MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 27 Juli 2023

KAJIAN TENTANG TRADISI 10 MUHARRAM SEBAGAI HARI RAYA ANAK YATIM

Idul Yatama (hari raya anak-anak yatim) yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram (Asyura) sebenarnya bukan hari raya sebagaimana hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Istilah Idul Yatama hanya sebagai ungkapan kegembiraan bagi anak-anak yatim. Karena pada tanggal tersebut, banyak orang yang memberikan perhatian dan santunan kepada mereka.

Dalam hadits riwayat Abu Dawud ra. dinyatakan bahwa Hari Raya umat Islam hanya ada dua, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri,

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ “

Dari Anas, ia berkata, Rasulallah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah dan mereka (orang Madinah) menjadikan dua hari raya dimana mereka bergembira. Lalu Rasulullah bertanya, “Apa maksud dua hari ini?” Mereka menjawab, “Kami biasa bermain (bergembira) pada dua hari ini sejak zaman Jahiliyah.” Rasulallah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untukmu dengan dua hari raya yang lebih baik dari padanya, yaitu hari raya Adha dan hari raya Fitri."  (HR. Abu Daud no. 1134)

Dari sini dapat dipahami, selain Idul Adha dan Idul Fitri bukanlah hari raya yang sebenarnya, melainkan semacam perayaan. Dalam syair-syair Arab, banyak terdapat kata-kata ‘Ied, tetapi yang dimaksud bukan hari raya melainkan hari kegembiraan. Jadi, Istilah Idul Yatama tidak jauh berbeda dengan istilah Hari Pahlawan, Hari Kemerdekaan, Hari Lingkungan Hidup, Hari Ibu, dan sejenisnya. Hanya semacam momen untuk mengingatkan masyarakat agar peduli kepada nasib anak-anak yatim. Momen itu tidak pula dimaksudkan bahwa santunan kepada anak yatim hanya berlangsung pada tanggal 10 Muharram. Menyantuni anak yatim bisa dilakukan kapanpun dan di manapun.

Momentum 10 Muharram dijadikan sebagai Idul Yatama, berdasarkan anjuran untuk menyantuni anak-anak yatim pada hari tersebut. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyayangi anak-anak yatim. Dan beliau lebih menyayangi lagi pada hari Asyura (tanggal 10 Muharram). Dimana pada tanggal tersebut, Beliau menjamu dan bersedekah bukan hanya kepada anak yatim, tapi juga keluarganya. Dalam kitab Faidul Qadir disebutkan, menjamu anak yatim dan keluarganya pada tanggal 10 Muharram merupakan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. dan pembuka keberkahan hingga setahun penuh.

Kemudian dalam kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً

“Barangsiapa berpuasa para hari Asyura (tanggal 10) Muharran, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada’. Dan baragsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya“.

Sanad hadits ini memang dla’if (lemah), tapi isinya (matan hadits) boleh diamalkan, karena berkaitan dengan kebajikan-kebajikan (fadla’ilul a’mal).

Mengenai maksud “mengusap kepala anak yatim” dalam hadits di atas, sebagian ulama mengartikannya sebagai makna hakiki (mengusap kepala dengan tangan), dan sebagian lainnya mengartikan sebagai makna kinayah (kiasan). Ibnu Hajar al-Haitami menyatakan,

 والمراد من المسح في الحديث الثاني حقيقته كما بينه آخر الحديث وهو (من مسح رأس يتيم لم يمسحه إلا لله كان له بكل شعرة تمر عليها يده عشر حسنات ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده كنت أنا وهو في الجنة كهاتين وقرن بين أصبعيه) . وخص الرأس بذلك لأن في المسح عليه تعظيما لصاحبه وشفقة عليه ومحبة له وجبرا لخاطره، وهذه كلها مع اليتيم تقتضي هذا الثوب الجزيل….

“Maksud dari “mengusap” dalam hadits yang kedua adalah makna hakiki, sebagaimana diterangkan oleh hadits lain, yaitu “Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim semata-mata karena Allah, niscaya Allah memberikan 10 kebaikan pada setiap helai rambut yang diusapnya. Dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim, perempuan atau laki-laki, niscaya aku (Nabi Muhammad) akan bersamanya seperti ini (dua jari tangan); lalu Nabi berisyarah dengan dua jarinya”. Penyebutan kata ra’sun (kepala), karena mengusap kepala berarti menghargai, mengasihi, cinta kasih, dan mengayomi kebutuhannya. Jika semua itu dilakukan pada anak yatim, maka akan mendapatkan pahala yang sangat besar….” (al-Fatawa al-Haditsiyyah li-Ibni Hajar al-Haitami, 1/43)

Sedangkan Syeikh Abu Thayyib menyatakan,

قال الطيبي: مسح رأس اليتيم كناية عن الشفقة والتلطف إليه، ولما لم تكن الكناية منافية لإرادة الحقيقة لإمكان الجمع بينهما

“Abu Thayyib berkata, “Mengusap kepala anak yatim adalah sebuah kinayah tentang kasih sayang dan sikap lemah lembut (kepada anak yatim). Makna kinayah ini tidak bertentangan dengan makna hakiki, karena keduanya bisa dipadukan”. (Mirqatul Mafatih, 8/3115)

Kasih sayang kepada anak yatim, tentu saja bukan hanya diwujudkan dengan belaian rambut belaka, tapi juga mengurus anak yatim secara baik dan memberi santunan untuk sandang, pangan, papan, dan pendidikannya. Maka, pemberian santunan bukan hanya dilakukan pada tanggal 10 Muharram saja, tapi juga pada bulan-bulan lainnya.

*Tradisi Masyarakat dan Ulama*

Menyantuni anak yatim pada tanggal 10 Muharram (Asyura) merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak lama. al-Hafizh Ibnu Al-Jauzi (508-597 H/1114-1201 M), seorang ahli hadits Madzhab Hanbali, menjelaskan kebiasaan para ulama pada hari Asyura,

فَوَائِدُ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ. اَلْفَائِدَةُ اْلأُوْلَى: يَنْبَغِيْ أَنْ تَغْسِلَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَقَدْ ذُكِرَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يَخْرِقُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ زَمْزَمَ إِلىَ سَائِرِ الْمِيَاهِ، فَمَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَئِذٍ أَمِنَ مِنَ الْمَرَضِ فِيْ جَمِيْعِ السَّنَةِ، وَهَذَا لَيْسَ بِحَدِيْثٍ، بَلْ يُرْوَى عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. اْلفَائِدَةُ الثَّانِيَةُ: الصَّدَقَةُ عَلىَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ. اْلفَائِدَةُ الثَّالِثَةُ: أَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةُ أَنْ يُفَطِّرَ صَائِمَا. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةُ أَنْ يُسْقِيَ الْمَاءَ. اَلْفَائِدَةُ السَّادِسَةُ أَنْ يَزُوْرَ اْلإِخْوَانَ. اَلْفَائِدَةُ السَّابِعَةُ: أَنْ يَعُوْدَ الْمَرِيْضَ. اَلْفَائِدَةُ الثَّامِنَةُ أَنْ يُكْرِمَ وَالِدَيْهِ وَيَبُرَّهُمَا. الْفَائِدَةُ التَّاسِعَةُ أَنْ يَكْظِمَ غَيْظَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْعَاشِرَةُ أَنْ يَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَهُ. اَلْفَائِدَةُ الْحَادِيَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنَ الصَّلاَةِ وَالدُّعَاءِ وَاْلاِسْتِغْفَارِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّانِيَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ. اَلْفَائِدَةُ الثَّالِثَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُمِيْطَ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ. اَلْفَائِدَةُ الرَّابِعَةَ عَشَرَةَ أَنْ يُصَافِحَ إِخْوَانَهُ إِذَا لَقِيَهُمْ. اَلْفَائِدَةُ الْخَامِسَةَ عَشَرَةَ: أَنْ يُكْثِرَ فِيْهِ مِنْ قِرَاءَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ لِمَا رُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: مَنْ قَرَأَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَلْفَ مَرَّةٍ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ نَظَرَ اللهُ إِلَيْهِ وَمَنْ نَظَرَ إِلَيْهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ أَبَدًا 

Faidah-faidah hari Asyura :

1. Mandi pada hari Asyura. Telah disebutkan bahwa Allah SWT membedah komunikasi air Zamzam dengan seluruh air pada malam Asyura’. Karena itu, siapa yang mandi pada hari tersebut, maka akan aman dari penyakit selama setahun. Ini bukan hadits, akan tetapi diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a.

2. Bersedekah kepada fakir miskin.

3. Menyantuni dan mengusap kepala anak yatim.

4. Memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa.

5. Memberi minuman kepada orang lain.

6. Mengunjungi saudara seagama (silaturrahim).

7.Menjenguk orang sakit.

8.Memuliakan dan berbakti kepada kedua orang tua.

9. Menahan amarah dan emosi.

10. Memaafkan orang yang berbuat zalim.

11. Memperbanyak ibadah seperti shalat, doa, dan istighfar.

12. Memperbanyak zikir kepada Allah.

13. Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu di jalan.

14. Berjabat tangan dengan orang yang dijumpai.

15. Memperbanyak membaca surat al-Ikhlash, sampai seribu kali. Karena ada atsar yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib r.a.: Barangsiapa membaca surah al-Ikhlash 1000 kali pada hari Asyura, maka Allah akan “memandangnya”. Barangsiapa “dipandang” oleh Allah, maka Dia tidak akan mengazab selamanya." (Al-Hafizh Ibnu Al-Jauzi Al-Hanbali, Al-Majalis, hal. 73-74, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah).

Juga riwayat hadits berikut, 

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلي الله عليه وسلم من صام يوم عاشوراء من المحرم اعطاه الله تعالي ثواب عشرة الاف مللك ومن صام يوم عاشوراء من المحرم اعطي ثواب عشر شهيد ومن مسح يده علي راس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالي له بكل شعرة درجة

Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra. Ia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barang siapa puasa pada hari ‘asyura (10 Muharram), Allah memberikan 10.000 pahala malaikat. Barang siapa puasa pada hari ‘asyura Muharram, Allah memberikan pahala 10.000 para syuhada’. Dan barang siapa mengusap kepala anak yatim pad tgl 10 muharram, Allah mengangkat derajatnya dengan setiap rambut yang diusap." (Manaahiij al-Imdaad I/521)

عن أبي هريرة ان رجلا شكى إلى النبي صلى الله عليه و سلم قسوة قلبه فقال اطعم المسكين وامسح رأس اليتيم وسنده حسن

Ada hadits hasan yang dimiliki oleh Imam Ahmad dari riwayat Abu Hurairah, "Sesungguhnya seorang lelaki mengadu pada Nabi shallallaahu alaihi wasallam tentang kerasnya hatinya, Nabi bersabda ‘Berikan makanan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim” (HR. Ahmad, sanadnya Hasan). [ Fath al-Baari XI/151 ].

Kesimpulannya, tradisi menyantuni anak yatim pada hari 'Asyura memang sudah ada sejak lama, dan dilakukan oleh masyarakat umum maupun para ulama. Dari tradisi tersebut lalu muncul istilah Idul Yatama (hari raya anak yatim). Namun, yang dimaksud Idul Yatama bukanlah hari raya seperti Idul Fitri atau Idul Adha, melainkan momen untuk membahagiakan hati anak yatim. Juga waktu yang tepat untuk mengingatkan orang yang selama ini acuh tak acuh, agar terbuka mata hatinya sehingga mau memperhatikan nasib anak-anak yatim. Momen 10 Muharram tidak pula dimaksudkan bahwa santunan kepada anak yatim hanya berlangsung pada hari tersebut, karena menyantuni anak yatim bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Wallahu a’lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin 

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Selasa, 04 Juli 2023

BACAAN KHUTBAH SAAT LAMARAN BERIKUT DOANYA

 

*Khutbah lamaran dan doa bagi laki-laki yang akan melamar*

Prosesi lamaran (khitbah) merupakan pembuka dari prosesi akad nikah. Pada saat prosesi lamaran tersebut, ada kesunnahan yang pahalanya besar, yakni menyampaikan khutbah. 

Keterangan tentang kesunnahan khutbah pada saat prosesi lamaran ini bisa kita simak pada pemaparan Imam Al-Mawardi dalam kitab Al-Hawi al-Kabir (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999), juz IX, hal. 163, 

قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: اعْلَمْ أَنَّ خُطْبَةَ النِّكَاحِ قَبْلَ الْخِطْبَةِ سُنَّةٌ مُسْتَحَبَّةُ 

“Imam al-Mawardi berkata: “Ketahuilah bahwa khutbah nikah sebelum acara lamaran itu hukumnya sunnah.”   

Adapun khutbah yang dibacakan saat mau melamar perempuan sebagaimana yang disampaiakan oleh Imam Abu Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf al-Fairuzzabadi al-Syairazi dalam Al- Muhadzdzab fi Fiqh al-Imam al-Syafi’i (Damaskus: Dar al-Qalam, 1992), juz II, hal. 437 sebagai berikut,

الْحَمْدُ لِلّٰهِ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَآ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

“Segala puji bagi Allah, kami memohon pertolongan pada-Nya, kami memohon ampunan pada-Nya, kami memohon perlindungan dengan-Nya atas segala kejelekan diri kami. Barangsiapa diberi hidayah oleh Allah, maka tiada yang bisa menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan maka tiada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah  utusan-Nya.   

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.   

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.   

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung."

*Doa Setelah Melamar*

Dikutip dari karya Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi al-Dimasyqi, Al-Adzkâr al-Muntakhabah min Kalâmi Sayyid al-Abrâr, (Surabaya: Kharisma, 1998), halaman: 283, berikut ini adalah doa yang sepatutnya diucapkan oleh seorang calon mempelai yang akan melaksanakan prosesi khitbah. 

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينْ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيّدِنَا محمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِينْ.

 أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّه وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَقْدِرُ وَلآ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلآ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ فَإِنْ رَأَيْتَ لِيْ فِيْ (.......) خَيْرًا فِى دِيْنِيْ وَآخِرَتِيْ فَاقْدِرْهَا لِيْ

جِئْتُكُمْ رَاغِباً فِي فَتَاتِكُمْ (......) أَوْ فِي كَرِيْمَتِكُمْ ...... بِنْتِ .......

"Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Salam dan shalawat semoga terlimpah kepada  sayyidinaa penghulu kami Nabi Muhammad, kepada seluruh keluarganya  sahabatnya."

“Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba dan utusan-Nya.”

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Menakdirkan, dan bukanlah aku yang menakdirkan. Dan (Engkau) Maha Mengetahui apa yang tidak aku ketahui. Engkau Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib. Maka jika Engkau melihat kebaikan antara diriku dan (..... *[sebutkan nama calon pasangan binti ayahnya]*....) untuk agama dan akhiratku, maka takdirkanlah akubb bersamanya."

"Aku datang karena cinta kepada pemudi kalian (...*sebutkan nama wanitanya*...) dan wanita mulia kalian (.....nama wanita binti...sebut nama orang tuanya .....)."

*Doa Pihak Mempelai wanita ketika mendapatkan lamaran dari laki-laki*

Ketika seorang wanita dilamar oleh laki-laki, ia dianjurkan atau walinya untuk membaca doa ini,

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينْ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيّدِنَا محمّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِينْ.

 أَشْهَدُ أنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّه وَحْدَه لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللهم كَمَا اَنْعَمْتَ عَلَيْنَا بِقَبُوْلِ خِطْبَتِنَا، وَتَصْدِيْقِ اَقْوَالِنَا، وَتَجْهِيْزِ اَصْهَارِنَا. نَسْئَلُكَ بِجَاهِ نَبِيِّكَ الْوَسِيْمِ، سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّسُوْلِ الْعَمِيْمِ، الْمَعْصُوْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. اَنْ تَقَبَّلَ اَمْلَاكَنَا، وَتُبَلِّغَ مَرَامَنَا، وَتُثَبِّتَ اَقْدَامَنَا، وَتَنْصُرَ عَلَى اَعْدَائِنَا، وَتَسْتُرَ عُيُوْبَنَا، وَتَغْفِرَ ذُنُوْبَنَا، وَتْجَمَعَ اِخْوَاننَا حَيْثُمَا دَعَوْنَا، اِنَّكَ عَلَى مَا تَشَاءُ قَدِيْرٌ، وَبِالْاِجَابَةِ جَدِيْرٌ. اللهُمَّ يَافَاتِحَ الْبَرَكَاتِ، وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، يَابَدِيْعَ الْاَرْضِ وَالسَّمَاوَاتِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْد لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

"Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Salam dan shalawat semoga terlimpah kepada  sayyidinaa penghulu kami Nabi Muhammad, kepada seluruh keluarganya  sahabatnya."

“Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hamba dan utusan-Nya.”

"Ya Allah, seperti halnya nikmat yang Engkau beri kepada kami dengan menerima khitbah ini serta membenarkan ucapan kesanggupan kami dan mertua yang Engkau siapkan untuk kami. Kami memohon dengan ke-Agungan Nabi-Mu, Nabi Muhammad Saw., untuk menerima harta kami, menetapkan langkah usaha kami, dan menjauhkan dari musuh-musuh kami, menutupi aib atau kekurangan kami, memaafkan semua dosa kami, mengumpulkan saudara-saudara kami di mana pun kami berseru. Karena Engkaulah Zat yang Maha Menghendaki atas segalanya. Ya Allah, Zat Pembuka Keberkahan, Zat Pemenuh Kebutuhan, dan Zat  yang menciptakan langit bumi." Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin