MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Minggu, 24 April 2022

KAJIAN TENTANG HUKUM MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA SEORANG USTADZ

Zakat, suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Sebelum berzakat maka harus mengetahui siapa saja yang berhak dalam menerima Zakat.

Orang yang berhak menerima Zakat di dalam Al-Qur’an ada 8 golongan termasuk seorang yang fakir.

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah (sabilillah) dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan (Ibnu Sabil), sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah: 60).

Dr. Khalid Al-Musyaiqih menyebutkan perbedaan pendapat ulama tentang cakupan makna fi sabilillah,

وقوله جل وعلا: “وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ” اختلف العلماء رحمهم الله في تفسيره، فالإمام مالك رحمه الله يرى أن المراد به ما يتعلق بالجهاد على وجه العموم. والرأي الثاني: أن المراد بـ”وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ” هم المجاهدون الذين ليس لهم ديوان، أي ليس لهم راتب من بيت المال، وهذا ما ذهب إليه الإمام أحمد رحمه الله والشافعي. والرأي الثالث: أن طرق الخير كلها وسبله من الجهاد وغيره من بناء المساجد ومدارس التعليم وتعبيد الطرق وحفر الآبار وغير ذلك.

Makna firman Allah, ‘Fi sabilillah’ diperselisihkan ulama tentang tafsirnya,

1. Imam Malik rahimahullah berpendapat bahwa makna ‘fi sabilillah’ adalah semua yang terkait dengan jihad secara umum (baik personel maupun senjata).

2. Pendapat kedua, makna ‘fi sabilillah’ adalah orang yang berangkat jihad, sementara mereka tidak mendapat gaji tetap dari negara atau baitul mal. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad dan Imam As-Syafii rahimahullah.

3. Pendapat ketiga, makna ‘fi sabilillah’ adalah semua kegiatan kebaikan, baik itu jihad maupun yang lainnya, seperti membangun masjid, sekolah islam, memperbaiki jalan, membuat sumur, atau lainnya.

Dalam tafsir Al-Wasith Li Ath-Thanthawi dijelaskan tentang makna sabilillah,

وقال الإِمام أحمد : يجوز صرف سبيل الله إلى مريد الحج .

وقال بعضهم : يجوز صرف سبيل الله إلى طلبة العلم .

وفسره بعضهم بجميع القربات . فيخل فيه جميع الخير ، مثل تكفين الموتى ، وبناء القناطر ، والحصون ، وعمارة المساجد ( وَفِي سَبِيلِ الله ) عام فى الكل .

Dan menurut Imam Ahmad berkata, "Dibolehkan mengarahkan Sabilillah (jalan Allah) kepada orang yang ingin menunaikan haji."

Sebagian dari mereka berkata, "Dibolehkan mengarahkan jalan Allah kepada para penuntut ilmu."

Dan beberapa dari mereka menafsirkan itu semua. Di dalamnya, semua kebaikan, seperti untuk mengkafani jenazah, membangun jembatan, membangun benteng, dan membangun masjid (dan karena di jalan Allah) bersifat umum." (Imam Ath-Thanthawi Tafsir Al-Wasith)

Dalam Tafsir As-Sa'di disebutkan makna sabilillah,

وقال كثير من الفقهاء‏:‏ إن تفرغ القادر على الكسب لطلب العلم، أعطي من الزكاة، لأن العلم داخل في الجهاد في سبيل اللّه‏.‏

وقالوا أيضًا‏:‏ يجوز أن يعطى منها الفقير لحج فرضه، ‏[‏وفيه نظر‏]‏ ‏.‏

Dan banyak ahli fikih berkata, "Jika orang yang mampu mencari uang mengabdikan dirinya untuk mencari ilmu, dia diberi zakat, karena ilmu termasuk jihad di jalan Allah."

Mereka juga berkata, "Dibolehkan bagi orang miskin untuk diberikan darinya untuk haji wajib, [dan ada pertimbangan di dalamnya]." (Tafsir As-Sa'di)

Sudah menjadi kebiasaan di Indonesia terutama di desa-desa menjelang Idul Fitri seperti saat ini masyarakat berbondong-bondong memberikan zakat fitrah, termasuk kepada kiai, tokoh agama atau ustadz.

Lantas bagaimana fikih Islam memandang hal ini ? Bolehkah memberikan zakat fitrah kepada Kiai, tokoh agama atau ustadz ?

Imam Al-Kharayi dalam kitab karyanya Syarh Mukhtashar Khalil beliau mengatakan,

يَجُوْزُ إِعْطَاءُ الزَّكَاةِ لِلْقَارِئِ وَالْعَالِمِ وَالْمُعَلِّمِ وَمَنْ فِيْهِ مَنْفَعَةٌ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَلَوْ كَانُوْا أَغْنِيَاءَ لِعُمُوْمِ نَفْعِهِمْ وَلِبَقَاءِ الدِّيْنِ

“Boleh memberikan zakat kepada ahli qiraat, orang alim, pengajar, dan orang yang bermanfaat bagi kaum muslimin meskipun mereka terbilang mampu. Hal ini dikarenakan manfaat mereka yang bersifat umum serta dapat melestarikan agama.” (Syarh Mukhtashar Khalil, juz 2 hal.216).

Hal ini senada dengan pendapat Imam Musthafa Imarah dalam kitab Jawahirul Bukhari, bahwa kata في سبيل الله tidak hanya terbatas kepada orang-orang yang berperang,

ﺍﻫﻞ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻯ ﺍﻟﻐﺰﺍﺓ ﺍﻟﻤﺘﻄﻌﻮﻥ ﺑﺎﻟﺠﻬﺎﺩ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﺍﻏﻨﻴﺎﺀ ﺍﻋﺎﻧﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻭﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻃﻠﺒﺔ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﺸﺮﻋﻲ ﻭﺭﻭﺍﺩ ﺍﻟﺤﻖ ﻭﻃﻼﺏ ﺍﻟﻌﺪﻝ ﻭﻣﻘﻴمو ﺍﻻﻧﺼﺎﻑ ﻭﺍﻟﻮﻋﻆ ﻭﺍﻻﺭﺷﺎﺩ ﻭﻧﺎﺻﺮو ﺍﻟﺪﻳﻦ الحنيف. ﺍﻩ

“Sabilillah adalah orang-orang yang berperang dan berjihad dengan sukarela walaupun mereka kaya, karena untuk membantu jihad. Dan masuk dalam kategori Sabilillah yaitu orang-orang yang mencari ilmu, orang-orang yang menyampaikan kebenaran, orang yang menegakkan keadilan, serta orang-orang yang membela agama yang lurus (Islam)." (Jawahirul Bukhari Syarh Al-Qasthalani hal 106). 

Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa kiai atau ustadz termasuk dalam ketegori Sabilillah atau mereka yang berjuang di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala,

وَفِي سَبِيْلِ اللّٰهِ وَهُمْ فِي رَأْيِ الْجُمْهُوْرِ الْغُزَّاةُ المُجَاهِدُوْنَ الَّذِيْنَ لَا حَقَّ لهُم فِي دِيْوَانِ الْجُنْدِ

“Dan golongan Sabilillah. Menurut mayoritas ulama mereka adalah pasukan perang jihad yang tidak memiliki bagian hak dalam buku catatan tentara.” (Tafsir Al-Munir, X/273)

Keterangan Imam Ad-Darimi juga ditermukan dalam Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab karya Imam An-Nawawi, dengan redaksi sebagai berikut,

وَالثَّالِثُ إِنْ كَانَ نَجِيْباً يُرْجَى تَفَقُّهُهُ وَنَفْعُ المُسْلِمِيْنَ بِهِ اِسْتَحَقَّ

“Bagian ketiga : andaikan dia (penuntut ilmu) bisa diharapkan ke-faqihan-nya dan bisa memberi manfaat kepada orang-orang islam dengan ilmunya, maka dia berhak menerima zakat.“ Wallahu a'lam

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar