MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Kamis, 24 November 2022

KAJIAN TENTANG TATA CARA DAN ETIKA BERDO'A (MEMOHON) KEPADA ALLAH TA'ALA

Dalam sebuah video viral tentang penyampaian tata cara berdoa kepada Allah Ta'ala oleh seorang ustadz kondang bahwasanya berdoa itu boleh dengan cara iseng, bahkan terucap kata-kata bahwa Allah ngaco menjadi tuhan, Na'udzubillah.

Dia juga mengatakan, "boleh ga ngomong gitu sama Alah? Boleh, sama manusia yang ga boleh mah banyak aturan, ama Allah mah ga ada aturan." Astaghfirullah.

Islam adalah agama yang mengatur segala sesuatu berlandaskan syariat dan akhlak terlebih dalam berdoa kepada Allah Ta'ala.

Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Ghunyatul Thalibin menjelaskan, 

أن يمد يديه ويحمد الله تعالى ويصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يسأله الله حاجته ولا ينظر إلى السماء في حاله دعائه، وإذا فرغ يديه مسح يديه على وجهه، لما روى عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: سلوا الله ببطون أكفكم 

“Dianjurkan pada saat berdoa membentangkan kedua tangan, mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian baru setelah itu mengutarakan permintaan dan permohonan. Jangan menghadap langit pada saat berdoa. Ketika selesai berdo'a usaplah kedua tangan ke wajah. Dalam sebuah riwayat disebutkan Rasulullah berkata, ‘Mintalah kepada Allah dengan batin telapak tangan.’  

Dari penjelasan Syekh Abdul Qadir di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat berdoa adalah membentangkan kedua telapak tangan pada saat berdoa, seperti orang yang sedang memohon dan meminta.

Inilah diantara adab dan cara berdoa dalam Islam, berikut dalil keterangan dari kitab suci Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

*Pertama,* berdoa dengan suara lembut dan merendah (jika berdoa sendirian). Firman Allah, 

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55).

*Kedua,* diawali memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, 

عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: بَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاعِدًا إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ، فَقَالَ رَسُوْلَُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّيْ إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِاللهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ قَالَ ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ.

Dari Fadhalah bin ‘Ubad Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan duduk-duduk, masuklah seorang laki-laki. Orang itu kemudian melaksanakan shalat dan berdo’a, ‘Ya Allah, ampunilah (dosaku) dan berikanlah rahmat-Mu kepadaku.’ Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau telah tergesa-gesa, wahai orang yang tengah berdo’a. Apabila engkau telah selesai melaksanakan shalat lalu engkau duduk berdo’a, maka (terlebih dahulu) pujilah Allah dengan puji-pujian yang layak bagi-Nya dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo’alah.’ Kemudian datang orang lain, setelah melakukan shalat dia berdo’a dengan terlebih dahulu mengucapkan puji-pujian dan bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, ‘Wahai orang yang tengah berdo’a, berdo’alah kepada Allah niscaya Allah akan mengabulkan do’amu." (HR. Ahmad, at-Tirmidzi (no. 3476) dan Abu Dawud (no. 1481)

Imam An-Nawawi berkata tentang ini,

أجمع العلماءُ على استحباب ابتداء الدعاء بالحمد لله تعالى والثناء عليه، ثم الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم، وكذلك تختم الدعاء بهما

“Para ulama sepakat akan mustahabnya memulai doa dengan memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan menyanjung-Nya kemudian bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga menutup doa dengan keduanya.” (Al-Adzkar lin Nawawi hal: 117)

*Ketiga,* menghadap kiblat. Abdullah bin Zaid al-Mazini ra., menuturkan, “Saya melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari beliau keluar untuk shalat istisqa, beliau membelakangi manusia dan menghadap kiblat untuk berdoa.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Juga hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasanya Umar bin Khottob bercerita kepadanya dalam sebuah hadits yang panjang,

لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ، وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا، فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ، ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ، فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ: «اللهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ»، فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ، مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ……

“Saat perang Badar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandang kaum musyrikin. Jumlah mereka seribu orang. Sedangkan para sahabat berjumlah 319 orang. Maka Nabiyullah shallallah ‘alaihi wasallam pun menghadap kiblat, lalu mengangkat kedua tangannya, seraya berdoa, “Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar berkenan menunaikan janji-Mu untukku. Ya Allah, karuniakanlah untukku apa yang telah Kau janjikan. Ya Allah, seandainya Engkau membinasakan pasukan kaum muslimin, niscaya Engkau tidak lagi disembah di muka bumi”. Beliau terus memohon kepada Allah, seraya mengangkat kedua tangannya menghadap kiblat……” (HR. Muslim no. 1763)

*Keempat,* mengangkat kedua tangan dan mengusap wajah. Tenang saja ini bukan bid’ah. Dijelaskan dalam Bulughul Maram. Dari Umar ra., berkata, “Apabila Nabi mengangkat kedua tangannya dalam berdoa, Nabi tidak akan mengembalikan kedua tangannya sehingga mengusapkan pada wajahnya.” (HR. At-Tirmidzi)

Juga hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas ra, 

إذا دعوت الله فادع بباطن كفيك ولا تدع بظهورهما فاذا فرغت فامسح بهما  وجهك (رواه ابن ماجه)

"Apabila engkau memohon kepada Allah, maka bermohonlah dengan bagian dalam kedua telapak tanganmu, dan jangan dengan bagian luarnya. Dan ketika kamu telah usai, maka usaplah mukamu dengan keduanya." (HR. Ibnu Majah)

*Kelima,* mengucap lafadz ‘Amin’ di akhir doa. Rasulullah 

Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Ketika kalian membaca ‘amin’, dan malaikat membaca ‘amin’ di langit, ketika keduanya saling bersamaan, maka dosa pengucapnya yang terdahulu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari).

*Keenam,* memerhatikan waktu dan tempat. Ini terkait dengan waktu-waktu mustajab dalam berdoa. Misalnya ketika turun hujan, waktu antara adzan dan iqamat, ketika tahajjud atau di sepertiga malam terakhir hingga ketika hari Arafah. “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi).

*Ketujuh,* Bersungguh-sungguh dalam berdo'a.

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ وَلاَيَقُوْلَنَّ اللّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ.

‘Apabila salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau sudi, maka kabulkanlah do’aku ini,’ karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. al-Bukhari (no. 6338) dan Muslim.

Itulah diantara adab dalam berdoa yang perlu diketahui. Dengan berdoa sesuai adabnya, maka mudah-mudahan Allah akan mengabulkan doa-doa kita.

Demikian Ibnu Mas'ud At-Ta'addudi menyampaikan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar