاة شاملة لذلك, ولزكاة النقد والأنعام ولزكاة البدن . 

*Dan makalah keempat puluh empat* (Rasulullah SAW bersabda, "Pokok semua dosa adalah cinta dunia") yaitu apa yang melebihi kebutuhan (dan pokok semua fitnah adalah menahan sepersepuluh dan zakat") ini termasuk umum dan khusus karena sepersepuluh khusus untuk hasil pertanian dan buah-buahan, sementara zakat mencakup itu, zakat uang, dan zakat ternak.

(و) المقالة الخامسة والعشرون (قيل : المقر بالتقصير أى بالعجز عن الطاعة (أبدا محمود والاقرار بالتقصير علامة القبول) لأنه إشارة إلى عدم العجب والكبر . 

*Dan makalah kelima puluh lima* (Dikatakan: pengakuan atas kekurangan, yaitu ketidakmampuan dalam ketaatan, selalu dipuji dan pengakuan atas kekurangan adalah tanda penerimaan) karena ini menunjukkan tidak ada rasa takabur dan sombong.

(و) المقالة السادسة والعشرون (قيل : كفران النعمة لؤم) أي عدم الشكر للنعمة دليل على دناءة النفس (وصحبة الأحمق) وهو واضع الشيئ في غير محله مع العلم بقبحه. (شؤم) أي غير مبارك كما روى الطبران عن بشير أنه صلى الله عليه وسلم قال "إصرم الاحمق" بكسر الحمزة والراء أى اقطع وده, والمعنى لا تصاحبه لقبح حالته ولأن الطباع سراقة وقد يسرق طبعك منه.

*Dan makalah keenam puluh enam* (Dikatakan: kufur nikmat adalah sifat yang buruk) yaitu tidak bersyukur atas nikmat adalah tanda rendahnya jiwa (dan bergaul dengan orang bodoh) yaitu orang yang meletakkan sesuatu di tempat yang tidak semestinya dengan mengetahui keburukannya. (Sial) yaitu tidak diberkahi, seperti yang diriwayatkan oleh Al-Thabrani dari Bashir bahwa Rasulullah SAW bersabda "Putuslah hubungan dengan orang bodoh," maksudnya jangan berteman dengannya karena buruknya keadaan dan karena tabiatnya bisa menular dan mungkin mencuri tabiatmu.

وروى الترمذى عن إبن عمر وأن النبي صلى الله عليه وسلم قال (خصلتان من كانتا فيه كتبه الله شاكرا صابرًا ومن لم تكونا فيه لم يكتبه الله شاكرا ولا صابرًا : من نظر فى دينه الى من هو فوقه فاقتدا به ونظر فى دنياه الى من هو دونه فحمد الله على ما فضله به عليه كتبه الله شاكرا صابرًا ومن نظر فى دينه إلى من هو دونة ونظر فى دنياه إلى من هو فوقة فأسف على ما فاته لم يكتبه الله شاكرا ولا صابرا) اه هذا الحديث جامع لجميع أنواع الخير.

Dan diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi dari Ibn Umar bahwa Nabi SAW bersabda: "Dua sifat yang ada padanya, Allah mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan sabar, dan siapa yang tidak memiliki keduanya, Allah tidak mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan sabar: siapa yang melihat dalam urusan agamanya kepada orang yang lebih tinggi dan meniru mereka, dan melihat dalam urusan dunianya kepada orang yang lebih rendah dan bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia berikan kepadanya, Allah mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dan siapa yang melihat dalam urusan agamanya kepada orang yang lebih rendah dan melihat dalam urusan dunianya kepada orang yang lebih tinggi dan menyesali apa yang telah hilang darinya, Allah tidak mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan sabar." Ini adalah hadits yang mencakup semua jenis kebaikan.

Kamis, 23 Januari 2025

EDISI KHUTBAH JUM'AT (Hikmah Isra' Mi'raj Dalam Kehidupan)

*Khutbah Pertama*

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ أمَّا بَعْدُ 

فَيَاعِبَادَ الله أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْن ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullah*

Peringatan Isra Miraj tahun ini jatuh pada hari Selasa, 27 Januari 2025, bertepatan pada 27 Rajab 1446 H. Peristiwa ini menyimpan berbagai hikmah mendalam yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. .

سبحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra' : 1).

Berikut adalah 5 hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa Isra Miraj Nabi Muhammad.

*Mengajarkan Sikap Tawadhu'*

Dalam ayat pertama surat Al-Isra’, peristiwa Isra Miraj menggambarkan Nabi Muhammad sebagai ‘abdun, artinya seorang hamba. Penggunaan kata ‘abdun menunjukkan bahwa derajat kehambaan di sisi Allah sangatlah tinggi. Saat diberi pilihan oleh Allah, Nabi Muhammad memilih menjadi hamba yang tawadhu, mengabdi kepada-Nya, menunjukkan bahwa kehambaan adalah derajat tertinggi.

وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا

"Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.” (QS. Al-Furqan : 63)

*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullah*

*Mengajarkan Ketangguhan*

Isra Miraj menjadi bagian dari persiapan Allah untuk mendukung perjalanan dakwah Nabi Muhammad. Sebagaimana diketahui bahwa sejak lahir, Nabi Muhammad telah banyak mendapatkan kesedihan, yang tak lain adalah pembekalan dari Allah untuk mengasah ketangguhannya. 

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. Al-Ankabut : 2-3) 

*Kepatuhan dalam Menyampaikan Kebenaran*

Setelah Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad dengan tegas menyampaikan peristiwa tersebut kepada penduduk Makkah, meskipun banyak yang tidak percaya. Ini menegaskan pentingnya menyampaikan kebenaran meski dihadapkan pada penolakan. Rasulullah mengajarkan bahwa kebenaran harus diumumkan, bahkan jika itu berarti mendapat cacian dan ejekan dari mereka yang tidak percaya.

يٰٓاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗوَاِنْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَتَهٗ ۗوَاللّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

"Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika engkau tidak melakukan (apa yang diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjaga engkau dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir." (QS Al-Maidah : 67)

وَلْتَكُنْ  مِّنْكُمْ  اُمَّةٌ  يَّدْعُوْنَ  اِلَى  الْخَيْرِ  وَيَأْمُرُوْنَ  بِا لْمَعْرُوْفِ  وَيَنْهَوْنَ  عَنِ  الْمُنْكَرِ   ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ  هُمُ  الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

(QS. Ali ‘Imran : 104)

*Menerima Pendapat dengan Terbuka*

Peristiwa Isra Miraj memberikan pelajaran bahwa umat Islam harus menerima pendapat, ajaran, dan masukan tanpa memandang usia, pangkat, atau pendidikan formal. Namun, pentingnya adalah bahwa pendapat tersebut harus bersifat benar dan bermanfaat. Saat peristiwa ini, Nabi Muhammad menjadi imam shalat bagi para nabi sebelumnya, menunjukkan ketaatannya pada risalahnya.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

"Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran : 159)

*Pentingnya Menjaga Shalat*

Malam Isra Miraj ditetapkan sebagai waktu langsung untuk menerima kewajiban shalat lima waktu, tanpa perantara Malaikat Jibril. Hal ini menegaskan pentingnya shalat dalam ajaran Islam, menempatkannya sebagai suatu kewajiban utama yang harus dijaga oleh umat Islam.

حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ

"Peliharalah semua sholat (fardu) dan sholat Wusṭā. Berdirilah karena Allah (dalam sholat) dengan khusyu." (QS. Al-Baqarah : 238)

عَنْ عَائِشَةَ زَوْج النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ أَوَّلَ مَا افْتُرِضَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةُ رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ إِلَّا الْمَغْرِبَ فَإِنَّهَا كَانَتْ ثَلَ ثُمَّ أَتَمَّ الله الظهرَ وَالْعَصْرَ وَالْعِشَاءَ الْآخِرَةَ أَرْبَعًا فِي الْحَضَرِ وَأَقَرَّ الصَّلَاةَ عَلَى فَرْضِهَا الْأَوَّلِ فِي السَّفَرِ

"Dari Aisyah istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam beliau berkata: Pertama yang diwajibkan shalat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah dua rakaat dua rakaat kecuali Maghrib yang 3 rakaat. Kemudian Allah sempurnakan (jumlah rakaat) Dzuhur, Ashar, dan Isya' akhir 4 rakaat dalam kondisi hadir (tidak safar) dan ditetapkan shalat sebagaimana kewajibannya yang awal di waktu safar." (HR Ahmad)

*Jama'ah Shalat Jum'at Rahimakumullah*

Mari kita jadikan peristiwa Isra' Mi’raj sebagai momentum untuk memperbaiki diri. Tingkatkan kualitas shalat kita, perkuat hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama manusia, dan jadikan hidup kita lebih bermakna dengan menjalankan perintah-Nya. Semoga kita termasuk golongan hamba-hamba Allah yang diridhai dan diberi kemuliaan di dunia maupun di akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

*Khutbah Kedua*

الْحَمْدُ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدنَا مُحَمَّد مَنْ اَثْنَى اللهُ عَلَيْهِ بِخُلُقٍ حَسَن، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان .فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ .يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ أَمَّا بَعْدُ؛ 

فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى : إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ،. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! 

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Jumat, 17 Januari 2025

DEFINISI CINTA MENURUT AJARAN ISLAM

 

Semua orang di dunia ini membicarakan cinta. Namun hampir semua orang tidak memahami hakikat cinta itu sendiri, baik secara definisi, terminologi, maupun dalam praksis aksiologi nya. Berbicara tentang cinta merupakan obrolan panjang yang bersifat abstrak, absurd, bahkan tak memiliki ujung pembahasan sampai hari kiamat pun.

Sejarah cinta pertama dan romansa didalamnya bahkan sudah ada sejak manusia pertama di Bumi: Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Kisah cinta mereka direkam dalam Ayat Qur’an melebihi kisah cinta Romeo-Julliette nya William Shakespeare dan Qais-Layla Majnun nya Syekh Nizami Ganjavi.

Sekarang, generasi millenial dan generasi bucin pun punya segudang cara mendefinisikan cinta menurut bahasa yang mereka alami sendiri. Mereka mendefinisikan cinta sesuai kadar pemahaman dari pengalamannya masing-masing. Namun, bagaimana Islam memandang persoalan cinta?

Dalil Cinta dalam Alquran

1. Al Imran ayat 14

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Al Imran ayat 14).

2. Al Hujurat ayat  7

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

"Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus," (QS. AL Hujurat ayat 7). 

3. Ar Rum ayat 21

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (QS. Ar Rum ayat 21). 

Islam sebagai agama yang membahas segala hal secara komprehensif tak ketinggalan juga membahas tentang hal-ihwal cinta. Islam mengatur cara jatuh cinta yang benar, siapa yang layak dicintai, dan seterusnya. Bahkan, banyak dari kalangan tokoh Sufi seperti Imam Jalaluddin Ar-Rumi dan gurunya Syamsu Tabrys mendefinisikan “Islam sebagai agama Cinta”.

Seperti ungkapan Imam Jalaluddin Ar-Rumi,

الحب لا يكتب على الورق ،ﻷن الورق قد يمحوه الزمان ، ولايحفر على الحجر لأن الحجر قد ينكسر ، الحب يوصم في القلب وهكذا يبقى إلى الأبد.

“Cinta tidaklah ditulis di atas kertas, karena kertas dapat terhapus oleh waktu, dan tidak pula terukir di atas batu, karena batu dapat pecah. Cinta distigmatisasi di dalam hati, dan tetap abadi selamanya.” (Lihat bab Cinta dalam Kitab Fiihi Maa Fiihi nya Imam Jalaluddin Ar-Rumi)

Dalam Islam, beberapa Ulama mendefinisikan cinta, macam-macam cinta dan pengertiannya dalam kitab Al-mausuah Al-fiqhiyyah juz 36 hal 186,

مَحَبَّةٌ

التَّعْرِيفُ : الْمَحَبَّةُ فِي اللُّغَةِ: الْمَيْلُ إِلَى الشَّيْءِ السَّارِّ.

“Pengertian cinta secara etimologi yaitu condong/suka pada sesuatu yang berjalan.”

قَالَ الرَّاغِبُ الأَصْفَهَانِيُّ : الْمَحَبَّةُ إِرَادَةُ مَا تَرَاهُ أَوْ تَظُنُّهُ خَيْرًا ،وَهِيَ عَلَى ثَلاثَةِ أَوْجُهٍ : مَحَبَّةٌ لِلَّذَّةٍ كَمَحَبَّةِ الرَّجُلِ لِلْمَرْأَةِ ،وَمَحَبَّةٌ لِلنَّفْعِ كَمَحَبَّةِ شَيْءٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، وَمِنْهُ قَوْله تَعَالَى : { وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ } ،وَمَحَبَّةٌ لِلْفَضْلِ كَمَحَبَّةِ أَهْلِ الْعِلْمِ بَعْضَهُمْ لِبَعْضٍ لأَجْلِ الْعِلْمِ

“Imam Ar-Raghib Al-Asfahani berkata: Cinta adalah menghendaki atau mengharap pada sesuatu yang kau lihat atau kau menyangka sesuatu tersebut adalah baik, dan cinta terbagi jadi tiga macam:


1. Cinta untuk kelezatan/kenikmatan, contohnya cintanya dua sejoli yaitu pria pada wanita;

2. Cinta untuk kemanfaatan, seperti cinta pada sesuatu yang bisa untuk dimanfaatkan, sebagian dari itu adalah sebagaimana firman Allah dalam surat As-Shaff ayat 13:

وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ 

“Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”

3. Cinta untuk keutamaan, seperti cinta pada ahli ilmu pada sebagian ke sebagian yang lain dikarenakan ilmu.

أَنَّ الْمَحَبَّةَ مِنَ الأُمُورِ الْقَلْبِيَّةِ الَّتِي لَيْسَ لِلإِنْسَانِ فِيهَا خِيَارٌ وَلا قُدْرَةٌ لَهُ عَلَى التَّحَكُّمِ فِيهَا

“Sesungguhnya cinta adalah urusan hati yang mana tiada kemampuan bagi manusia untuk memilih dan tiada pula kesanggupan atau kemampuan baginya untuk mengontrol cinta.

 

Selian cinta (الحبّ), dalam kitab Al-Mausu’ah Al-fiqhiyyah juz 36 hal 186 juga dijelaskan hubungannya dengan mawaddah (مودّة) dan rindu (العشق) sebagai berikut,

الْمَوَدَّةُ:

الْمَوَدَّةُ فِي اللُّغَةِ: مَحَبَّةُ الشَّيْءِ وَتَمَنِّي كَوْنِهِ ، وَيُسْتَعْمَلُ فِي كُلِّ وَاحِدٍ مِنَ الْمَعْنَيَيْنِ عَلَى أَنَّ التَّمَنِّي يَتَضَمَّنُ مَعْنَى الْوُدِّ ؛ لأَنَّ التَّمَنِّيَ هُوَ تَشَهِّي حُصُولِ مَا تَوَدُّهُ وَمِنْهُ قَوْله تَعَالَى: { وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً } .

Mawaddah (Kasih-Sayang)

Mawaddah menurut bahasa adalah: mencintai sesuatu dan mengharapkan adanya sesuatu itu.

dan dari kedua makna tersebut digunakan satu sama lain yang mana tamanni (pengharapan) menyimpan makna wudd (cinta). Karena tamanni itu mengharap wujudnya sesuatu yang dicintai. termasuk dari hal ini adalah firman Allah Ta'ala,

وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ . . . الروم ٢١

“Dan menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang…” (QS. Ar-Ruum Ayat 21)

وَلا يَخْرُجُ مَعْنَاهُ الاصْطِلاحِيُّ عَنْ مَعْنَاهُ اللُّغَوِيِّ . وَالْفَرْقُ بَيْنَ الْمَحَبَّةِ وَالْمَوَدَّةِ ، أَنَّ الْحُبَّ يَكُونُ فِيمَا يُوجِبُهُ مَيْلُ الطِّبَاعِ وَالْحِكْمَةِ جَمِيعًا ، وَالْوُدُّ مِنْ جِهَةِ مَيْلِ الطِّبَاعِ فَقَطْ. وَعَلَى هَذَا فَالْمَحَبَّةُ أَعَمُّ مِنَ الْمَوَدَّةِ

Makna mawaddah secara istilah tidak keluar dari makna secara bahasa. Dan perbedaan antara mahabbah dan mawaddah adalah bahwa hubb itu berada pada sesuatu yang menetapkan condongnya tabiat dan hikmah secara keseleruhan. sedangkan wudd itu hanya dari segi kecondongan tabiat saja. dan dari sini mahabbah lebih umum dari pada mawaddah.

الْعِشْقُ:

الْعِشْقُ فِي اللُّغَةِ : الإِغْرَامُ بِالنِّسَاءِ وَالإِفْرَاطُ فِي الْمَحَبَّةِ .وَلا يَخْرُجُ الْمَعْنَى الاصْطِلاحِيُّ عَنِ الْمَعْنَى اللُّغَوِيِّ ، وَالصِّلَةُ بَيْنَ الْمَحَبَّةِ وَالْعِشْقِ أَنَّ الْمَحَبَّةَ أَعَمُّ مِنَ الْعِشْقِ.

Al-‘isyqu (rindu)

‘Isyqu secara bahasa adalah rasa rindu yang menggebu-gebu pada perempuan dan berlebihan dalam rasa cinta.

dan makna secara istilah tidak keluar dari makna secara bahasa. Hubungan antara mahabbah dan isyqu itu bahwa mahabbah lebih umum dari pada ‘isyqu.

Macam-macam pengertian mahabbah/ cinta bisa dilihat di kitab As-Syifa (2/390):

اختلف الناس في تفسير محبة الله ، ومحبة النبي – صلى الله عليه وسلم – ، وكثرت عباراتهم في ذلك ، وليست ترجع بالحقيقة إلى اختلاف مقال ، ولكنها اختلاف أحوال :

“Orang-orang berbeda pandangan mengenai rasa cinta kepada Allah, rasa cinta kepada Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam – beraneka ragam ungkapan mengenai hal ini. secara pasti ungkapan-ungkapan itu tidak kembali pada perbedaan, akan tetapi kembali pada perbedaan keadaan:

فقال سفيان : المحبة اتباع الرسول – صلى الله عليه وسلم – ، كأنه التفت إلى قوله – تعالى – : قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني [ آل عمران : 31 ] الآية .

وقال بعضهم : محبة الرسول اعتقاد نصرته ، والذب عن سنته ، والانقياد لها ، وهيبة مخالفته .

Sufyan mengatakan : rasa cinta itu adalah mengikuti Nabi – shallallahu ‘alaihu wa sallam – seakan-akan beliau memperhatikan pada firman Allah Ta'ala,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ . . . ال عمران٣١

“Katakanlah jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku. Maka Allah akan mencintaimu.: (Q.s Ali ‘Imron ayat 31)

Sebagian yang lain mengatakan: rasa cinta kepada Nabi adalah meyakini dalam menolongnya, mempertahankan sunnahnya, tunduk patuh pada sunnahnya, takut menyelisihinya (tidak sesuai dengannya).

وقال بعضهم : المحبة : دوام الذكر للمحبوب .

Sebagian lagi mengatakan: rasa cinta itu terus menerus mengingat sang kekasih

وقال آخر : إيثار المحبوب .

Yang lain mengatakan : lebih mengutamakan kekasih

وقال بعضهم : المحبة الشوق إلى المحبوب .

Sebagian yang lain mengatakan: rasa cinta ialah kerinduan mendalam pada kekasih

وقال بعضهم : المحبة مواطأة القلب لمراد الرب ، يحب ما أحب ، ويكره ما كره .

Sebagian yang lain mengatakan : rasa cinta itu ialah berkesesuaian/setuju terhadap kehendak Tuhan, mencintai apa yang dicintai, membenci apa yang dibenci 

وقال آخر : المحبة ميل القلب إلى موافق له .

Yang lain mengatakan : rasa cinta yaitu cenderungnya hati untuk mencocoki.

وأكثر العبارات المتقدمة إشارة إلى ثمرات المحبة دون حقيقتها .

Ungkapan-ungkapan di atas lebih banyak mengisyaratkan buah dari cinta bukan hakikat cinta

وحقيقة المحبة الميل إلى ما يوافق الإنسان وتكون موافقته له إما لاستلذاذه بإدراكه ، كحب الصور الجميلة ، والأصوات الحسنة ، والأطعمة ، والأشربة اللذيذة ، وأشباهها مما كل طبع سليم مائل إليها لموافقتها له ، أو لاستلذاذه بإدراكه بحاسة عقله ، وقلبه معاني باطنة شريفة ، كمحبة الصالحين ، والعلماء ، وأهل المعروف المأثور عنهم السير الجميلة ، والأفعال الحسنة ، 

Haqiqat dari cinta adalah kecenderungan atau kecondongan pada hal yang sesuai dengan seseorang, kesesuaian itu ada kalanya karena rasa nikmat yang didapatkannya, seperti gambar-gambar yang indah, suara merdu, makanan dan minuman yang lezat dan lain-lain dari setiap hal yang mana tabiat yang normal condong padanya karena ada kesesuaian atau kecocokan padanya, atau merasa nikmat dengan apa yang dirasakan akal dan hati terhadap makna-makna batin yang mulia. seperti rasa cinta pada orang-orang sholih, orang-orang ‘alim, orang yang ahli berbuat kebaikan yang berkesan dari perjalan hidup indah mereka, perilaku-perilaku yang baik.

فإن طبع الإنسان مائل إلى الشغف بأمثال هؤلاء حتى يبلغ التعصب بقوم لقوم ، والتشيع من أمة في آخرين ما يؤدي إلى الجلاء عن الأوطان وهتك الحرم ، واخترام النفوس ، أو يكون حبه إياه لموافقته له من جهة إحسانه له ، وإنعامه عليه ، فقد جبلت النفوس على حب من أحسن إليها.

Karena tabiat manusia cenderung pada kegemaran dengan meniru mereka sehingga timbul gelora semangat kefanatikan kaum pada kaum yang lain. Dan bentuk keberpihakan umat pada yang lain pada sesuatu hal yang dapat menetakan untuk perpindahan meninggalkan tanah air, menerjang hal-hal yang menghalangi, dan merusak jiwa, atau adakalanya rasa cinta seseorang itu timbul karena mencocoki dari segi perbuatan baik yang dilakukan padanya, pemberian nikmat padanya. karena jiwa itu tercipta untuk mencintai orang yang berbuat baik padanya.”

Ada berbagai bentuk cinta dalam kehidupan manusia. Mengutip buku Cinta Berbalut Takwa oleh Suktron Abdilah (2019: 88), berikut bentuk-bentuk cinta menurut pandangan Islam dan para ulama.

1. Cinta kepada Allah SWT

Kedudukan cinta yang paling tinggi bagi manusia adalah cinta kepada Allah. Umat Muslim yang mencintai Allah akan selalu berusaha untuk mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT pada Surat Al Baqarah ayat 165.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman mereka sangat mencintai Allah." (QS. Al Baqarah: 165)

2. Cinta terhadap Alam Sekitar

Setelah mencintai Allah yang merupakan pencipta seluruh isi alam semesta, secara otomatis seorang hamba juga akan mencintai segala yang diciptakan-Nya dan berusaha untuk menjaganya. Rasa cinta kepada alam sekitar dapat diwujudkan dengan menjaga kebersihan lingkungan, merawat tumbuhan, serta menyayangi hewan.

3. Cinta terhadap Sesama Manusia

Dalam Islam, cinta kepada manusia juga merupakan perwujudan dari cinta kepada Allah. Jika seseorang mencintai Allah, ia juga akan mencintai manusia lainnya. Hal inilah yang mendorong manusia untuk berbuat baik kepada sesamanya.

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia agar saling mengenal dan mengasihi. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Hujurat ayat 13. 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. AlHujurat ayat 13)

Maka dari itu, saat kita berbicara cinta, jangan terlebih dahulu memvonis orang bahwa cinta itu diharamkan. Karena cinta itu karunia dari Allah SWT. Orang yang tidak punya cinta, tidak akan bisa menebar cinta dan kasih kepada makhluk Allah yang lain. Padahal agama selalu mengajarkan cinta dan menjadikan cinta sebagai perilaku bagi orang-orang yang beriman. Wallahu a'lam bish-Shawab

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق إلى أقوم الطريق*

Sabtu, 11 Januari 2025

MACAM-MACAM BENTUK PENGKADERAN NAHDLATUL ULAMA

Nahdlatul Ulama telah memiliki tiga jenjang kaderisasi yang merupakan hasil dari Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Konbes NU) di Jakarta, pada 20-21 Mei 2022 silam. Kaderisasi ini juga diatur dalam Peraturan Perkumpulan tentang Sistem Kaderisasi.

Tiga jenjang kaderisasi itu adalah 

1. Pendidikan Dasar Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PD-PKPNU), 

2. Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (P-MKNU), dan

3. Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN-NU).

Peserta di dalam PD-PKPNU sebagai pelatihan kader jenjang pertama adalah setiap warga NU yang berkeinginan menjadi pengurus perkumpulan NU dan penggerak di lingkungan NU di tingkat MWCNU dan ranting.

Sementara peserta P-MKNU adalah setiap warga NU yang pernah mengikuti dan dinyatakan lulus PKPNU dan MKNU (jalur kaderisasi lama), serta badan otonom tingkat menengah yang berkeinginan menjadi pengurus NU di tingkat cabang.

Lalu peserta AKN-NU adalah peserta yang sebelumnya sudah lulus P-MKNU dan pengaderan badan otonom tertinggi yang berkeinginan menjadi calon pengurus dan pengurus perkumpulan di tingkat wilayah dan pengurus besar.

Kamis, 09 Januari 2025

HUKUM ASAL MUSIK DAN NYANYIAN ADALAH BOLEH

Hukum musik, bernyanyi dan seni pada dasarnya adalah boleh (mubah), selaras dengan fitrah kemanusiaan yang senang dengan keindahan. Musik bersifat dinamis sehingga bisa disesuaikan dengan suasana.

Ada sebuah ungkapan, “Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dan dengan agama hidup menjadi terarah” adalah sebuah kalimat yang mengandung makna bahwa seseorang harus memiliki ilmu yang bermanfaat, akhlak dan moral yang baik, serta jiwa seni yang dapat menghibur diri. 

Islam tidak melarang umatnya untuk mengekspresikan diri lewat seni, termasuk soal musik. Umat muslim diperbolehkan mendengarkan musik dan lagu asalkan tidak berlebihan serta tidak menimbulkan hal yang menyebabkan keburukan.

Kemudian ulama memang ada yang mengharamkan musik karena beberapa alasan hukum/illatul ahkam. 

Para ulama yang tidak membolehkan musik, nyanyian, dan seni, pada dasarnya karena ada faktor tertentu. Pertama,  faktor eksternal, yaitu suatu permainan berupa kemungkaran yang menyertai atau diikuti nyanyian, musik dan seni.

Artinya jika nyanyian sekadar nyanyian saja, dan bermusik sekedar  bermusik saja, juga seni koreografi sekadar koreografi semata, yang di dalamnya tidak ada permainan berupa kemungkaran, seperti mabuk-mabukan, maka tidak apa-apa.

Kedua, karena adanya instrumen alat musik yang dilarang, yang sejatinya tidak semata-mata instrumen alat musik itu yang menyebabkan haramnya nyanyian, melainkan karena ilat (sebab)nya alat-alat itu identik dengan syiar orang-orang yang berperilaku buruk. Hal ini dapat dipahami dari pernyataan Imam Al-Ghazâlî,

وكل ذلك جائز ما لم يدخل فيه المزامير والأوتار التي من شعار الأشرار

“Semua alat musik itu boleh kecuali seruling dan gitar, karena bagian dari syiar orang-orang yang buruk.” (Imam Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulȗm Ad-Dîn, juz II, halaman 273-274).

ويهذه العلة يحرم ضرب الكوبة وهو طبل مستطيل دقيق الوسط واسع الطرفين وضربها عادة المخنثين، ولولا ما فيه من التشبه لكان مثل طبل الحجيج والغزو

“Dengan alasan ini pula haram menabuh gendang atau drum, yaitu sejenis alat musik tabuh panjang yang memiliki lobang di tengah, dan lebar kedua sisinya. Menabuh gendang ini adalah kebiasaan waria. Andaikan tidak ada kesamaan dengan kebiasaan waria maka boleh, seperti gendang haji dan perang.” (Ihyâ’ ‘Ulȗm al-Dîn, Juz 2, halaman 270).

Secara spesifik, ada yang melarang penggunaan alat musik tiup (seruling) dan alat musik petik (gitar) ini berdasarkan teks hadits, dan ada pula yang melihat faktor alasannya, yaitu karena alat musik tiup (seruling) dan alat musik petik (gitar), pada masa lalu sangat identik dengan musik-musik para pemabuk, pezina dan sebagainya (Sya‘â’ir Al-Asyrâr). Jadi, sudah maklum dalam hukum fiqih jika faktor alasannya hilang maka hukumnya juga berubah (Al-Hukmu yadȗru ma‘a ‘illatihi wujȗdan wa‘adaman).

Hari ini gitar dan seruling tidak lagi identik dengan musik-musik orang yang perilakunya buruk. Gitar dan seruling, juga gendang dan drum saat ini tidaklah lagi identik dengan syiar orang-orang yang berperilaku buruk, justru dipakai untuk mengiringi nyanyian yang bernuansa dakwah, misalnya digunakan oleh Raja Dangdut Rhoma Irama dan Soneta, juga digunakan grup qasidah perempuan yang legendaris, bernama Nasidaria.

Oleh karena itu, pernyataan Imam al-Ghazâlî ini penting digarisbawahi,

فهذه المقاييس والنصوص تدل على إباحة الغناء والرقص والضرب بالدف واللعب بالدرق والحراب والنظر إلى رقص الحبسة والزنوج في أوقات السرور كلها قياسا على يوم العيد فإنه وقت سرور، وفي معناه يوم العرس والوليمة والعقيقة والختان ويوم القدوم من السفر وسائر أسباب الفرح وهو كل ما يجوز به الفرح شرعا، ويجوز الفرح بزيارة الإخوان ولقائهم واجتماعهم في موضع واحد على طعام أو كلام.

“Berdasarkan dalil qiyas dan dalil nash menunjukkan diperbolehkan nyanyian, menggerakkan tubuh atau koreografi (dengan catatan tidak memicu atau menimbulkan syahwat), menabuh terbang, mainan perang-perangan, melihat gerakan tubuh orang habasyah (kulit hitam), di waktu bahagia yaitu hari raya, pernikahan, walimah, aqiqah, khitan, kedatangan tamu dan bentuk kebahagiaan yang lain. Yaitu hal yang diperbolehkan dalam syariat maka boleh untuk bersenang-senang, mengunjungi saudara, bertemu dengan kawan, berkumpul dalam satu tempat untuk makan-makan atau berdiskusi.” (Al-Ghazali: II/276).

Imam Al-Jazîrî (w. 1360 H/1941 M), ulama Mesir, mengupas masalah ini,

حكم الغناء. 

مقدمة: ومما يتعلق بالوليمة الغناء - بكسر الغين والمد - والسماع. فهل تسقط إجابة الدعوى إلى الوليمة إذا كانت مشتملة على غناء ولعب مما جرت به عادة الناس؟ والجواب أن الإجابة لا تسقط إلا إذا كان الغناء أو اللعب غير مباح شرعاً، أما اللعب الخفيف والغناء المباح فإنهما لا يسقطان الإجابة

“Hukum Bernyanyi. Pengantar: Dan di antara hukum yang berkaitan dengan walimah (pesta) adalah bernyanyi, dan mendengarkan nyanyian (lagu). Apakah keharusan menghadiri undangan walimah itu menjadi gugur, ketika walimah tersebut memuat nyanyian dan permainan sebagaimana yang biasanya berlaku di masyarakat? Jawab: Bahwa keharusan menghadiri undangan tersebut tidaklah gugur, kecuali bila nyanyian ataupun permainan itu tidak diperbolehkan dalam syara’; adapun permainan ringan dan nyanyian yang mubah, maka keduanya tidaklah menggugurkan keharusan menghadiri acara tersebut.

وذلك لأن أغراض الشريعة السمحة ومقاصدها في تشريعها تنحصر في تهذيب الأخلاق وتطهير النفوس من أدران الشهوات الفاسدة وأوزارها، فأي عمل من الأعمال يترتب عليه اقتراف منكر فهو حرام مهما كان في ذاته حسناً، فالتغني من حيث كونه ترديد الصوت بالألحان مباح لا شيء فيه، ولكن قد يعرض له ما يجعله حراماً أو مكروهاً ومثله اللعب، فيمتنع الغناء إذا ترتب عليه فتنة بامرأة لا تحل أو بغلام أمرد، كما يمتنع إذا ترتب عليه تهيج لشرب الخمر أو تضييع للوقت وانصراف عن أداء الواجبات، أما إذا لم يترتب عليه شيء من ذلك فإنه يكون مباحاً

Hal tersebut karena sasaran Syariat yang luhur dan tujuan-tujuannya dalam penetapan aturan terfokus dalam mendidik akhlak dan mensucikan hati dari kotoran-kotoran syahwat yang rusak dan dosa-dosanya, oleh karena itu, setiap perbuatan yang menimbulkan perbuatan mungkar maka haram, meskipun pada zat (substansi)nya baik. Maka bernyanyi dari segi kelenturan (keindahan) suara maka hukumnya mubah (boleh) tidak terlarang, akan tetapi terkadang ditampilkan padanya (dalam nyanyian) sesuatu yang menjadikannya haram atau makruh, dan semacam nyanyian adalah permainan, maka bernyanyi menjadi terlarang bila menimbulkan fitnah terhadap seorang perempuan yang tidak halal (bukan mahram) atau remaja yang tampan (amrad), sebagaimana bernyanyi menjadi dilarang ketika menimbulkan dorongan untuk minum khamer atau menyia-nyiakan waktu dan berpaling dari mengerjakan kewajiban. Adapun jika bernyanyi dan permainan itu tidak menimbulkan sesuatu yang dilarang tersebut maka hukumnya mubah (boleh).

فلا يحل التغني بالألفاظ التي تشتمل على وصف امرأة معينة باقية على قيد الحياة، لأن ذلك يهيج الشهوة إليها ويبعث على الافتنان بها، فإن كانت قد ماتت فإن وصفها لا يضر لليأس من لقائها ومثلها في ذلك الغلام الأمرد. ولا يحل التغني بالألفاظ الدالة على وصف الخمرة المرغبة فيها لأن ذلك يهيج إلى شرابها وحضور مجالسها، وذلك جريمة في نظر الشريعة. ولا يحل التغني بالألفاظ الدالة على هجاء الناس مسلمين كانوا أو ذميين، لأن ذلك محرم في نظر الدين فلا يحل التغني به ولا سماعه

Maka tidaklah halal (haram) bernyanyi dengan lirik-lirik yang memuat ungkapan mengenai sifat seorang perempuan spesifik yang --tetap dibatasi-- masih hidup, karena hal itu mendorong timbulnya syahwat kepadanya dan memicu fitnah terhadapnya. Akan tetapi jika perempuan itu sudah meninggal dunia, maka menyebutnya tidaklah membahayakan, karena tidak bisa lagi berjumpa dengannya, dan semacamnya dalam hal tidak halal tersebut adalah seorang anak remaja yang tampan (amrad). Tidak halal (haram) bernyanyi dengan lirik-lirik yang menunjukkan pada identitas khamer yang digandrungi, karena hal itu memicu untuk meminumnya dan mendatangi tempat-tempat khamer, dan hal itu merupakan kejahatan atau tindak pidana (jarîmah) dalam perspektif Syariat. Juga tidak halal (haram) bernyanyi dengan lirik-lirik yang menunjukkan cacian terhadap manusia baik kaum Muslim maupun dzimmi (non muslim), karena hal itu diharamkan dalam kacamata agama, sehingga tidaklah halal bernyanyi dengan lirik-lirik tersebut, juga tidak halal mendengarkannya.

أما التغني بالألفاظ المشتملة على الحكم والمواعظ، والمشتملة على وصف الأزهار والرياحين والخضر والألوان والماء ونحو ذلك، أو المشتملة على وصف جمال إنسان غير معين إذا لم يترتب عليه فتنة محرمة فإنه مباح لا ضرر فيه

Adapun bernyanyi dengan lirik-lirik yang mengandung hikmah (pelajaran berharga) dan petuah-petuah, dan yang memuat ekspresi tentang bunga-bunga, mewangian, kesuburan, warna-warni, air dan semacamnya, atau yang memuat ekspresi tentang keindahan seorang manusia tanpa (menyebutkan identitas) eksplisit bila tidak menimbulkan fitnah yang diharamkan, maka hukumnya mubah (boleh) tidak ada bahaya di dalamnya.” 

(Imam Al-Jazîrî, Al-Fiqh ‘Alâ Al-Madzâhib Al-Arba‘ah, [Dâr Al-Bayân Al-‘Arabî, 2005], juz II, halaman, 35-36).

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa hukum musik, bernyanyi dan seni pada dasarnya adalah boleh (mubah), selaras dengan fitrah kemanusiaan yang senang dengan keindahan dan kelezatan (jamâl, ladzdzah), dan sejatinya sangatlah dinamis (tidak kaku).

Hal yang menjadikannya berubah dari hukum boleh menjadi haram, pada dasarnya sebab faktor eksternal, seperti sengaja merangsang birahi atau syahwat, menyertai kemungkaran, seperti mabuk-mabukan, dan motif atau tujuan menyerupai pelaku kemungkaran (tasyabbuh) serta menyemarakkan kemaksiatan.

Dalam kerangka inilah, justru musik, bernyanyi dan seni bisa menjadi media (wasilah) untuk dakwah meningkatkan keimanan dan kebajikan (amal saleh), sehingga hukumnya bisa menjadi wajib ketika dakwah di era medsos, era digital dan milenial saat ini tidak efektif atau tidak sempurna tanpa diiringi dengan musik, bernyanyi dan seni. Ini sejalan dengan kaidah fiqih (مالا يتم الواجب الا به فهو الواجب) “mâ lâ yatimmu al-wâjib illâ bihi fahuwa wâjib” [Sesuatu yang dengannya kewajiban menjadi sempurna, maka ia pun menjadi wajib]. Wallahu a’lam bis shawab.

,*والله الموفق الى أقوم الطريق*