MEDIA ONLINE RESMI MAJELIS WAKIL CABANG (WCNU)NU KECAMATAN CIPAYUNG KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Selasa, 19 Oktober 2021

KAJIAN TENTANG MAULID NABI SEBAGAI TANDA CINTA DALAM MERAIH SYAFA'AT

Cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang tertanam dalam hati betapa pun kadarnya akan sangat bermanfaat di akhirat. Maka dari itu sangat penting pendidikan menanamkan cinta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahkan dari sejak usia dini. Meski demikian, kadar minimal cinta kepada beliau tersebut tentu tidak boleh dijadikan dalih untuk berpuas diri dan merasa cukup tanpa mau meningkatkan amal ibadah, sebab bisa jadi cinta seperti itu adalah cinta palsu yang akan bertepuk sebelah tangan.

Alhamdulillah, pada bulan ini kita berada di bulan Rabi’ul Awal 1443 H. Bulan Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ merupakan kenikmatan yang amat besar dari Allah ﷻ bagi seluruh alam. Penting bagi kita sebagai umat Islam untuk bersyukur atas kelahiran Nabi dan mengekspresikan kegembiraan dan kebahagiaan ketika memperingati Maulid Nabi. 

Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitami As-Syafi'i dalam kitab karyanya An-Ni'matul Kubro 'Alal 'Alam Fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam menjelaskan sbb :

فَصْلٌ فِي بَيَانِ فَضْلِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

قال ابو بكر الصديق رضي الله عنه (مَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِي الْجَنَّة) وقال عمر رضي الله عنه (مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ) وقال عثمان رضي الله عنه (مَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَأَنَّمَا شَهِدَ غَزْوَةَ بَدْرٍ وَ حُنَيْنٍ) وقال علي رضي الله عنه وكرّم الله وجهه (مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ سَبَبًا لِقِرَاءِتِهِ لا يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ بِاْلإِيْمَانِ وَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ)

*PASAL: KEUTAMAAN PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM*

Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq berkata : (Barangsiapa yang berinfaq satu dirham untuk membaca (kisah) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya orang tersebut kawan karibku didalam Surga)

Sayyidina ‘Umar bin Khaththab berkata : (Barangsiapa yang membesarkan (mengagungkan) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka sungguh orang tersebut telah menghidupkan agama Islam)

Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan : »Barangsiapa yang berinfaq satu dirham untuk membaca (kisah) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka seakan-akan orang tersebut telah syahid pada perang Badar dan perang Hunain«

Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib berkata : »Barangsiapa yang membesarkan (mengagungkan) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan orang tersebut menjadi penyebab terhadap bacaan kisah Maulid niscaya orang tersebut tidak keluar dari dunia ini kecuali bersama iman dan masuk surga dengan tiada hisab« *(Ni’mah Al-Kubro ‘Ala Al-‘Alam Fi Maulid Sayyid Walad Adam [Nikmat Yang Besar Atas Alam Pada Kelahiran Penghulu Keturunan Adam] hal. 5-6 karangan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i)*

Dalam banyak riwayat disebutkan,

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

Dari Anas bin Malik bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam; "Kapankah hari Kiamat terjadi wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Apa yang telah kau persiapkan untuknya?" laki-laki itu menjawab; "Aku belum mempersiapkan banyak, baik itu shalat, puasa ataupun sedekah, namun aku hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Belaiu bersabda: "Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai." (HR. Bukhari no.5705)

Shahabat Anas bin Malik ra menceritakan,

بَيْنَمَا أَنَا وَرَسُولُ اللهِ ﷺ خَارِجَيْنِ مِنَ الْمَسْجِدِ فَلَقِينَا رَجُلاً عِنْدَ سُدَّةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا؟ قَالَ فَكَأَنَّ الرَّجُلَ اسْتَكَانَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صَلاَةٍ وَلاَ صِيَامٍ وَلاَ صَدَقَةٍ وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ. قَالَ: فَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

Ketika aku dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari masjid, kami bertemu seseorang dekat pintu masjid. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, kapan kiamat itu?” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Apa yang sudah kamu persiapkan untuknya?” Anas berkata, Seakan-akan lelaki itu merunduk, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak mempersiapkan untuknya dengan banyak shalat, shaum, atau shadaqah, tetapi aku cinta Allah dan Rasul-Nya.” Beliau menjawab: “Maka kamu akan bersama orang yang kamu cintai.” (HR. Muslim Bab Al-mar'u Ma’a man Ahabba no. 6883 dari jalan Salim ibn Abil-Ja’d).

Dalam hadits Abu Musa dan Ibnu Mas’ud ra pertanyaan dari seorang shahabat tersebut redaksinya,

قِيلَ لِلنَّبِيِّ ﷺ الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ قَالَ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

Ditanyakan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, “Seseorang mencintai satu kaum tetapi ia tidak bisa menyamai mereka.” Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Musa ra Bab ‘Alamah Hubbil-‘Llah no. 6170; HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud ra Bab Al-Mar`u Ma’a Man Ahabba no. 6888).

Dari hadits-hadits di atas, baik Imam an-Nawawi ataupun al-Hafizh Ibn Hajar sama-sama menegaskan bahwa kecintaan pada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam itu meski sangat minimal akan menjanjikan surga. Imam an-Nawawi menyatakan,

وَلَا يُشْتَرَط فِي الِانْتِفَاع بِمَحَبَّةِ الصَّالِحِينَ أَنْ يَعْمَل عَمَلهمْ؛ إِذْ لَوْ عَمِلَهُ لَكَانَ مِنْهُمْ وَمِثْلهمْ

Tidak disyaratkan dalam memperoleh manfaat cinta kepada orang-orang shalih itu untuk beramal seperti amal mereka, sebab jika ia beramal seperti mereka tentulah ia bagian dari mereka atau seperti mereka (Syarah Shahih Muslim an-Nawawi kitab al-birr was-shilah bab al-mar`u ma’a man ahabba no. 4775).

Al-Hafizh Ibn Hajar menyatakan,

أَنَّهُ قَدْ يَحْصُل مِنْ طَرِيق التَّفَضُّل بِاعْتِقَادِ ذَلِكَ وَإِنْ لَمْ يَحْصُل اِسْتِيفَاء الْعَمَل بِمُقْتَضَاهُ ، بَلْ مَحَبَّة مَنْ يَعْمَل ذَلِكَ كَافِيَة فِي حُصُول أَصْل النَّجَاة

“… maka sungguh hal tersebut bisa cukup dengan meyakini keutamaannya meskipun tidak sampai beramal sempurna sebagaimana yang dituntut. Bahkan mencintai orang yang mengamalkannya saja pun sudah cukup untuk memperoleh keselamatan.” (Fathul-Bari bab ‘alamah hubbil-‘Llah ‘azza wa jalla)

Meski demikian, kedua Imam hadits tersebut juga menegaskan bahwa upaya beramal seperti amal Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap harus diusahakan untuk diwujudkan, sebagaimana tercermin dalam salah satu riwayat lain terkait hadits di atas,

يَا رَسُولَ اللهِ الرَّجُلُ يُحِبُّ الرَّجُلَ عَلَى الْعَمَلِ مِنَ الْخَيْرِ يَعْمَلُ بِهِ وَلاَ يَعْمَلُ بِمِثْلِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“Wahai Rasulullah, ada seseorang yang mencintai orang lain karena amal baiknya, ia pun beramal baik yang sama dengannya tetapi belum bisa persis menyamainya.” Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Abu Dawud bab ikhbarir-rajulir-rajul bi mahabbatihi iyyahu no. 5129).

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى)

“Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam  bersabda,

1. Jadilah engkau orang berilmu, atau

2. Orang yang menuntut ilmu, atau

3. Orang yang mau mendengarkan ilmu, atau

4. Orang yang menyukai ilmu. dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka.” (HR. Baihaqi).

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan umatnya menjadi ‘Aliman (orang berilmu, guru, pengajar, ustad, kyai). Jika belum sanggup, jadilah Muta’allimaan (orang yang menuntut ilmu, murid, pelajar, santri) atau menjadi pendengar yang baik (Mustami’an), paling tidak menjadi Muhibban pecinta ilmu, simpatisan pengajian, donatur yayasan, lembaga dakwah dan pendidikan dengan harta, tenaga, atau pikiran, atau mendukung majelis-majelis ilmu.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan, jangan jadi orang yang kelima (Khamisan), yaitu tidak jadi guru, murid, pendengar, juga tidak menjadi pecinta ilmu. Celakalah golongan kelima ini. “Fatahlik!” tegas beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Na'udzubillahi min dzalik

Semoga Allah menjadikan kita semua bagian dari orang-orang yang mencintai beliau melalui Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini dan sebagai umatnya yang mengenal keagungannya dan termasuk diantara umatnya yang mendapatkan syafaat di hari kiamat kelak.

Demikian Asimun Mas'ud At-Tamanmini menyampaiakan semoga bermanfaat. Aamiin

*والله الموفق الى أقوم الطريق*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar