MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Sabtu, 23 April 2022

MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB AN-NAJD PELOPOR PAHAM WAHABI ADALAH SHAHAFI (BELAJAR TAFSIR DAN HADITS TANPA SANAD/GURU)

Ternyata Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najd belajar ilmu tafsir dan hadits tanpa sanad/tanpa guru pembimbing alias shahafi disebutkan dalam biografinya yang ditulis oleh pengikutnya sendiri dalam salah satu kitab karya ulama wahabi yaitu kitab 'Unwan Al-Majdi Fi Tarikh An-Najdi juz 1 hal. 33 karya Syeikh Utsman bin Abdullah bin Bisyr cetakan ke-4 Ar-Riyadh 1402 H/1982 M disebutkan, 

فقراء الشيخ محمد بن عبد الوهاب على ابيه فى الفقه, وكان رحمه الله فى صغيره كثير المطالعة فى كتب التفسير والحديث وكلام العلماء فى اصل الاسلام. فشرح الله صدره فى معريفة التوحيد وتحقيقه, ومعريفة نواقضه المضلة عن طريقه.

"Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab membaca (belajar) pada ayahnya dalam ilmu fiqih, dan beliau (semoga Allah merahmatinya), di masa mudanya banyak membaca kitab-kitab tafsir dan hadits serta perkataan ulama tentang asal-usul Islam. Maka Allah membuka (menjelaskan) hatinya dalam mengerti (memahami) tauhid dan kebenarannya, dan mengerti cara dalam mengatasi kesesatan dari jalannya." ('Unwan Al-Majdi Fi Tarikh An-Najdi juz 1 hal. 33). 

Syaikh Nashir Al-Asad menjelaskan mengenai status orang yang belajar kitab (muthala'ah) tanpa guru,

أَمَّا مَنْ كَانَ يَكْتَفِي بِاْلأَخْذِ مِنَ الْكِتَابِ وَحْدَهُ دُوْنَ أَنْ يُعَرِّضَهُ عَلَى الْعُلَمَاءِ وَدُوْنَ أَنْ يَتَلَقَّى عِلْمُهُ فِي مَجَالِسِهِمْ فَقَدْ كَانَ عَرَضَةً لِلتَّصْحِيْفِ وَالتَّحْرِيْفِ، وَبِذَلِكَ لَمْ يَعُدُّوْا عِلْمَهُ عِلْمًا وَسَمُّوْهُ صَحَفِيًّا لاَ عَالِمًا …. فَقَدْ كَانَ الْعُلَمَاءُ يُضَعِّفُوْنَ مَنْ يَقْتَصِرُ فِي عِلْمِهِ عَلَى اْلأَخْذِ مِنَ الصُّحُفِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَلْقَى الْعُلَمَاءَ وَيَأْخُذَ عَنْهُمْ فِي مَجَالِسِ عِلْمِهِمْ، وَيَسُمُّوْنَهُ صَحَفِيًّا، وَمِنْ هُنَا اشْتَقُّوْا “التَّصْحِيْفَ” وَأَصْلُهُ “أَنْ يَأْخُذَ الرَّجُلُ اللَّفْظَ مِنْ قِرَاءَتِهِ فِي صَحِيْفَةٍ وَلَمْ يَكُنْ سَمِعَهُ مِنَ الرِّجَالِ فَيُغَيِّرُهُ عَنِ الصَّوَابِ”. فَاْلإِسْنَادُ فِي الرِّوَايَةِ اْلأَدَبِيَّةِ لَمْ يَكُنْ، فِيْمَا نَرَى، إِلاَّ دَفْعًا لِهَذِهِ التُّهْمَةِ (مصادر الشعر الجاهلي للشيخ ناصر الاسد ص 10 من مكتبة الشاملة)

“Orang yang hanya mengambil ilmu melalui kitab saja tanpa memperlihatkannya kepada ulama dan tanpa berjumpa dalam majlis-majlis ulama, maka ia telah mengarah pada distorsi. Para ulama tidak menganggapnya sebagai ilmu, mereka menyebutnya shahafi atau otodidak, bukan orang alim… Para ulama menilai orang semacam ini sebagai orang yang dlaif (lemah). Ia disebut shahafi yang diambil dari kalimat tashhif, yang artinya adalah seseorang mempelajari ilmu dari kitab tetapi ia tidak mendengar langsung dari para ulama, maka ia melenceng dari kebenaran. Dengan demikian, Sanad dalam riwayat menurut pandangan kami adalah untuk menghindari kesalahan semacam ini.” (Mashadir Asy-Syi’ri Al-Jahili juz 10). Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar