MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 25 Agustus 2022

01 KIFAYATUL AKHYAR TERJEMAH


Kata Pengantar Bagian

كفاية الأخيار في حل غاية الإختصار

تأليف

تقي الدين أبي بكر بن محمد الحسيني الحصيني الدمشقي الشافعي
=============================================

KATA PENGANTAR

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي خَلَقَ الْمَوْجُوْدَاتِ مِنْ ظُلُمَةِ الْعَدَمِ بِنُوْرِ الْإِيْجَادِ وَجَعَلَهَا دَلِيْلاً

Segala puji kepada Allah yang telah menciptakan hal-hal yang ada dari kegelapan ketiadaan dengan cahaya penciptaan dan telah menjadikannya sebagai petunjuk

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 05

عَلَى وَحْدَانِيَّتِهِ لِذَوِي الْبَصَائِرِ إِلَى يَوْمِ الْمَعَادِ، وَشَرَعَ شَرْعًا اِخْتَارَهُ لِنَفْسِهِ، وَأَنْزِلَ بِهِ كِتَابَهُ وَأَرْسَلَ بِهِ سَيِّدَ الْعُبَادِ، فَأَوْضَحَ لَنَا مَحَجَّتَهُ وَقَالَ هَذِهِ سَبِيْلَ الرَّشَادِ. صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَعَلَى آلِهِ وَأَتْبَاعِهِ وَصَلاَةً زَكِيَّةً بِلاَ نَفَادِ

atas ke esaan Allah untuk orang memiliki pikiran menuju kepada hari kembali dan Allah telah mensyari'atkan suatu syari'at yang telah di pilih-Nya untuk diri-Nya dan Allah menurunkan dengannya yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan mengutus dengannya yaitu tuannya para hamba, maka ia telah menjelaskan kepada kami yaitu hujjah-Nya dan ia berkata : ini adalah jalan kebenaran, semoga Allah memberi Rahmat atas Nabi saw dan memberi keselamatan atas Nabi saw dan atas keluarganya dan pengikut-pengikutnya dan rahmat yang suci dengan tanpa habis

( وَبَعْدُ ) : فَإِنَّ الْأَنْفَسِ الزَّكِيَّةِ، اَلطَّالِبَةِ لِلْمُرَاتِبِ الْعَلِيَّةِ. لَمْ تَزَلَ تَدْأَبُ فِي تَحْصِيْلِ الْعُلُوْمِ الشَّرْعِيَّةِ

(Dan berikutnya) : maka sesungguhnya jiwa yang suci dan meminta kepada kedudukan yang tinggi, tidak terputus dengan membiasakan dalam mengumpulkan ilmu syari'at

وَمِنْ جُمْلَتِهَا مَعْرِفَةُ الْفُرُوْعِ الْفِقْهِيَّةِ. لِأَنَّ بِهَا تَنْدَفِعُ الْوَسَاوِسُ الشَّيْطَانِيَّةِ، وَتَصِحُّ الْمُعَامَلاَتِ وَالْعِبَادَاتِ الْمَرْضِيَّةِ

Dan dari jumlahnya mengetahui cabang-cabang fiqih, karena sesungguhnya dengan mengetahui cabang fiqih, maka kamu dapat menghindari gangguan syetan dan menjadi sah perbuatan dan ibadah agar di ridahai

وَنَاهِيْكَ بِالْفِقْهِ شَرَفًا قَوْلُ سَيِّدِ السَّابِقِيْنَ واللاَّحِقِيْنَ. صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《مَنْ يُرِدِ اللّٰهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ》. وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : 《مَا عُبِدَ اللّٰهُ سُبْحَانَهُ بِشَيْءٍ أَفْضَلَ مِنْ فِقْهٍ فِي الدِّيْنِ》 وَعَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرْ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى : ﴿ وَاؐصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ اؐلَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ

Dan terkecuali dengan fikih kemuliaan, perkataan tuannya yang lebih dahulu dan yang selanjutnya, Nabi saw bersabda : 《barangsiapa yang Allah kehendaki dengannya kebaikan, maka Allah akan memberi kefahaman dalam agama》. Dan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : 《tidaklah disembah Allah yang maha Suci dengan sesuatu yang lebih baik dari memahami dalam agama》 dan dari Yahya Bin Abi Katsir dalam menafsirkan firman-Nya Allah Ta'ala : ﴾Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 06

رَبَّهُمْ بِالْغَدَوٰةِ وَاؐلْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهُۖۥ ﴾ قَالَ مَجَالِسُ الذِّكْرِ

kepada Tuhan-Nya di pagi hari dengan mengharap keridhaan-Nya﴿ Ibnu Abi Katsir berkata : berkumpullah di majlis dzikir

قَالَ عَطَاءْ فِي قَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 《إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا》. قَالُوْا يَا رَسُوْلُ اللّٰهِ : وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : 《حِلَقُ الذِّكْرِ》

Berkata 'Atha' dalam sabdanya Nabi saw : 《jika kamu melewati dengab taman surga, maka kalian memetik buahnya》 mereka berkata, wahai Rasulullah : dan apa taman surga itu ? 《Taman surga itu adalah lingkaran majlis dzikir》

قَالَ عَطَاءْ اَلذِّكْرِ هُوَ مَجَالِسِ الْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ. كَيْفَ تَشْتَرِي كَيْفَ تَبِيْعُ وَتُصَلِّي، وَتَصُوْمُ وَتَحُجَّ، وَتَنْكِحُ وَتُطَلِّقُ وَأَشْبَاهُ ذَلِكَ

'Atha' berkata bahwa dzikir adalah majlis yang menjelaskan tentang halal dan haram dan bagaimana kamu membeli dan bagaimana kamu menjual dan kamu shalat dan kamu berpuasa dan kamu hajji dan kamu menikah dan kamu bercerai dan yang menyerupainya hal itu

وَقَالَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةْ : لَمْ يُعْطَ أَحَدٌ بَعْدَ النُّبُوَّةِ أَفْضَلَ مِنَ الْعِلْمِ وَالْفِقْهِ فِي الدِّيْنِ

Dan Sufyan bin 'Uyainah berkata : belum di berikan satupun setelah kenabian yang lebih utama dari ilmu dan memahami dalam agama

وَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَأَبُوْ ذَرٍّ رَضِيَ اللّٰهُ تَعَالَى عَنْهُمَا بَابٌ مِنَ الْعِلْمِ نَتَعَلَّمُهُ أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ أَلْفِ رَكْعَةٍ تَطَوُّعًا. وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللّٰهُ

Dan Abu Hurairah dan Abu Dzar ra. Satu bab saja dari ilmu yang kami pelajarinya, maka lebih kami cintai dari seribu raka'at shalat sunnah Dan 'Umar ra berkata :

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 07

تَعَالَى عَنْهُ : لَمَوْتِ أَلْفِ عَابِدٍ قَائِمٍ اللَّيْلَ صَائِمٍ النَّهَارَ أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ الْعَالِمِ الْبَصِيْرِ بِحَلاَلِ اللّٰهِ تَعَالَى وَحَرَامَهِ

Sungguh benar-benar mati seribu orang yang mengabdi pada malamnya bangun dan pada siangnya berpuasa, maka lebih ringan dari kematian orang yang berilmu yang mampu melihat dengan kehalalan Allah Ta'ala dan yang di haramkannya

وَالْآيَاتُ وَالْأَخْبَارُ وَالْآثَارُ فِي ذَلِكَ كَثِيْرَةُ

Dan Al-Qur'an dan Hadits dan Ats-tsar dalam hal itu sangat banyak

فَإِذَا كَانَ الْفِقْهُ بِهَذِهِ الْمَرْتَبَةِ الشَّرِيْفَةِ. وَالْمَزَايَا الْمُنِيْفَهُ. كَانَ الْاِهْتِمَامِ بِهِ فِي الدَّرَجَةِ الْأُوْلَى. وَصَرْفُ اَلْأَوْقَاتِ النَّفِيْسَةِ بَلْ كُلُّ الْعُمُرِ فِيْهِ أُوْلَى، لِأَنَّ سَبِيْلَهُ سَبِيْلُ الْجَنَّةِ. وَالْعَمَلُ بِهِ حِرْزٌ مِنَ النَّارِ وَجُنَّةِ

Maka jika ada ilmu fikih dengan ini kedudukan yang mulia dan kelebihan yang agung. Ada ilmu fiqih yang dinperhatikan denganya dalam derajat pertama dan menghabiskan beberapa waktunya yang bernilai bahkan setiap umur dalam memahami fiqih, maka itu lebih utama, karena sesungguhnya jalannya adalah jalan ke surga dan melakukan dengannya dapat memelihara dari neraka dan perisai neraka

وَهَذَا فِيْمَنْ طَلَبُهُ لِلتَّفَقُّهُ فِي الدِّيْنَ عَلَى سَبِيْلِ النَّجَاةِ لِقَصْدِ التَّرَفُعِ عَلَى الْأَقْرَانَ وَالْمَالَ وَالْجَاهِ، قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 《مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللّٰهِ تَعَالَى لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيْبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ

Dan ini pada orang mencarinya untuk di setujuinya dalam agama atas jalan keselamatan untuk tujuan mengangkat harga diri atas teman-teman dekatnya dan harta dan kehormatan, Rasulullah saw bersabda : 《barangsiapa yang menuntut ilmu dimana yang di inginkan dengannya pada sisi Allah Ta'ala, ia tidak mempelajarinya kecuali untuk tujuan mendapatkan dengannya bagian dari dunia,

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 08
يَوْمَ الْقِيَامَةِ》 [ يَعْنِي رِيْحَهَا ]

maka ia tidak akan mendapatkan bau surga pada hari qiamatِ》 [ yakni baunya surga ]

وَقَالَ عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلاَةِ وَالسَّلاَمْ : 《مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لَيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يُكَاثِرَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يَصْرِفَ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ》 وَرَدَ مِنْ رِوَايَةِ كَعَبْ بْنُ مَالِكْ وَقَالَ : 《أَدْخَلَهُ اللّٰهُ النَّارَ》 عَافَانَا اللّٰهُ الْكَرِيْمِ مِنْ ذَلِكَ

Dan Nabi 'Alaihi Afdhalus Shalati Was Salam bersabda : 《barangsiapa yang mencari ilmu dengan niat untuk membanggakan dengannya di hadapan orang-orang bodoh atau mendebatkan dengannya pada para ulama' atau akan memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka akan menempati posisi tempat duduknya dari api neraka》 dinyatakan dari riwayat Ka'ab bin Malik dan dikatakan : 《Allah akan memasukkannya ke neraka》 semoga Allah yang Maha Pemurah melindungi kita dari hal itu

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 09

اِعْلَمْ أَنَّ طُلاَبُ الْعِلْمِ مُخْتَلِفُوْنَ بِاخْتِلاَفِ مَقَاصِدِهِمْ، وَهِمَمُهُمْ مُخْتَلِفَةٌ بِاخْتِلاَفِ مَرَاتِبِهِمْ فَهَذَا يَطْلُبُ الْغَوْصَ فِي الْبَحْرِ وَنَحْوِهِ لِنَيْلِ الدُّرَرِ الْكِبَارِ، وَهَذَا يَقْنِعُ بِمَا يَجِدُ فِي 《غَايَةِ الْاِخْتِصَارِ》

Ketahulah sesungguhnya orang yang mencari ilmu adalah mereka berbeda-beda dengan perbedaan tujuan mereka dan keraguan mereka yang berbeda dengan perbedaan derajat mereka, maka inilah akan mencari yang dapat menenggelamkan ketenangan diri di laut dan yang menyerupainya untuk mendapatkan mutiara-mutiara yang besar dan ini yang menjadi puas dengan apa yang di dapatkan dalam kitab 《GHAYATIL IKHTISHAR》

ثُمَّ هَذَا الْقَانِعُ صَنَفَانِ : أَحَدُهُمَا ذُوْ عِيَالٍ قَدْ غَلَبَهُ الْكَدِّ، وَالْآخَرُ مُتَوَجَّهُ إِلَى اللّٰهِ تَعَالَى بِصِدْقٍ وَجِدٍّ. فَلاَ الْأَوَّلُ يَقْدِرُ عَلَى مُلاَزِمَةُ الْخِلَقَ، وَالسَّالِكُ مَشْغُوْلٌ بِمَا هُوَ بِصَدَدِهِ لَيْلَةٌ وَنَهَارِهِ مَعَ نَفْسِهِ فِي قَلَقٍ، فَأَرَدْتُ رَاحَةً كُلِّ مِنْهُمَا بِبَقَاءِ مَا هُوَ عَلَيْهِ وَتَرْكِ سَعِى كُلِّ مِنْهُمَا فِيْمَا تَدْعُو الْحَاجَةِ إِلَيْهِ وَأَرْجُوْ مِنَ اللّٰهِ الْعَزِيْزِ الْقَدِيْرِ

Kemudian orang yang merasa cukup ini ada dua jenis : salah satu diantara keduanya memiliki pendukung, sungguh di kuasai pekerjaannya dan yang lain menuju kepada Allah Ta'ala dengan kejujuran dan keseriusan, maka yang pertama itu tidak akan mampu atas keperluan yang dapat menghasilkan dan yang menempuh kesibukan dengan apa yang dia kerjakan pada malam dan siangnya bersama dirinya dalam kegelisahan, maka aku ingin istirahatnya setiap dari keduanya dengan tetap membaca apa yang atas kitab ini dan meninggalkan kesibukan dirinya pada setiap dari keduanya, dalam apa yang dapat membiarkan kebutuhan kepadanya dan saya berharap dari Allah Maha Perkasa dan Maha Mampu

تَسْهِيْلَ مَا يَحْصِلَ بِهِ الْإِيْضَاحُ وَالتَّيْسِيْرِ. فَإِنَّهُ رَجَاءُ الرَّاجِيْنَ. وَجَابِرِ الضُّعَفَاءِ وَالْمُنْكَسِرِيْنَ، وَوَسَمْتُ كِتَابِي هَذَا بِ 《كِفَايَةِ الْأَخْيَارِ فِي حَلِّ غَايَةِ الْإِخْتِصَارِ》 وَأَسْأَلُ اللّٰهَ الْعَظِيْمِ الْغَفَّارِ

memudahkan apa yang akan menghasilkan dengannya penjelasan dan mudah, maka sesungguhnya itu adalah harapan orang-orang yang berharap dan memulihkan orang-orang yang lemah dan orang-orang yang di kalahkan dan saya memberi nama kitab ini dengan 《KIFAYATIL AKHYAR FII HALLI GHAYATIL IKHTISHAR》 dan saya memohon kepada Allah yang Maha Agung dan yang Maha Pengampun

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 10

الْعَفْوَ عَنِّي وَعَنْ أَحِبَّائِي مِنْ مَكْرِهِ وَغَضَبِهِ وَعَذَابِ النَّارِ، إِنَّ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيْرُ، وَبِالْإِيْجَابَةُ جَدِيْرُ. قَالَ الشَّيْخُ :

Semoga Allah memaafkan dari saya dan dari orang-orang yang sayabcintai dari kebenciannya dan kemarahannya dan siksa neraka, sesungguhnya atas apa yang dia mampu di kehendaki dan dengan pernyataan yang pantas. Syekh Suja' ra berkata :
﴿ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ﴾

﴾ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam ﴿

[ اَلْحَمْدُ ] هُوَ الثَّنَاءُ عَلَى اللّٰهِ تَعَالَى بِجَمِيْلِ صِفَاتِهِ الذَّاتِيَّةِ وَغَيْرِهَا، وَالشُّكْرُ هُوَ الثَّنَاءِ عَلَيْهِ بِإِنْعَامِهِ، وَلِهَذَا يَحْسُنُ أَنْ تَقُوْلُ : حَمِدْتُ فُلاَنًا عَلَى عِلْمِهِ وَسَخَائِهِ وَلاَ تَقُوْلُ : شَكَرْتُهُ عَلَى عِلْمِهِ، فَكُلُّ شُكْرٍ حَمْدٌ وَلَيْسَ كُلُّ حَمْدٍ شُكْرًا، وَقِيْلَ غَيْرُ ذَلِكَ

Lafadz [ AL-HAMDU ] adalah pujian atas Allah Ta'ala dengan keindahan sifat-sifat-Nya dan Dzatiyyah dan yang lainnya dan lafadz [ ASY-SYUKRU ] adalah pujian atas-Nya dengan nikmat-Nya dan karena ini akan menjadi baik jika kamu berkata : saya menyanjung Fulan atas pengetahuannya dan kedermawanannya dan jangan kamu berkata : saya memujinya atas penhetahuannya, maka setiap Syukur adalah pujian dan bukan setiap pujian adalah Syukur dan dikatakan bukan seperti hal itu

[ لِلّٰهِ ] اَللاَّمُ فِي الْاِسْمِ الْكَرِيْمِ لِلْاِسْتِحْقَاقِ مَا تَقُوْلُ الدَّارِ لِزَيْدٍ، وَأُضِيْفَ الْحَمْدُ إِلَى هَذا الْاِسْمِ الْكَرِيْمِ دُوْنَ بَقِيَّةِ الْأَسْمَاءِ لِأَنَّهُ اِسْمُ ذَاتٍ وَلَيْسَ بِمُشْتَقِ، واَلْمُحَقِّقُوْنَ عَلَى أَنَّهُ مُشْتَقِ

Lafadz [ ALLAH ] huruf Lam dalam nama Allah yanh Maha Mulia adalah untuk kelayakan pemberian terhadap apa yang kamu katakan adalah rumah itu untuk zaid dan menggabungkan lafadz AL-HAMDU kepada nama Allah ini yang Maha Mulia tanpa melebihkan nama-nama Allah, karena sesungguhnya itu nama Dzat Allah dan bukan nama dengan yang di bentuk dari kata lain dan orang-orang yang mentahkik kebenaran atas nama Allah yang Mulia adalah bahwasannya nama Allah itu ada bentuknya dari kata lain

[ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ ] اَلرَّبُّ يَكُوْنُ بِمَعْنَى الْمَالِكِ وَيَكُوْنُ بِمَعْنَى التَّرْبِيَّةِ وَالْإِصْلاَحِ ، لِهَذَا يُقَالُ رَبِّى فُلاَنُ الضَّيْعَةِ : أَيْ : أَصْلَحَهَا فَاللّٰهُ تَعَالَى مَالِكُ الْعَالَمِيْنَ وَمُرَبِّيْهِمْ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، وَالْعَالَمِيْنَ جَمْعُ عَالَمْ لاَ وَاحِدُ لَهُ مِنْ لَفْظِ، وَاخْتِلَفَ الْعُلَمَاءَ فِيْهِمْ فَقِيْلَ هُمُّ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ قَالَهُ ابْنُ عَبَّاسْ، وَقِيْلَ جَمِيْعُ الْمَخْلُوْقِيْنَ. قَالَهُ قَتَادَةِ وَالْحَسَنِ وَمُجَاهِدِ

Lafadz [ RABBUL 'ALAMIN ] huruf Ra' kalimat RABBU dengan makna pemilik dan RABB ada dengan makna pendidikan dan perbaikan karena dasar ini dikatakan : Fulan telak mendidik dari desa-desa kecil, maksudnya : Memperbaikinya, maka Allah Ta'ala adalah pemilik sekalian alam dan Tuhan mereka yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan lafadz [ AL-'ALAMIINA ] adalah jama' dari 'alam yang tidak ada satu jama' kepadanya dari lafadz tersebut dan berbeda pendapat ulama' dalam lafatdz 'ALAMIINA, maka di katakan mereka 'ALAMIINA adalah manusia dan jin, perkataannya ibnu 'Abbas dan di katakan 'ALAMIINA adalah semua makhluk-makhluk Allah, perkataannya Qatadah dan Al-Hasan dan Mujahid

قَالَ : وَصَلَّى اللّٰهُ عَلَى مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ :

Syekh Taqiyuddin berkata : dan Allah bershalawat atas Nabi Muhammad penutup para Nabi dan atas keluarganya dan para shahabat semuanya :

اَلصَّلاَةُ مِنَ اللّٰهِ اَلرَّحْمَةِ، وَمِنَ الْمَلاَئِكَةِ الْاِسْتِغْفَارِ وَمِنَ الْآدَمِي تَضَرُّعُ وَدُعَاءٌ، وَسُمِّيَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ مُحَمَّدًا لِكَثْرَةٍ خِصَالِهِ الْمَحْمُوْدَةِ، وَاخْتُلِفَ فِي الْآلِ فَقِيْلَ هُمْ بَنُوْ هَاشِمْ وَبَنُو الْمُطَّلِبْ وَهَذَا مَا اِخْتَارَهُ اَلشَّافِعِي وَأَصْحَابُهُ، وَقِيْلَ هُمْ عِتْرَتُهُ وَأَهْلُ بَيْتِهِ، وَقِيْلَ آلِهِ جَمِيْعُ أُمَّتِهِ وَاخْتَارُهُ جَمْعُ مِنَ الْمُحَقِّقِيْنَ وَمِنْهُمْ اَلْأَزْهَرِيْ

Shalawat dari Allah adalah Rahmat dan dari Malaikat adalah istighfar dan dari anak cucu Adam adalah permohonan dan do'a dan dinamakan Rasulullah saw di puji karena banyaknya karakter yang terpuji dan di perselisihkan dalam keluarganya, maka dikatakan : mereka adalah keluarga Bani Hasyim dan keluarga Bani Muthalib dan ini adalah apa yang di pilih imam Syafi'i dan Sahabatnya dan di katakan : mereka adalah keluarganya dan ahli baitnya dan di katakan : keluarganya adalah semua ummatnya dan memilihnya segolongan dari para ahli tahkik dan dari mereka adalah imam Al-Azhari

[ وَالْأَصْحَابُ ] جَمْعُ صَاحِبٍ، وَهُوَ كُلُّ مُسْلِمٍ رَأَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَصَحِبَهُ وَلَوْ سَاعَةٍ، وَقِيْلَ مَنْ طَالَتْ صُحْبَتُهُ وَمُجَالَسَتُهُ ، وَالْأَوَّلُ هُوَ الرَّاجِحُ عِنْدَ الْمُحَدَثِّيْنَ، وَالثَّانِی هُوَ الرَّاجِحُ عِنْدَ الْأُصُوْلِيْنَ

Lafadz [ WAL-ASHHABU ] adalah jama' dari lafadz SHOOHIBIN dan SHAHABAT adalah setiap muslim yang melihat Nabi saw dan menemaninya dan walaupun sejam dan di katakan : barangsiapa yang ia lama pertemanannya dan menjadi teman duduknya dan pertama adalah lebih di sukai oleh ahli muhaddits dan yang kedua adalah lebih di sukai oleh ahli usul fiqih

قَالَ الشَّيْخُ : سَأَلَنِي بَعْضُ أَصْدِقَائِي حَفِظَهُمُ اللّٰهُ تَعَالَى أَنْ أَعْمَلَ مُخْتَصَرًا فِي الْفِقْهِ عَلَى مَذْهَبِ

Syekh Abu Suja' ra berkata : telah meminta kepada saya sebagian teman-teman saya semoga Allah Ta'ala melindungi mereka, untuk saya kerjakan sebuah ringkasan dalam ilmu fiqih atas Madzhab

KIFAYATUL AKHYAR HALAMAN 11

اَلْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ فِي غَايَةِ الْإِخْتِصَارِ وَنِهَايَةِ الْإِيْجَازِ يَخِفُّ عَلَى الطَّالِبِ فَهْمُهُ وَيَسْهُلُ عَلَى الْمُبْتَدَئِ حِفْظُهُ وَأَنْ أُكْثِرَ فِيْهِ مِنَ التَّقْسِيْمَاتِ وَحَصْرِ الْخِصَالِ فَأَجَبْتُهُ إِلَى ذَلِكَ طَالِبًا لِلثَّوَابِ. رَاغِبًا إِلَى اللّٰهُ سُبْحَانَهُ فِي التَّوْفِيْقِ لِلصَّوَابِ. إِنَّهُ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيْرٌ . وَبِعِبَادِهِ خَبِيْرٌ بَصِيْرٌ

Imam Syafi'i dalam tujuan yang lebih ringkas dan pada akhirnya sangat singkat yang akan ringan atas orang-orang yang mrmpelajari dan memahaminya dan akan mudah atas orang-orang pemula menghafalkannya dan untuk lebih banyak dalam meringkas dari bagian-bagiannya dan membatasi karakter, maka saya menjawabnya kepada hal itu mencari untuk pahala agar orang-orang yang mepelajari berharap kepada Allah Subhanahu dalam petunjuk untuk kebenaran, sesungguhnya Dia Maha mampu atas apa yang di kehendaki dan terhadap hamba-hambanya dan yang Maha Mengetahui dan yang Maha Melihat

اَلْمُخْتَصَرُ : مَا قَلَّ لَفْظُهُ وَكَثُرَتْ مَعَانِيَهُ

Maksud AL-MUKHTASHOR adalah apa yang sedikit lafadz-nya dan ia banyak maknanya

وَ [ مَذْهَبُ الشَّافِعِي ] طَرِيْقَتُهُ، وَالشَّافِعِي مَنْسُوْبٌ إِلَى جَدِّهِ شَافِعِ، وَكُنْيَتُهُ أَبُوْ عَبْدِ اللّٰهْ، وَاسْمُهُ مُحَمَّدْ بِنْ إِدْرِيسْ بِنْ اَلْعَبَّاسْ بِنْ عُثْمَانْ بِنْ شَافِعِ بِنْ اَلسَّائِبْ بِنْ عُبَيدْ بِنْ يَزِيدْ بِنْ هَاشِمْ بِنْ اَلْمُطَّلِبْ بِنْ عَبْدِ مَنَافْ، وَيَلْتَقِيْ مَعَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فِي عَبْدِ مَنَافْ، فَإِنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ مُحَمَّدٌ بِنْ عَبْدِ اللّٰهْ بِنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ بِنْ هَاشِمْ بِنْ عَبْدِ مَنَافْ، وَالنِّسْبَةُ الصَّحِيْحَةٌ إِلَيْهِ شَافِعِي، وَشَفْعَوِي لَحْنٌ، وَغَايَةُ الشَّيْءِ مَعْنَاهَا تَرَتَّبُ الْأَثَرِ عَلَى ذَلِكَ الشَّيْءِ كَمَا تَقُوْلُ غَايَةُ الْبَيْعُ الصَّحِيْحِ حَلُّ الْاِنْتِفَاعِ بِالْمَبِيْعِ

Dan [ Madzhab Asy-Syafi'i ] adalah jalannya Madzhab Syafi'i dan lafadz ASY-SYAFI'I dinisbatkan kerpada kakeknya yang bernama Syafi' dan nama gelarnya adalah Abu 'Abdillah dan namanya adalah Muhammad Bin Idris Bin 'Abbas Bin 'Utsman Bin Syafi' Bin Saib Bin 'Ubaid Bin Yazid Bin Hasyim Bin Al-Muthalib Bin 'Abdi Manaf dan bertemu nasabnya bersama Rasulullah saw di 'Abdi Manaf, maka sesungguhnya nama Nabi saw adalah Muhammad Bin 'Abdillah Bin 'Abdil Muthalib Bin Hasyim Bin 'Abdi Manaf dan nisbat ini yang benar kepada Asy-Syafi'i dan penisbatan Syaf'awi adalah kesalahan tata bahasa dan tujuan suatu maknanya yang di akibatkan dampak atas sesutu itu sebagaimana kamu katakan : tujuan jual beli yang benar adalah di halalkan mengambil manfaat dengan barang yang di jual belikan

وَ [ غَايَةُ ] الصَّلاَةُ الصَّحِيْحَةُ إِجْزَاؤُهَا وَعَدَمِ الْقَضَاءِ، وَالْمُرَادُ هِنَا نِهَايَةٌ وَجَازَةِ اللَّفْظِ

Dan [ tujuan ] salat yang benar adalah melaksanakannya secara sempurna dan ketiadaan mengkoda' ulang dan maksudnya di sini dan mengakhiri singkatan kata

وَ [ التَّوْفِيْقِ ] هُوَ خَلْقُ قُدْرَةِ الطَّاعَةِ بِخِلاَفِ الْخِذْلاَنِ فَإِنَّهُ خَلْقُ قُدْرَةِ الْمَعْصِيَةِ

Dan [ petunjuk ] adalah menciptakan kemampuan pada ketaatan berlawanan ketergelinciran, maka sesungguhnya menciptakan kemampuan pada kemaksiatan

وَ [ الصَّوَابِ ] ضِدُّ الْخَطَأْ. وَاللّٰهُ أَعْلَمْ

Dan [ kebenaran ] adalah kebalikan dari kesalahan. Dan Allah yang lebih mengetahui

Tidak ada komentar:

Posting Komentar